P r o l o g

135K 984 13
                                    

"Mom?" Jarvis tertawa hambar sembari mendongakkan kepalanya tinggi-tinggi beberapa saat sebelum kembali menatap lurus ke arahku. Bibir tipisnya menampilkan seringai singkat yang malah membuatnya seperti iblis laknat dari  neraka.

"Sialan!!! Bahkan umurmu dua tahun di bawahku!" Jarvis Melangkah lebih dekat lagi, menghapus jarak diantara kami dengan pandangan lurus kemanik mataku. Mengunciku. Membuatku tak bisa mengalihkan tatapan kearah lain. Selain menatap iris matanya yang berwarna hazel yang sekarang di penhi kabut. Entah itu kabut gairah atau kemarahan.

Dan tidak bisa ku pungkiri kalau tatapan iblisnya itu masih sama memberi reaksi panas ke seluruh  tubuhku.

Sial memang.
Tapi aku tidak mau kalah untuk kali ini. Aku akan menunjukkan padanya kalau aku kuat. Aku bisa hidup tanpa dia. Aku akan membuatnya menyesal karena telah mempermainkanku.

Aku menepis tangan Jarvis  dengan kasar saat ia berniat ingin menyentuh rambutku, "persetan dengan umur! Saat ini setatus lebih berkuasa!" Aku menyeringai sesat untuk menutupi kegugupanku. Ya, aku gugup hanya karena tatapanya. "Dan  jangan coba-coba menyentuhku dengan tangan kotormu!"

Aku kembali menepis tanganya yang berniat ingin menyentuh wajahku. Tapi sialnya dia dengan sigap menangkap lalau  menahan tanganku di samping kepala.

Aku bergidik saat kembali melihat seringai Jarvis mengerikan. Aku tau, bahkan sudah sangat hafal dengan seringai macam itu. Seharusnya aku memberontak dan langsung menjauhinya. Tapi mengapa yang terjadi malah sebaliknya?

Tubuhku kaku saat ia terus memajukan wajahnya kearahku, menimbulkan Gelenyar panas yang langsung membakar seluruh tubuhku.

"Kenapa?" Bisiknya parau di sebelah telingaku. "Apa karena kau takut tidak bisa menolaknya? Atau..." ia mengelus lembut  bibir bawahku dengan ibu jarinya. "Karena jari ini mengingatkan sentuhan-sentuhan indah percintaan kita dulu?"

Napasku tercekat saat telingaku di gigit dengan lembut.

Ini gila! Bahkan tubuhku Masih bereaksi sama seperti dulu.  Tapi aku tidak boleh seperti ini! Aku tidak mau  menyerah begitu saja setelah mengingat apa yang telah ia lakukan terhadapku.

Mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu, membuat napasku berpacu lebih cepat. Bukan karen gairah, melainkan emosi.

"Brengsekkk!!!!" Aku mendorong dada bidangnya kuat dengan sebelah tanganku. Tapi sialnya tidak mempan sama sekali. Malah kedua tanganku sekarang ia tahan dengan hanya menggunakan satu tangan.

"Kau benar-benar brengsek! Lepaskan!!" Jeritku keras sembari meronta.

Tapi Jarvis malah semakin menyudutkanku ketembok.

"Aku memang brengsek! Dan aku juga tau kalau kau menyukai kelakuaan brengsekku!" Setelah berkata seperti itu, dia langsung melumat rakus bibirku...

Oh tidak! Bahkan tanganya yang lihai sudah mulai menggerayangi tubuhku...

Ketika ucapan, hati dan reaksi tubuh tidak sejalan..
-------

Cerita perdana. Butuh  banget kritik dan sarannya...

Vomment please

DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang