*Valencia’s PO
Ah aku tak sabar menantikan kedatangan Liam. Dia pastilah sempurna. Aku juga tak mau kalah sempurna dengannya. Ku usahakan yang terbaik oh bukan penata rias artis yang biasa membantu ibu yang mengusahakan penampilan terbaikku. Aku haruslah berterima kasih kepada ibuku. Dia telah mempersiapkan ini semua. Aku sudah tiga jam lebih berdandan di depan kaca. Memilih baju dengan tema yang pas dan memadukan dengan sepatu yang cocok dan tak lupa segala macam pernak-perniknya. Ini akan menjadi jamuan makan malam terbesar.
Aku turuni tangga dengan anggunya, berhati-hati sekali. Ya benar aku melihat sosok Liam Payne sudah duduk di meja jamuan makan malam. Rasanya aku ingin berjikrak-jikrak tapi ku tahan karena ini bukanlah waktu yang tepat.
“Ya, inilah anakku, Liam. Teman masa kecilmu.” Begitu kata ibuku. Refleks Liam pun segera berdiri dari singgahananya. Dia menatapku dalam seperti ingin mengutarakan sesuatu. Aku mendekatinya tetap masih dalam derapan langkah jaga imagine ku :D
“Hai, Valencia or Valendiva I don’t know for sure.” Aku sempat kesal dia masih mengingat Diva kembaranku itu ah tapi tak apa kami dulu berteman sangat dekat.
“I’m Lencia, Liam. How can u forget me?” tanyaku sembari duduk setelah pelayan menyeretkan kursi untukku.
“Nah sekarang sudah bergabung semua, mari kita makan dan nanti dilanjutkan denga ngobrol santai benar begitu?” kata Mamaku membuka acara jamuan makan malam. Kami pun langsung menyendok apapun yang disediakan di depan kami. Dibuka dengan zoupa soup dan ditutup dengan bluberry choco ice cream.
Setelah selesai jamuan makan malam, kami berkumpul di ruang tengah. Cukup besar memang rumah ibu sebanding dengan hasil kerjanya selama ini. Aku mencoba mendekati Liam berdiri mengengam segelas strawberry syrup di tangannya dan sedang asyik mengobrol dengan ibu membicarakan sebuah proyek bersama.
“Ibu, maaf aku menggangu sebentar.” Ucapku pada Ibu.
“Ah, iya aku tahu maksudmu. Kami sudah selesai berbicara.” Timpal Ibuku
“Itu bagus, bu. Semoga malam harimu menyenangkan.” Kuucapkan sambil sembari ibu melangkah meninggalkanku.
“Hai, Liam. Apa rencanamu setelah ini?” aku mulai memecah kesunyian yang terjadi beberapa menit lalu.
“Loh kau tidak tahu apa kata ibumu?”
“Belum.”
“Kita akan membuat album bersama di London, so kita akan bertolak ke kampung halaman ku dan juga ibumu sekaligus kamu bukan?”
“Kedengarannya sangat seru ya bekerja.”
“Yes of course but u don’t know how tired I am. By the way mana saudara kembarmu aku tak melihatnya?” *Liam Payne masih merindukannya dan lebih memperhatikan diva ketimbang aku* ucap Lencia dalam hati.
“Kami berpisah, ayah dan ibu bercerai. Dia di London bersama Nenek Patrecia. Pasti dia senang sekali.” Ucapku lesu tak bergairah
“Maafkan aku atas ini, kau tak merindukannya?” tanya Liam seketika padaku
“Ah tak apa, iya tentu.”
*Valendiva’s POV
LIBUR MUSIM PANAS! YEY! Bayangkan aku pindah ke London waktu liburan musim panas itu menyenangkan bukan? Kupikir demikian. Hari ini aku sengaja terlambat pergi ke pertenakan. Kubiarkan Niall belajar mandiri. Haha kedengaran lucu bukankah Niall itu sudah lebih dari mandiri? Ah aku hanya berkata.
Seseorang mengantarkan majalah langganan nenek. Diam-diam nenek sangat up to date. Dia tak mau kalah dengan orang kota. Informasi juga penting baginya bukan? Walau sudah berumur pun. Nenek sedang berbelanja di pasar. Aku pun yang mengambil majalah tersebut.
“Terima kasih, pak.” Ucapku sembari mengambil majalah itu.
“Iya, sama-sama. Aku harus pergi melanjutkan pekerjaanku. Bye.”
“Bye.” Aku pun membuka majalah itu sembari melangkahkan kaki ke ruang tamu. Bersiap untuk duduk dan membaca majalah tersebut.
“Jamuan makan malam Li..am.. Pay..ne.” aku terbata membaca namanya seperti mengenal namanya. Dalam diam kucoba kembali pada masa kecilku, masa dimana aku dekat dengan Liam Payne yang belum menjadi bintang penyanyi tenar seperti sekarang. Digandrungi dengan banyak orang, membayangkannya aku ngeri sendiri.
“Seperti apa dia sekarang? Aku merindukannya.” Gumamku setelah membaca berita tersebut
“..Oh jadi, Liam akan berkolaborasi dengan Ibu dan tunggu rekaman di LONDON, dia dan Ibu akan ke London oh apakah Lencia juga akan kemari?” pikirku entah senang, khawatir, atau sedih. Aku bingung, rasa ini bak gado-gado.
Seret kaki seseorang membuyarkan lamunanku. Aku lihat sosok Niall komplit dalam pakaian koboynya. Dia terlihat seksi. Apa ku bilang seksi? Ah bualan!
“Hai, sorry menganggu lamunanmu HAHA.” Kaget Niall seketika.
“Niall, tawamu itu sungguh membahana senang mendengarnya haha. Ada perlu apa? Oh ya maaf aku terlambat aku sengaja dan sekaligus aku menjaga rumah Nenek terlebih dahulu.”
“Ayahmu mana? Aku mau mengajakmu bermain hari ini.”
“Ayah menemani nenek ke pasar. Ayah yang patuh bukan haha. Bermain apa?”
“Mengendarai kuda..”
“Apa? Itu akan sangat seru. Ayo! Aku ganti pakaianku dulu. Tunggu dulu disini.”
Setelah aku menghilang dari peradabanku di ruang tamu, aku pun kembali dalam balutan koboy tak lupa topinya sekaligus.
“Ahaaa, girl coboy. Looking so sweet.” Entah itu pujian atau tidak kepadaku.
“Yes I am. Kuanggap itu pujian haha.” Kuselipkan tawa ke dalamnya. “Ayo kita berangkat.” Lanjutku.
“Ayo!” kata Niall tak kalah antusias.
“Untuk awalan apakah aku harus membawa kuda sendiri? Oh jadi apa aku.” Aku sedikit mengeluh sebenarnya
“Tentulah tidak, kita berkendara bersama. Kau di depan aku di belakang membimbingmu.” Jelas Niall sembari membenahkan tempat duduk itu dan mengelu-elus kuda itu.
Ku coba naiki kuda putih itu tentulah dibantu Niall untuk melakukan itu. Ku coba hilangkan pikiran tentang Liam Payne dan saudara kembarku Lencia. Kukubur mereka diam-diam (?)
*AUTHOR’S POV
Asiikkk bahasanya maaf yak kalo terlalu formal biar ala-ala kerjaan gitu *ini apa banget deh ya -_- duh gua bingung buat part 2 enaknya berhenti disini apa ada adegan romantic naik kuda bareng Niall doh :| itu part 3 aja deh ya. So closed by author’s pov see ya the next part mwahh *PLAK!
YOU ARE READING
WORLD AND SKY
FanfictionWhen a twin meet her destiny Its so complicated one! When u meet the same face but neither the character...