i. Perkenalan

150 8 1
                                    

Fika berjalan tergesa-gesa menuju kelasnya. Sungguh, hari ini dia tidak ingin berurusan dengan Rio. Sudah cukup dua minggu dalam hidupnya diteror oleh Rio yang terus menerus minta ganti rugi atas kerusakan earphone-nya.

Dasar Rio! Dia tidak pernah mengerti bagaimana susahnya mencari uang! Dia juga tidak mengerti bahwa Fika itu sedang krisis uang akhir-akhir ini.

Sebenarnya, ada rasa aneh yang menggelikan ketika mendapati Rio mencegatnya di tangga. Apalagi jika mengingat bahwa Fika me....

"Fika! Lo udah ngerjain Indo belom?"

Dia Gina. Gina Fauzia tepatnya. Teman seperjuangan Fika sejak SMP yang sikapnya seperti bunglon. Kadang pendiam, kadang heboh, kadang marah-marah dan kadang baper

Fika menggeleng. "Belom. Lo?"

"Baru setengahnya. Gak ngerti gue, ini aja dibantuin sama Denta." ucap Gina. Fika memutar bola matanya.

"Lo sehat? Minta bantuan malah sama berondong!"

"Bodo. Yang penting Denta always in my heart. Eaaa,"

"Serah!"

Fika melempar tasnya asal lalu ikut menjatuhkan diri di kursi kayu yang sebenarnya sama sekali tidak enak jika dipakai duduk terlalu lama.

Gina menatap heran sahabatnya itu. Tapi, tumben dia tidak bercerita tentang Rio? Hmm.... Patut dicurigai!

"Upik! Lo dipanggil pak Edi!" teriak Dela, bendahara kelas yang lebih terlihat seperti seorang ketua kelas.

Upik. Nama panggilan Fika saat di kelas. Bermula dari Hadi yang menyebut namanya Saupika dan setelahnya disambung oleh Roni yang langsung memanggilnya Upik. Dan perlu di ketahui, hingga saat ini Fika tidak rela nama sebagus Saufika diplesetin jadi Upik! Dikira Upik Abu, apa?!

Fika beranjak dari kursinya. "Mau ngapain sih emang? Perasaan gue udah ngumpulin tugas remednya deh,"

"Gak tau. Udah deh cepet sana! Ntar taring Pak Edi keburu keluar!" ucap Dela yang langsung membuat tertawa satu kelas.

"Gin, temenin yuk?"

"Gina sama gue, kita mau ngeberesin tugas kelompok. Udah deh lo sendiri aja sana!" Kali ini Rita yang berbicara. Gina hanya menyeringai lebar sambil mengangkat dua jarinya membentuk huruf 'V'.

"Ih! Pada gak setia kawan!"

===========================================

Rio sudah siap berada di depan ruang guru bersama Wildan, sahabatnya. Menurut informasi yang dia dapatkan, saat ini Fika sedang berada di ruang guru. Dan saat selesai nanti, Rio akan meminta uang ganti rugi earphone miliknya yang rusak.

Cklek

Rio melihat siapa yang baru saja keluar dari ruang guru dengan setumpuk kertas di tangannya. Mendadak senyum Rio melebar.

Dia, Fika.

Fika menyadari keberadaan Rio. Dia merutuk dalam hati. Kenapa dia bisa melupakan fakta bahwa Rio masih satu sekolah dengannya?

"Dua minggu nih gue gak bisa dengerin musik." ucap Rio sambil menyejajarkan langkahnya dengan Fika.

Wildan? Pria itu sudah menemukan Nuri, kekasihnya. Dan dapat dipastikan dia akan lupa segalanya jika sudah bersama Nuri.

Fika mempercepat langkahnya seiring dengan bertambahnya kecepatan detak jantungnya. Rio juga tidak mau kalah, dia ikut mempercepat langkahnya.

"Gini aja deh, gue kasih lo waktu dua minggu buat ganti earphone gue. Tapi kalau gak bisa, ya lo bisa pilih hukuman yang udah gue buat," Rio menepuk pundak Fika. "Ya udah, gue duluan."

Fika bergeming tepat di luar kelasnya. Sesaat kemudian dia masuk ke kelas. Benar-benar tidak dapat di percaya. Seorang Mario berjalan bersamanya lalu menepuk pundaknya. Ini akan Fika catat di dalam sejarah hidupnya sebagai kejadian paling penting yang pernah terjadi dalam hidup Fika.

"Pik, lo diapain Pak Edi?" todong Dela sesaat setelah Fika sampai di kelasnya. Fika melirik kertas yang ia bawa.

"Disuruh bagiin ini di SMP Nusa 2. Katanya buat promosi turnamen futsal. Nasib anak OSIS."

"He? Nusa 2? Gue ikut dong!" pekik Gina yang entah datang dari mana. Fika menaikkan sebelah alisnya, sedetik kemudian dia paham akan sesuatu.

"Gimana kalau lo aja yang bagiin? Atau lo suruh berondong lo itu bagiin ini semua." usul Fika. Gina berpikir sejenak, ide yang cukup bagus. "Gimana?"

"Oke, deal!" sahutnya semangat. Nusa 2 adalah sekolah Denta. Berondong Gina yang nyebelin sekaligus ngangenin. Ya walaupun berondong itu tengilnya melebihi kadar normal.

"Lo emang terbaik, Na!"

"Dikira gue boboiboy?!"

===========================================

A/N : Hailooo! Part awal ini memang gak asik. Tapi part selanjutnya bakalan diusahain bikin yg asik buat dibaca.

Regards,

G.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Earphone In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang