Lukisan Cinta Oik -Cerpen-

1.6K 21 6
                                    

'Oek, oek,oek' akhirnya bayi itu telah terlahir ke dunia.

"Selamat ya, pak. Bayi anda laki-laki." Ujar seorang suster.

"Makasih Tuhan, Ih unyu banget deh anak papa. Boleh saya menggendongnya sus?" Pinta Alvin, Ayah dari bayi itu.

"Baiklah, pak."

Senyuman lega dari semua orang yang berada di kamar itu tak berlangsung lama sampai Sivia kembali mengaduh kesakitan.

"Auh... Dokter perut saya kenapa lagi? Sakit banget ini,"

"Sus, ayo sus. Mungkin saya anaknya kembar." Mereka bertindak dengan cepat, karena melihat keadaan Sivia yang semakin lemah.

Alvin memberikan bayinya kepada suster yang satunya lagi, ia kembali mendekat ke arah Sivia untuk membantu memberikan semangat.

"Sayang, bertahan ya. Ayolah demi anak-anak kita." Alvin memegang sebelah tangan Sivia dan menciumnya. "Dok, lakukan yang terbaik dok untuk istri dan anak saya."

"Pak Alvin sebaiknya berdo'a kepada Tuhan, agar proses ini lancar." Ujar Suster.

'Oek, Oek, Oek" suara tangisan bayi kembali terdengar, menandakan anak keduanya telah lahir.

"Gimana Dok?" tanya Alvin.

"Dia sangat cantik Pak Alvin seperti ibunya. Senyumnya, dia perempuan."

"Coba saya ingin menggendongnya." Ujar Alvin dengan senang.

Dokter mengalihkan bayi itu ke tangan Alvin.

"Iya bener. Siv, dia seperti kamu lho Siv." Sivia hanya tersenyum lemah. Namun ekspresi muka Alvin berubah saat dirasakannya ada sesuatu yang aneh. "Lho, dok. Kenapa bayi ini tidak bergerak seperti yang laki-laki tadi?" Tanya Alvin mulai sedikit was-was.

"Maaf, anak bapak cacat. Dan ini tidak bisa di obati. Karena anak bapak cacat bawaan."

'Jeder'

"Gak mungkin Dokter, gak mungkin anak saya cacat. Dia bukan anak saya." Alvin mengacak-acak rambutnya.

"Al..." Panggil Sivia lemah sambil tersenyum.

"Sivia, dia bukan anak kita kan?"

Sivia hanya menggeleng dan tersenyum. Lalu matanya tertutup, untuk selamanya. Bunyi monitor yang menunjukkan garis lurus.

Dokter dan suster segera bertindak secepat mungkin. "Dokter Sivia kenapa? Dok, dia kenapa dok?" Alvin terus berteriak panik.

Dokter dan suster telah melakukan yang terbaik, melakukan semaksimal mungkin. "Kami sudah melakukan semaksimal mungkin. Maaf, Pak. Istri anda telah tiada."

"Sivia.........!!!!! Sayang, kamu nggak boleh pergi. Sivia sayang, kamu hanya tidur kan? Iya, kamu cuman tidur. Hahaha" Setelah terdiam,Alvin beralih kepada kedua bayinya, dan ia memandang Putrinya dengan mata menyala-nyala penuh amarah. Alvin menghampirinya, "Ini semua pasti gara-gara kamu! anak cacat! Kamu harus bertanggung jawab, Sivia istriku mati gara-gara kamu!!"

Sebagai seorang pengusaha ternama, Alvin pastinya malu mempunyai anak cacat. Jadi apapun bakalan ia perbuat demi menjaga kehormatannya.

10 Tahun kemudian

"hiks, hiks... ampun Pa, ampun. Oik nggak bersalah Pa, enggak. Ampun Pa," Mohon seorang anak perempun.

Alvin menyeretnya masuk ke dalam kamar mandi. "Kenapa sih, kamu selalu aja bikin masalah!! Mama kamu mati, itu semua gara-gara kamu! iya kan? Lalu sekarang kamu mau merusak pesta Ulang Tahun kakakmu, Cakka? Iya, Jawab!!!" Alvin terus mengguyur Oik dengan air, ia menjambak rambut Oik, "Denger ya, ini akibat kamu keluar dari kamar!" Alvin menoyornya.

Lukisan Cinta Oik -Cerpen-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang