3

68 9 3
                                    

"Elo"

"Elo" Ucap kami bersamaan.

"Kalo temen makan malem gue itu Elo, Gak masalah Gi" Gumam Ardan yang masih menatap ku.

"Jadi ini, yang lo minta buat temenin gue ke acara makan malem?" Balas ku yang juga masih menatap Ardan.

"Awalnya gue mana tau Gi" kata Ardan mengangkat bahu acuh.

"Dan gue nolak"

"Kalo lo nerima ajakan gue tadi pagi, lo juga bakal makan disini juga" kekeh Ardan.

Dan aku pun ikut tertawa.

"Jadi, kalian satu sekolah?" Tanya papa ku.

"Ya" balas aku dan Ardan bersamaan.

"Satu meja juga ko, Om" Timpal Dita.

"Kita bertiga satu SMP, satu SMA juga, Om" Lanjut Dita.

Papa ku hanya mengangguk sebagai jawaban.

Aku menatap Dita.
Lalu membuang arah pandangan ku kepada Mama, setelah itu tersenyum.

Kami melaksanakan acara makan malam dengan damai.

Saat setelah selesai, Mama-Papa dan Orang tua nya Ardan sedang berkumpul di ruang tamu. Sedangkan para anak anak, kami sedang berada di taman belakang rumah ku.

Aku duduk dibawah gelapnya langit malam yang di hiasi bintang terang, di tengah tengah rumput hijau yang segar. Menikmati udara malam hari ini yang begitu sejuk. Sungguh damai Hidup ini.

Aku melihat Tiga Insan yang sedang berbincang di sudut pinggir kolam renang, aku melihat tawa mereka, aku merasakannya, tawa mereka damai. Namun, saat mata ku bertemu dengan kedua bola hitam yang di miliki oleh Ardan, aku melihat di matanya. Itu tawa keterpaksaan. Ada apa dengan Ardan? Tanpa sadar aku tersenyum. Aku membuang pandangan di mana langit langit gelap yang begitu cantik oleh hiasan bintang yang terang. Aku merasakan bahu kanan ku di pegang oleh seseorang.

Aku menoleh.

"Ardan" Gumam ku.

Ardan tersenyum. Lalu duduk mengikuti gaya ku yang melipat kedua kaki dan dilingkari oleh kedua tangan.

"Sendirian aja? Perlu gue temenin?" Tanya nya.

Aku tertawa pelan lalu berkata, "Lo liat gue sendirian? Pake nanya, jelas gue sendirian. Lo nanya perlu gue temenin jelas lo udah duduk di samping gue" Ucap ku.

"Belibet deh Gi, tinggal jawab iya atau ngga" Katanya.

"Iya, Ardan" balas ku.

"Omong omong, langit gelapnya indah, ya"

"Indah benget"

"Kaya indah nya mata lo yang gelap dan di hiasi dengan keceriaan" Ucap Ardan.

Napas ku terhenti, aku merasa dada ku sesak. Aku merasa udara yang tadinya begitu segar untuk di hirup kini tak lagi seperti tadi. Aku merasa udara segar ini telah di renggut oleh makhluk makhluk lain tanpa tersisa untuk ku.

Aku menggubrisnya.

"Emang selama ini, lo ga ceria?" Tanya ku tiba tiba.

Ardan terdiam.

"Lo liat sehari hari gue disekolah dulu gimana?" Tanya nya.

"Biasa aja" Jawab ku santai.

"Gue ceria ko Gi, gue ngajalanin hidup kaya anak yang biasanya" Katanya.

"Berangkat sekolah pagi pagi, belajar di kelas bareng temen, kerja kelompok, main basket, main futsal, dan lain lain yang seperti anak jaman sekarang lakuin" Lanjutnya.

Ketika Aku Dan Kamu BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang