Always

11 2 1
                                    

Hari yang tidak ku tunggu. Benar, ini adalah hari Kamis. Dimana pelajaran Seni Budaya akan diadakan saat jam pertama. Aku yang beru bangun segera mengecek tas dan melihat pr yang sudah dikerjakan.

"Hah? Siapa yang mengerjakan ini ya?"

Akhirnya aku pergi ke sekolah dan menemui 3 sahabatku itu.

"Eh Yeun!", Anne menepuk pundakku, dan Yuri menghampiriku dibelakangnya.

"Mana Hwansa?"

"Biasalah, sama temannya itu, minta anime mulu," Yuri ikut bicara, dan Anne pun tertawa.

Kami pun tertawa bersama sampai Yuri melihat Woo-ri bersama Hikki Kei, berdua dan mereka saling melempar senyum. Woo-ri adalah teman sekelasnya Anne, dan dia terkenal sebagai perebut pacar orang.

"Yeun..."

"Ha?" aku dan Anne menoleh ke Yuri.

"Aku punya berita buruk untukmu, bersabarlah ya," Yuri menunjuk ke arah Hikki dan Woo-ri yang bergandengan tangan. Hatiku hancur seketika, tak terasa air mataku keluar.

"Yeun... maafkan..."

"Bukan salahmu kok. Anne, Yuri, ayo masuk kelas..."


Aku berjalan melewati beberapa murid, tiba tiba...

*brakkk!!!

Suara tabrakan terjadi, aku dan Yuri segera turun ke lantai dasar, disusul oleh Anne dan Hwasa dibelakangnya.

Aku melihat seorang murid baru, yang tidak sengaja menabrak seorang guru hingga ia dimarahi.

"Kamu itu punya mata tidak!?"

"Maafkan saya, guru," katanya.

"Ya sudah, saya maafkan, lain kali jangan ulangi lagi," guru itu meninggalkannya.

Anne berbisik padaku,"Itu murid baru, mukanya mirip Suho EXO ya... Oh iya, dia teman sekelasku."

Kemudian saya menemui dia, tidak peduli apa yang dikatakan Anne maupun Yuri, bahkan Hwasa hampir kutabrak.

"Kau, tak apa?"

"... Aku baik baik saja kok," katanya sambil senyum.

Senyumnya benar benar menawan, walau dia pendek sih... sudahlah, otakku benar benar bermasalah.

"Aku Kris dari kelas 10-1, kamu?"

"Yeunsa dari kelas 10-3."

"Salam kenal ya, Yeunsa."

"Terima kasih, Kris."

Aku meninggalkannya dan menyusul 3 sahabatku setelah bel berbunyi.

"Woy mbak, ngapain ngelamun hah? Kepikiran cowo ya?"

Chaeyeon membuka pembicaraannya dengan menepuk pipiku karena tidak mendengarkan curhatannya sore hari.

"Apaan ih, kepo banget."

"Iya dong, adik harus kepo."

"Berisik," aku segera membuka laptop untuk mengerjakan tugas, namun dicegah olehnya.

"Aku pinj..."

Aku sudah memberikannya sebelum dia memintanya, dan kemudian meninggalkan tempat itu. Sampailah di teras rumah, kemudian aku duduk di kursi yang ada dan menenangkan diri.

"Kris itu... tampan juga ya..."

Lamunan membawaku kembali pada waktu tadi, ketika dia melihatku makan bersama sahabat-sahabatku. Rasanya aku nyaman di dekatnya, tapi entah mengapa, aku terkesan mengagumi wajahnya ketimbang perasaanku sendiri. Entahlah, kalau jujur sih, aku lebih nyaman dengan Aoi Hikki. Sudahlah. Itu membuatku sakit hati.

Lamunanku dibuyarkan oleh adikku dengan memberikan kue coklat.

"Makan sono."

"Ya, makasih."

Aku memakan kue itu dan rasanya sampai ke ubun-ubun, betapa enaknya kue ini.

"Eleh, malah melamun lagi, woy sadar."

"Iya iya dek, berisik amat sih!"

"..." adikku diam dan aku pun kembali diam, menikmati indahnya perpindahan sore ke malam.

"Kak, ayo kita masuk ke rumah lagi..."

Aku mengiyakan dia dan menutup pintu. Berharap semuanya baik-baik saja.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 12, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Two SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang