SECOND

53 2 1
                                    

Saya masih nggak tahu, sumpah, cara nulis yang baik dan benar itu gimana. Jadi maafkan saya kalo tulisan saya masih amburadul dan nggak rapi:"). Semoga suka and happy enjoy!

**

DUA

.

.

"Nggak tau, pokoknya gue mau otw ke toko buku... Hah? Ya nyari buku lah! Lo pikir mau bantuin cleanning service nya?! Sendiri coy, gue berani... Alah lo kira gue bayi? Gak deh gausah ah. Tau deh, bodo. Serah, bye."

Klik. Sambungan terputus.

Hari ini rencana nya Alma akan pergi ke toko buku yang terletak di Mall dekat kantor ayahnya. Alma pergi seorang diri, karena ia memang tidak mau diantar oleh siapa-siapa. Dengan Evan pun tidak. Di hari yang cerah ini, ia ingin menghabiskan waktunya di toko buku, kemudian pergi makan dan jalan-jalan.

Yah, emang kelihatannya kayak jomblo ngenes ya. Kemana-mana sendiri. Biasanya kebanyakan remaja seusianya lebih memilih molor di rumah, bantuin mama nya, atau nggak pergi dengan pacar masing-masing. Berbeda dengan Alma.

Tapi seperti yang tertambat permanen di hati dan pikiran Alma,

Ia cuek bebek. Terserahlah kalo mereka-mereka mau seneng-seneng sama pacarnya atau gimana.

Alma tetap stay cool aja kaleee. Cuih.

Diluar sana sebenarnya Alma memiliki berlusin-lusin teman. Tapi sering kali Alma mengganggap sampah teman-temannya.

Ada yang dikatakan brengsek lah.

Sok pasang muka kurang perhatian lah.

Tebar -tebar kekayaan yang nggak abadi pun, tetap di pamerkan.

Banyak lagi. Dan Alma benci manusia sampah dan nggak berguna semacam itu. Buang-buang waktu saja jika bergaul dengan mereka.

Alma berjalan ke depan cermin riasnya, dan duduk di depan cermin besar satu badannya. Ia mengamati lekat-lekat wajahnya, memperhatikan setiap inci lekuk wajahnya.

Tidak ada yang istimewa dari wajahnya. Hidungnya tidak terlalu mendalam, juga tidak bisa dikatakan mancung. Matanya normal, tidak besar juga tidak kecil. Kulitnya cokelat, terkesan hitam malah. Ya, akibat renang rutin yang dilakukannya setiap 3 minggu sekali, membuatnya lebih cenderung menjadi lebih gelap seperti saat ini.

Alma juga tidak tinggi-tinggi sekali. Masa iya ada cowok yang mau dengan dia...?

Ah cowok lagi. Cowok lagi.

"Mikir apasih gue ckckck." Alma menepuk pelan jidatnya, lalu merapikan poni depannya yang dipangkas rapi dengan tangannya sendiri. Yah walaupun masih agak sedikit kepanjangan sebelah, tapi baginya sudah terlihat perfect. Ck.

Alma mengecek jam tangan bunga-bunga yang berada di tangan kirinya.

Pukul 08.00

"Aaahh semoga Bu Eli nggak nyariin gue. Lalala~" Alma bersenandung senang sambil menyisir kembali rambut hitam setengah punggunya.

"Setan kusut banget rambut guwee, argh." dengan tidak sabar Alma menarik-narik rambutnya dengan sisir bergigi besar miliknya sekuat tenaga. Tidak peduli dengan rasa nyeri di akar-akar rambutnya, ia tetap menarik paksa sisir itu agar tidak menyangkut pada rambutnya.

Hei, Almangel.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang