9. Namanya Angga

224 16 1
                                    


"Gue, sama maho?enggaklah."

Deg

Kok mulut gue ngomong gitu sih?

Suasana yang tadi cerah kini berganti mendung. Keknya. Rashid juga mulai cengo lagi. Matanya sempat membulat sebentar lalu kembali ke tatapn dinginnya. Bahkan lebih dingin dari yang pernah gue lihat sebelumnya.

Arrgghhhhh. Kok mulut gue lemes banget sih? Kok gue bisa-bisanya ngomong gitu sih?

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

9. Namanya Angga.


Kok bisa-bisanya gue ngomong gitu ya?

Gue bergumam sendiri di tengah les, mata gue menerawang ke kejadian yang lalu, mencelos kayak boneka menteng. Tapi gue gak sampe yang melet-melet. Serius.

Oh iya, sekarang gue punya guru les baru. Iya, Namanya Angga. Lebih ganteng, asik, dan segalanya. Itu menurut temen sekelas gue, tapi menurut gue, dia biasa aja. Bahkan, dia bisa dibilang pengganggu. Kenapa? Semenjak dia ngajar, gue udah gak pernah lihat kacamata dodor milik Rashid, gak pernah liat bajunya yang keterlaluan rapi, terlebih lagi gak liat orangnya. Gue kangen masa?! Yah okelah gue ngalah dan gak mau ngelak kalau gue ... rindu. Aseek Egi. Plak.

Gue gosok rambut gue. Gak gatel, tapi frustasi dengan semua pikiran yang membebali otak gue.

Jangan-jangan Rashid ngambek gegara gue bilang kek gituan pas di toko buku?

Gue gosok lagi rambut gue yang sekali lagi gak gatel.

"Kenapa, Buk, gatel?" pekik Angga tiba-tiba.

Gue gak kaget. Dia emang gitu. SKSD banget. Jayus pula. Terlebih lagi, semenjak ada dia juga, aa Rashid gak ngajar lagi. "Gak. Dingin." Jawab gue ketus.

"Ucet, dingin kok garuk-garuk?"

"Udah tau gatel, ngapapin tanya."

Tingnung

Gue langsung melirik handphone yang sedari tadi gue genggam dengan penuh kasih setelah tadi sempat terdengar notif sebuah aplikasi chatting berbunyi.

Semoga Rashid, Ya Rabb. Aamiin.

"Bukan dari doi ya, Buk?" ucap Angga yang tidak bisa gue pungkiri kebenarannya. Bukan Rashid yang ngechat malah iklan gaje. Ah. Rashid beneran marah ya?!

"kalo iya kenapa?"

"Masih bisa berha--"

"Gi, dari siapa?" tanya Isah tiba-tiba membuat fokus gue pindah ke Isah dan melupakan cecunguk Angga itu.

"Yang pasti bukan dari doi." Isah tertawa kecil sejenak. "Lu kalo mau mojokin gue sama kaya ka Ang itu mending jangan dulu deh. Gue kalo ngamuk kaya gorilla."

"Woles, Gi. Kan gue juga nanya bener-bener tadi." Membenarkan posisi duduknya tadi, Ia kemudian berkata lagi. "Siapa oy? Rashid?"

Deg

Kok? Dia ....

Gue memicingkan mata gue sedangkan otak mulai tersumpal pikiran-pikiran yang entah dari mana ia datang begitu saja. "Kok Rashid?"

"Lah emang kenapa? Absurd banget ya gue tanya begituan? Apa kamu lagi marahan sama dia?"

"Eh e-enggak gitu juga sih."

"Lagian lu gak nyadar atau apa gitu? Udah beberapa hari kan dia gak ngajar. Dia ...."

"Dia kenapa, sah?"

Guru LesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang