DESIRE 1

156K 1K 55
                                    

Pain and pleasure
Song for this chapter Pillow Talk >Zayn Malik


        Aku menggeliat malas kala kurasaan sesuatu lembut menempel dahiku. Saat mataku terbuka, iris mata hazel lah yang pertama kulihat.

      "Morning.." Sean menyapaku dengan suara serak khas bangun tidur.

     Aku membalasnya dengan senyuman.
Sean juga tersenyum. Hanya senyuman kecil, tapi menurutku sangat manis. Karena memang dia jarang tersenyum.
Selama hampir dua minggu aku sah menjadi istrinya, jarang sekali ia memberiku senyuman hangat seperti ini.

     Aku memejamkan mata, menikmati sensasi lembut yang kembali membakar tubuhku kala Sean mengelus pipiku dengan ritme sangat pelan yang memabukkan. Gerakannya semakin turun keleher, punggung dan berhenti di pinggul. Sean mengelus pelan dua gunduk daging di sana, sebelum meremasnya gemas. Membuatku mengigit bibir bawahku keras karena menahan desahan. Tak lama, tangnya kembali naik kepinggang, ia menarik tubuhku lebih dekat kearahnya lalu mendekapku erat.

     Cukup lama aku diam meringkuk seperti bayi di dekapanya yang terasa hangat dan nyaman. Dan pada saat aku menggerakkan lututku yang kebetulan berada pas di kejantannya, Sean mendesah. Membuat bibirku tersenyum lalu mendongak agar bisa menatapnya.

     Matanya berkabut di penuhi gairah saat menatapku. "Mau lagi?" Tangaku lirih.

     "Kau keberatan?" Aku membalasnya dengan gelengan. Dan sedetik kemudian, ia langsung melumat habis bibirku.

     setelah ciuman panas kami terlepas, Sean melempar selimut tebal yang menutup tubuh telanjang kami kesembarang arah, sebelum mengganti posisinya di atasku. Tanganku berniat ingin menyentuh lengan kekarnya, tapi dengan cepat ia menarik lenganku, membelitkan jemarinya kejemariku lalu meletakkan di sisi kepalaku.

     Aku tau dia tidak suka di sentuh. Aku juga tau caranya bercinta kasar. Sean tak segan-segan memukul pantatku, menjambak rambutku, mencekik leherku dan masih banyak lagi hal-hal kasar yang sepertinya tidak ia sadari saat melakukanya.

    Kenapa aku bilang tidak sadar?
Karena sehabis bercinta, dia akan terlihat sangat menyesal dan meminta maaf. Sean juga akan menciumi satu persatu luka yang ada di tubuhku lalu mengolesinya obat.

     Seperti sekarang ini, dia tengah menatap tubuhku dengan ekspresi sedih. Aku tidak tau lukanya separah apa. Yang ku ingat semalam ia memborgol kedua tanganku di kepala ranjang besi yang sepertinya memang khusus ia pesan, sebelum mencambuki tubuhku dengan cambuk kulit sebesar jari telunjuk.

     "Maaf... aku menyakitimu lagi." Ucapnya lirih sembari mengelus bagian perutku membentuk garis lurus, yang kurasa di sana ada bekas cambukkan.

     "Aku tau kau tidak bermaksud menyakitiku.." aku tersenyum lebar agar dia yakin kalau aku memang tidak apa-apa.

     Sean menunduk, mengecup bibirku singkat lalu kembali mendongak untuk menatap mataku.

     "Aku janji pagi ini tidak akan menyakitimu." Aku mengangguk. "Jika nanti aku melanggar, kau harus mengingatkanku!!"

     Aku tersenyum...
Sean langsung membuka kedua pahaku lebar-lebar lalu menggesekkan kepala kejantanannya di bibir kewanitaanku.

     Aku mendesah... menggoyangkan pinggulku sembari mencengkeram erat seprai hitam yang menjadi alas kami tidur dengan erat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 04, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang