Part 3

47 3 0
                                    

Heyho!
Happy reading guys. Aku usahakan buat rajin update.

love you all

~~
Author POV

Jam pulang kantor sudah berakhir beberapa saat yang lalu.
Sebuah mobil Mclaren P1 hitam melesat membelah jalanan kota Paris yang tampak lenggang di malam hari .

Pria berwajah khas Asia itu mengemudikan mobilnya dengan santai. Badannya terasa letih setelah seharian bekerja, tidak ada yang lebih melelahkan ketimbang duduk berjam-jam menonton layar monitor. Menyebalkan.

Nampaknya langit sedang tidak bersahabat kali ini, butiran-butiran air mulai berjatuhan menapaki bumi. Perkiraan cuaca tidak bisa diandalkan lagi sekarang, pergantian cuaca yang semakin ekstem membuat perubahan suhu yang cukup drastis di kota romance ini.

Finnick POV

Hujan mulai turun dengan derasnya kali ini. Kulirik jam tangan yang melekat di pergelangan tanganku.

'Masih ada waktu untuk minum kopi, setidaknya di malam yang dingin ini masih ada yang bisa menghangatkan tubuhku'

Kupacu mobilku menuju kedai kopi langgananku sejak beberapa waktu yang lalu. Aku harap kedai itu masih belum tutup, karena jam sudah menunjukkan pukul delapan malam saat ini.

'Oh syukurlah, kedai ini masih belum tutup. Setidaknya biarkan aku masuk dan minum secangkir kopi hangat'

Dengan langkah panjang aku berjalan menyebrangi jalan kecil menuju kedai kopi di seberang jalan. Percikan air hujan berhasil mengotori sepatu beserta ujung celana kerjaku. Tak apa lah, asal aku bisa minum kopi kali ini.

Tapi disaat aku hendak membuka pintu, aku dikejutkan dengan seorang wanita berpakaian kasir yang hendak keluar dari kedai, dengan membawa dua kantung besar berwarna hitam. Dia juga nampak terkejut dengan keberadaanku.

"Astaga!"

Alicia POV

Hari ini kedai uncle Bean ramai oleh pembeli, sebagian besar dari mereka memesan kopi dan beberapa makanan kecil sebagai teman mengobrol.

Aku bekerja dengan semangat hari ini. Tubuhku berlari gesit untuk menghidangkan bercangkir-cangkir kopi.

Kondisi uncle Bean sedang tidak sehat hari ini, badannya panas dan wajahnya pun tampak pucat. Aku tidak tega melihatnya seperti ini, di usia nya yang sudah tidak muda lagi, dia harus hidup seorang diri. Istrinya sudah meninggal dua tahun lalu, dan tanpa dikaruniai seorang anak. Aku berusaha menyuruhnya pulang lebih dulu untuk beristirahat, tapi bukan uncle Bean kalau semudah itu diatur. Dia masih keukeh untuk mengerjakan pekerjaannya.

Hari semakin sore dan pembeli masih keluar masuk kedalam kedai, walaupun tidak sebanyak siang hari. Aku berniat lembur hari ini, menggantikan uncle Bean yang sudah pulang beberapa jam yang lalu berkat ancamanku.

Jarum jam sudah menunjuk pukul delapan malam, diluar sedang hujan sekarang, dan pelanggan terakhir sudah keluar beberapa menit yang lalu.

Kuselipkan anak rambut yang berasil lolos dari kuncir kudaku, kusapu lantai granit kehitaman dengan cekatan, serta ku elap meja-meja berbentuk bundar yang telah tertata rapi.

Setelah acara beres-beser, ku berniat membuang sampah ke tempat sampah disamping kedai. Sebaiknya aku tidak lewat pintu belakang sekarang, hari sudah malam dan hujan tetap setia mengguyur. Aku sangat takut dengan gelap. Tidak ada cara lain, aku harus lewat pintu depan.

Kutenteng dua kantong plastik besar berwarna hitam dengan tanganku yang mungil, saat aku membuka pintu, aku dikejutkan oleh seorang pria dengan tubuh menjulang tinggi yang juga ingin membuka pintu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 16, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Behind meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang