Seven

69 8 2
                                    

Lea menstater mobilnya. Sekali, tidak bisa. Dua kali, tidak bisa. Tiga kali, tidak bisa. Empat kali, tidak bisa. Lima kali, tidak bisa. Berkali-kali lea mencoba tapi mobilnya tak kunjung hidup. Mogok.

Akhirnya lea pun keluar dari mobilnya dan membuka capnya. Lea menyapu pandangannya ke seluruh mesin-mesin yang ada.

"Gue kan gak ngerti yang beginian," Lea mencak-mencak kesal karena mobilnya mogok dan sementara langit mulai menggelap. Lea mengacak rambutnya gusar dan menghembuskan nafas kasar.

"Kayanya aki mobil lo abis." Lea tersentak dan menoleh pada orang yang bersuara di sampingnya.

"Ada aki cadangan? Atau airnya gitu?" Ucap Azlan lagi. Lea hanya membalas dengan gelengan kepalanya. Azlan pun menutup kembali cap mobil Lea.

"Yauda kalo gitu lo pulang sama gue aja. Mobil lo tinggal di sini dulu. Kan ada satpam, bisa tolong jagain. Yuk!" Azlan menarik pergelangan Lea.

Lea pun membulatkan kedua bola matanya dan menyentakkan tangannya. "Apa-apaan nih? Gak gak. Gue pulang naik taksi aja."

"Gak boleh." Singkat Azlan yang masih menatap kedua mata Lea.

Lea mendorong sebelah bahu Azlan. "Siapa lo yang ngelarang gue?"

Azlan menyeimbangi tegaknya kembali. "Sekarang mungkin gue bukan siapa siapa lo," Azlan melangkah mendekati Lea dan berbisik tepat di telinganya, "tapi nanti." Dan menahan posisi yang seperti itu.

Lea membeku seketika. Tipis jarak yang dibuat Azlan, membuat nya bisa mencium aroma tubuh Azlan dan merasakan deru nafas Azlan yang menerpa leher jenjangnya.

Azlan menarik kepalanya dan mundur satu langkah dari hadapan Lea. Lea pun dengan cepat mengembalikan ketegangannya tadi dan seolah ia tidak merasakan apa apa. "Terserah." Lea segera mengunci mobilnya dan melangkah menuju pos satpam.

"Belum pulang, Neng?" Sapa ramah Satpam.
"Iya mau pulang, Pak. Eerrr..saya titip mobil disini dulu, gapapa kan Pak?"
"Kalau boleh tau, mobilnya kenapa?"
"Mogok, Pak,"
"Oh yasuda, boleh."
"Makasih, Pak. Tolong jagain ya, Pak."
"Iya. Tapi sekarang Neng ini pulang naik apa?"
"Kayanya naik taksi aja, Pak. Taksi atau angkutan umum lain lewat sini kan, Pak?"
"Lewat sih, tapi kalau sudah jam segini udah jarang."

"Nah kan, gue bilang juga apa. Lo pulang biar gue anter aja." Sahut Azlan dari belakang. Lea pun kembali menolehkan kepalanya ke belakang dan menepati Azlan yang kini mulai berjalan mendekatinya.

"Iya bener. Pulangnya sama pacar nya aja, Neng," setuju Satpam itu.

"Gak. Saya pulang sendiri aja. Dan.." Lea menolehkan kepalanya kepada Azlan, "dia bukan pacar saya, Pak. Permisi." Lea pun berjalan menuju halte di depan MH.

Satu jam lea menunggu. Namun angkutan umum tak kunjung menghampiri nya. Langit menggelap. Jalanan mulai sepi dan hanya beberapa pengendara yang melintas. Akhirnya Lea pun memutuskan untuk menelfon Mamanya. Baru saja Lea membuka lock screen, ponselnya langsung menggelap. Low batt.

"Shit!" Gumam Lea.

Tiba-tiba, sebuah mobil berhenti depannya. Si pengendara membuka kaca dan memunculkan wajahnya. "Naik. Pulang bareng gue aja," kata Azlan.

Lea masih terdiam di tempat. Masih mencerna perkataan Azlan. Seolah ini adalah pernyataan yang sulit untuk ia pahami. Jujur saja, Lea ingin sekali menolak tawaran dari Azlan untuk mengantarnya pulang. Jika saja pukul tidak menunjukan angka 7 dan ponselnya masih menyala. Lea berharap ada pilihan lain selain ia di tumpangi Azlan pulang.

Azlan keluar dari mobilnya dan melangkah menuju Lea. "Yah, ngelamun lagi," celutuk Azlan yang membuat Lea mengerjap beberapa kali. "Lo aneh. Bentaran marah, bentaran lagi ngelamun. Padahal gue nunggunya lo senyum." Ceplos Azlan dengan suara yang melemas. Lea hanya menatap Azlan dengan sebelah alis yang terangkat.

Setelah merasa ada yang salah dengan perkataannya tadi, Azlan pun menggaruk tengkuknya dan menyunggingkan senyum manisnya, yang dipastikan menjadi idaman para wanita. Kadar ketampanannya yang berlipat. Terkecuali Lea. Lea yang menatap datar Azlan.

"Nggg..." Azlan membukakan pintu mobil untuk Lea. "Gue anter lo dengan selamat dan sampai tujuan. Janji." Ucap Azlan sungguh-sungguh.

Lea berjalan dua langkah ke depan. "Bang, ojek!" Panggil Lea dan melambaikan tangannya pada ojek yang melintas tanpa penumpang.

Pilihan lain. Pilihan selain ditumpangi Azlan pulang. Ternyata Lea masih bisa terselamatkan dalam situsasi saat ini. Lea menghembuskan nafas lega dan menaikin ojek tersebut dan menyebutkan alamat rumahnya.

Azlan yang melihat kejadian tersebut hanya bisa ternganga dan menggerutu di dalam hatinya. "ARRRGG!" Kesalnya yang berapi-api dan menendang kerikil di aspal. Azlan membanting pintu mobilnya yang semula ia buka kan untuk Lea. Dan kembali mengendarai mobilnya menuju rumahnya.

__________________________

Apa banget deh si Lea anggurin cogan ya, hm.

Hehehehe

UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang