Minkihamera ©2016
-Im Kinan Point Of View-
Salju turun. Secara otomatis tanganku bergerak mengeratkan dekapan selimut dan berjalan menuju penghangat ruangan. Memutar level menjadi lebih hangat. Demi apapun malam ini terasa sangat dingin.
Terlebih lagi saat aku membuka gorden jendelaku yang langsung menyorot keruangan pribadi pria itu yang terlihat gelap. Sudah dua hari ini kamar itu gelap. Biasanya sepanjang malam pasti ada cahaya walaupun remang.
Paginya saat pergi kesekolah pun aku bisa melihat guratan murung diwajahnya yang selalu acuh tak acuh itu.
Aku tidak bisa membantunya. Ya- walaupun kami bertetangga, kedekatan kami bahkan seperti lembah di batasi gunung yang menjulang tinggi. Walaupun kami berdua satu sekolah bahkan satu kelas, tidak ada kenangan yang pernah kami buat.
Mungkin karena aku yang selalu dikucilkan karena kekurang-tahuanku terhadap trend dan dia yang bahkan lebih ekstrim dari musim dingin. Mungkin karena aku yang selalu menyibukkan diri berkutat dengan buku-buku tebalnovel, buku ilmu pengetahuan dan dia yang disibukkan karena siswi-siswi yang selalu mengikutinya.
Dia siswa terpopuler disekolah.
Dan dengan bodohnya aku berharap kalau dia bisa membalas perasaanku.
Mataku beralih menatap benda kubus berwarna coklat yang terhias indah dengan pita merah terikat sempurna. Senyumku mengembang. Sejenak aku memikirkan keberanian yang telah aku kumpulkan selama ini untuk dapat menghadapnya.
Aku berniat akan memberinya benda coklat itu padanya lusa, karena lusa ia berulang tahun. Dan juga hari ulang tahunku. Aku beruntung 'kan? Memiliki hari istimewa yang sama dengannya. Hahh~~
"Semoga aku tidak gugup. Ini kali pertama aku akan berbicara padanya." Tekadku bulat. Aku tidak ingin melepaskan kesempatan ini seperti tahun lalu. Kutarik napas dan menghembuskannya pelan. Berharap apa yang terjadi tahun lalu tidak terulang kembali. Itu terlalu memalukan.
Lampu kumatikan dan bersiap untuk tidur. Tapi sepertinya kedua mataku kompak mengkhianati.
Dan seperti yang aku katakan, aku adalah gadis kurang pergaulan yang berharap rembulan. Itu terlalu tinggi,
"AKU GUGUP!!"
Bahkan hanya saat membayangkannya.
-
-"Aku berangkat!" Teriakku sesaat setelah selesai mengikat tali sepatu hitam mengkilauku. Dengan kotak bekal makanan yang kutenteng dan aroma masakan Hoseok-Oppa-ku- yang semakin menyeruak dalam rongga hidungku, aku siap berangkat sekolah seperti biasa. Dengan rambut terkepang dua dan jangan lupakan kaca mata spion yang bertengger dipangkal hidungku.
Sengaja kuperlamban langkah kakiku saat melewati rumah pria yang selalu kupuja itu. Aku bisa melihat dia yang menunduk masih mengikat tali sepatunya. Cukup seperti ini saja sudah berhasil membuat kedua pipiku merona seketika. Aku tidak bisa membayangkan jika besok aku harus--oh tuhan! Dia melihatku! Segera aku berlari untuk menyembunyikan rasa malu yang menjalariku.
Aku pengkhayal akut. Mungkin efek selalu menonton drama. Jadi, jika siapapun yang melihatku sekarang sibuk berlari menenteng Lunch Box sambil sesekali menengok kebelakang, pasti tahujika aku berharap untuk dikejar.
Kenyataannya, jangankan dikejar, memanggilku saja tidak.
Atau Mungkin dia belum tahu namaku? Ah, aku harus berkenalan.
-
Dengan napas terputus-putus, aku mendudukkan bokongku dibangku milikku. Mataku menyapu ruang Kelas yang masih kosong. Tentu saja, masih jam delapan pagi dan pelajaran pertama akan dilakukan satu jam dari sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Birthday
Random"... Kau adalah Romeo impianku, dan aku ingin mewujudkannya."