15

36 4 1
                                    

"Jadi, selama ini..."

"JADI SELAMA INI DONI PANUAN" itu yang teriak adalah Ale, melanjutkan kata kata Dita yang sempat terpotong karenanya. Lebih tepatnya, Ale sengaja memotong pembicaraan Dita karena Ale sudah gatal ingin menjaili Doni.

Sedetik kemudian gelak tawa dari ke enam makhluk itu kini pecah menertawakan kekonyolan Ale. Sedangkan Doni hanya menatap Ale dengan tatapan jengkel kemudian Doni melempar kaleng bekas kearah Ale dan mengenai kepala laki laki itu.

"Sakit bego, Don" keluh Ale disela sela tawanya.

"Sakitan mana sama gue yang difitnah sama lo" balas Doni drama.

"Ya sakitan gue lah" jawab Ale tak mau kalah.

"Sakitan gue" Doni dengan kenyolotannya.

"Lah jadi nyolot" Ale tiba tiba saja menjitak kepala Doni yang telah terhimpit tangan Ale.

"Ih! Tai banget sih kamu, minta di cium yah!" Rancau Doni.

"Dih najis, gua geli" Ale bergidik sembari lepaskan himpitannya.

"Ih Doni, ternyata elo gay" Itu suara Anya. Yang mampu membuat Doni kicep sendiri.

"Engga ko, Nya. Sini deh kamu aja yang aku cium" kilah Doni setengah modus.

"Lo cium aja tuh kambing congek" balas Anya sambil menoyor kepala Doni.

Dan yang lain sudah puas menertawakan kedua anak itu.

Malam ini, mereka tengah berada dihalaman rumah Dita yang memang telah disepakati oleh keenam temannya saat dikantin siang itu.
Kedua orang tua Dita dengan senang hatinya mempersilahkan teman teman anaknya bermain dirumah itu. Tidak merasa keberatan atau terganggu ketika anak perempuannya membawa teman temannya untuk menginap semalam dirumah itu.

Ardan. Yang lain sibuk dengan tawanya, justru laki laki ini malah menjauh dari kerumunan itu dan Gia merasakannya.

Ardan pergi dari bisingnya halaman yang dihiasi gelak tawa teman temannya kini justru menyendiri di rerumputan hijau yang sedikit basah akibat embun malam. Duduk diatas rumput yang hijau nan segar dan menyandarkan tubuhnya dibatu abu abu yang besar dan kekar untuk diduduki.

Gia menghampirinya. Lalu duduk disamping Ardan yang kini tak menyadari bahwa kekasihnya berada didekatnya.

"Kenapa?" Tanya Gia sangat hati hati, tangannya menyentuh lengah Ardan yang melipat didadanya.

Ardan terkesiap. Menoleh dan mendapati Gia sedang tersenyum kepadanya.

"Gak apa apa" Jawabnya sambil membalas senyumannya.

"Kenapa kamu milih menyendiri disaat yang lain pada kumpul?" Ini pertanyaan dan juga pernyataan untuk Ardan dari Gia.

"Ar, kalo kamu ada masalah. Kamu bisa cerita sama aku, atau sama yang lain" lanjut Gia.

"Maaf" katanya dengan pelan yang masih didengar oleh Gia.

"Aku belum bisa cerita sekarang" ucap Ardan lalu bangkit dari duduknya dan mengulurkan tangannya kearah Gia.

"Balik?" Tanya Ardan sambil memainkan satu alisnya.

Namun, harapan yang Ardan tunggu bahwa Gia akan menerima ulurannya itu kini tak dibalas. Gia terdiam. Lama. Membuat Ardan berjongkok dihadapan Gia.

"Kenapa?" Ardan menangkup kedua pipi Gia.

"Jujur sama aku, bener kamu dijodohin sama ka Raya?" Tepat sasaran, pertanyaan yang mampu membuat Ardan terdiam seperti manekin. Kaku, tak mampu menggerakkan tubuhnya.

Ketika Aku Dan Kamu BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang