5.Bullshit Party.

44 2 0
                                    

Vote dulu gaeesss... :v
Hehehe...

-------------

Aku tiba digedung pesta dilaksanakan pada saat yang sangat tidak tepat. Para wartawan mulai mengerumuniku, menjepretku bagaikan sebuah emas yang sangat bernilai harganya lalu memandikanku dengan cahaya cahaya blizt yang berasal dari Camera mereka dan membuatku sulit untuk bergerak. Bagaikan gula dan semut, dan akulah gulanya. Aku tidak menyukai keramaian, karena inilah sebabnya aku tidak merespon pertanyaan Papa waktu itu. Namun, pada saat sangat tepat, seseorang menggenggam tanganku, dan menyembunyikanku dibalik tubuhnya yang kekar, di dadanya yang bidang, yang memakai tuxedo berwarna hitam, dan berkemeja putih serta berdasi hitam, sebelum para wartawan ini mulai menginterviewku dan mengorek informasi tentang keluargaku yang kurang harmonis. Rasanya aku mengenali parfum ini, parfum beraroma musk nan maskulin namun menenangkan. Si penculikku, atau sang penyelamatku membawaku ke karpet merah yang dibentangkan untuk menyambut kedatangan tamu tamu istimewa Papa. Dan kami terus dimandikan oleh blizt camera para wartawan. Hingga akhirnya sebuah pertanyaan dari salah satu wartawan pria,

"...siapakah anda, tuan muda? Mengapa anda menggenggam tangan nona Doylee, apakah anda orang tersebut? "

Orang yang di sampingku malah terkekeh pelan. Heii, ini bukanlah waktu yang tepat untuk terkekeh, tapi tunggu, bukannya diaa...

"Kau tak perlu tahu menahu tentang apapun, tuan. Namun yang jelas, namaku Loucius Bellmort, pewaris tahta dan satu satunya putra dari Thimmoty Bellmort."

Mendengar ucapannya aku langsung terkesiap dan melotot padanya. Mana mungkin dia putra dari paman Thimmoty yang sering membelikanku permen lollipop saat aku kecil. Ini tak mungkin.

"Ayo kita kedalam.."ajak Louis lembut tepat pada telinga kiriku, yang juga membuat pipiku tambah merona, namun aku juga tak menolak ajakannya untuk kedalam, daripada aku mati diinterogasi disini, lebih baik aku mengikuti pemuda bermata biru yang menyeretku dari keramaian.

-----------------------

Ketika berjalan berdampingan memasuki ruangan yang megah ini semua mata menuju ke arahku dan Louis, mereka seperti ternganga melihat kami berdua yang berjalan dengan gugup sambil bergandengan tangan, hingga akhirnya aku memutuskan untuk mencoba bertanya pada orang yang disampingku, karena didiamkan selama itu, terasa sangat lama dan membuat canggung.

"Louis, mengapa kau menyelamatkan diri ku?"ujarku pelan. Namun malah kekehan yang menjadi jawabannya. Aku mulai kesal dengan sikapnya.

"Louis, aku tidak sedang bercanda!" ucapku dengan penuh penekanan pada tiap kalimat yang kukeluarkan. Namun dia hanya menghela nafas panjang baru kemudian menjawab.

"Bagaimana mungkin aku membiarkanmu dikerumuni oleh para wartawan? Seperti gula yang dikerumuni oleh semut?"ujarnya terkekeh, memamerkan giginya yang putih bersih. Aku hanya mendngus saat menerima jawabannya. Lalu mc mengalihkan perhatian para pengunjung dan mulai mempersilahkan Papa untuk naik keatas panggung, lalu berceloteh panjang hingga rasanya aku ingin melepaskan kedua telingaku. Lalu aku menangkap pendengaran yang menyebut namaku dan menyuruhku untuk naik keatas panggung. Aku bingung, aku gugup, aku takut. Itulah yang aku rasakan. Namun, aku menatap orang yang disebelahku yang masih setia menggenggam tanganku dengan erat sambil tersenyum dan memberi isyarat dengan tatapan matanya. Baiklah baiklah.. akan ku lakukan. Tenang saja. Aku menghembuskan nafasku perlahan dan mulai melangkah ke arah panggung. Saat aku sampai di tanggan terbawah, aku kembali memandang Louis dengan tatapan tidak yakin, namun dia mengangguk mantap dan menyuruhku untuk tidak gugup sambil berbicara menyemangatiku tanpa suara. Aku melangkah lagi ke atas, hingga akhirnya aku sampai pada samping kanan Papa, sambil mengulurkan tangannya membantuku untuk lebih dekat dengannya. Aku menerima uluran tangan tersebut dengan berat hati. Karena selama ini kami sangat jarang melakukan kontak fisik.
Setelah Papa mengumumkan bahwa 'aku ini putrinya' pada khalayak ramai, aku disuruh memperkenalkan diri, lalu denga tangan gemetar, aku mengambil mikropon yang di ulurkan oleh mc. Aku menarik nafas panjang lalu membuangnya secara perlahan.
Lalu mendekatkan mikropon tersebut pada bibirku yang bergetar. Aku terus memandangi saru orang, yaitu Louis.

I Want To Be MyselfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang