Setelah keluar dari kawasan rumah sakit, aku segera menaiki taksi yang lewat. Jantungku masih berdetak cepat. Semoga tadi bukan dia, mungkin itu hanya halusinasi. aku meyakinkan diriku sendiri. Jika dia nyata pun bagiku mengenalnya adalah sebuah mimpi semu. Tak ada yang tahu tentangnya selama lima tahun ini, kecuali teman Sd dan SMP ku yang masih mengingatnya. Dia adalah sebuah cerita lama yang seharusnya sudah terkunci lima tahun lalu.Ofi tidak tahu menahu tentangnya. Jadi lebih baik aku diam dan biarkan ini rahasiaku.Lima belas menit dari rumah sakit ke kost-an Ofi. Dia segera menghampiriku dan kaget dengan keadaanku yang berlumuran darah. Tanpa tahu tempat ia langsung memborbadir pertanyaan kepadaku. Mau tak mau setelah berganti pakaian aku menceritakan apa yang terjadi tadi, minus tentang aku bertemu dia.
"Danar?" Ofi tampak sedikit kaget saat aku menyebutkan nama pria yang ku tolong tadi. Dengan mata menyipit aku menggodanya. Pasti ada apa apa dengan nama Danar tadi. Karena aki tahu gadis itu jarang membicarakan pria kecuali tentang Bintang, sahabat kami.
"Hayoo.. Kamu ada apa di balik nama Danar? Kok kaget banget?" godaku.
"Kaya nama seniorku." jawabnya sedikit gelisah. Aku yakin ada apa apa di antara mereka yang jelas status itu bukan status pacaran atau gebetan. Untuk sekarang mungkin aku jangan membahasnya dulu, aku tidak ingin memaksanya bercerita.
"Ya udah besok aku mau jenguk dia kamu temenin aku ya." pintaku. Ia mengangguk menyetujuinya
"Sekarang kamu istirahat, nanti malam kita jalan jalan liat Kota Jogja!!" serunya. Aku pun tersenyum bahagia.
Sebenarnya aku ke sini bukan untuk berlibur semata tapi untuk mencari inspirasi dan data untuk jurnalku. Selain itu ingin memberikan suprise ke Bintang yang akan ulang tahun lusa. Seperti janji Ofi tadi, ia mengajakku keliling Jogja dengan motor matic-nya. Suasana disini lebih ramah ketimbang di Depok yang kadang macet. Ofi mengajakku wisata kuliner, seperti angkringan dan makanan khas Jogja lainnya. Selain itu kami juga memesan kue untuk acaranya Bintang.
"Jadi gimana sama riset kamu?" tanya Ofi saat kami sedang di angkringan.
"Belum tau, Fi. Kamu punya recomended tempat sosial gak? " tanyaku.
"Ada sih kebetulan organisasi keagamaan di fakultasku punya rumah singgah."
"Wah kebetulan. Besok abis jenguk si Danar Danar yg kemarin ajakin aku ke sana ya.." ujarku bersemangat.
Keesokan harinya seperti rencana kami, kami pergi menjenguk Danar di rumah sakit. Sebelumnya kami mampir membeli buah buahan. Semoga pria itu tidak mengalami luka serius.
Sampainya di rumah sakit aku mencari kamar yang di tempati Danar. Menurut info dari Pak Giman kemarin, Danar di pindahkan di ruang inap VIP.
Saat aku mencari informasinya yang tentunya di temani Ofi sekilas aku melihat siluet "dia" lagi. Jantungku kembali berdetak kencang. 'Bagaimana kalau itu beneran dia? Kamu harus lupakan. Bissmillah kamu pasti bisa'. Batinku terus berkecamuk.
"Dek.." panggil Ofi. Mengingatkanku pada kenyataan.
"Iya?" jawabku.
" itu tadi namanya siapa? Dari tadi di tanyain sama perawatnya." ujar Ofi mengingatka .
"Astagfirullah, maaf tadi aku ngelamun hehe." ujarku pada Ofi. " itu sus, saya nggak tau nama lengkapnya pokoknya namanya Danar yang kemarin korban kecelakaan." ujarku pada sang perawat.
"Oh, Mohammad Danar Budianto yang kemarin kecelakaan itu, mbak? Dia ada di Kamar Kenanga nomor 213 di lantai dua." ujar sang perawat.
" oke makasih ya Sus." ujarku. Perawat wanita itu menjawab dengan tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Diam
ChickLitAku ingin cintaku seperti Fatimah dan Ali. Tersimpan rapat hingga waktu yang menentukan. Bukan cinta nafsu tapi cinta tulus karenaNya.