2. Permulaan

263 6 2
                                    

Hari ini terasa berlalu dengan cepat.
Aku sudah sedikit terbiasa dengan semua ini.
Aku sudah agak terbiasa dengan yang aku alami.
Aku sudah terbiasa dengan yang  terjadi.
Aku sudah terbiasa dengan semua. Semuanya.
Termasuk dengan mereka.

Ah! Ya! Aku lupa...
Sebelumnya perkenalkan, nama ku Yasintha Odelia Tama. Aku adalah salah satu murid yang bersekolah di Orlando Senior high school. Harusnya masa itu adalah masa yang menyenangkan. Masa yang hanya diisi dengan bermain, bercanda, sekolah, belajar, memiliki teman yang banyak, berkumpul dengan keluarga, pergi shoping baju terbaru, beli buku, nonton bareng teman atau pacar, pergi ke tempat keren, melintasi alam, dan banyak hal-hal lain lagi yang akan dilakukan. Tapi semua itu tak dapat ku lakukan.

Karena aku tak memiliki siapapun.

Siapapun!

Sendiri?

Terpuruk?

Itu pasti. Karena tak ada siapapun yang peduli denganku. Tak ada yang mendekatiku. Semua nya menjauh dariku.
Itu semua karena... mereka menganggapku aneh. Lain dengan yang lainnya. Keluarga ku pun hanya mengiyakan perkataanku saja, meskipun aku tahu bahwa mereka menyayangi dan peduli padaku, tapi kurasa mereka tak bisa percaya dengan apa yang aku katakan sama sekali.

Aku hanya memiliki hewan peliharaanku yang bisa menemaniku saat aku sendiri. Aku penyuka binatang. Terutama dengan kucing dan kelinci. Aku menyukai semua binatang kecuali satu, ular. Bagiku ular adalah mimpi burukku.

Saat ini adalah waktuku untuk pulang. Aku berjalan menyusuri jalan setapak menuju rumah yang dikelilingi pohon-pohon yang berjajar rapi di pinggir jalan.
Jalan yang sama yang ku lewati saat aku berangkat ke sekolah.
Jalan yang sama pula dimana jalan itu berujung ke tempat pertama kali aku melihat hal-hal aneh. Hal-hal aneh yang juga membuatku menjadi aneh.
Semua ini berawal ketika aku masih kecil saat umurku 8 tahun, disaat aku mengetahui tentang "itu"

***flashback on

Sore itu, merupakan sore yang cerah. Semilir angin sejuk berhembus ke arah barat. Membuat pohon dan bunga seolah menari mengikuti arahnya. Serta daun dan debu yang dibawanya terbang entah kemana. Semua nampak nyaman saat itu. Aku pergi keluar rumah, lalu bermain di halaman depan.
Sungguh nyaman.

Akan tetapi, situasi saat ini agak sedikit aneh. Karena, suasananya sangat sepi, tak ada yang keluar rumah sama sekali. Biasanya masih ada satu atau dua tetangga yang keluar rumah. Kadang mereka sedang bergosip ria di rumah tetangga mereka, bertegur sapa, atau hanya ada sebuah keluarga yang bercengkerama sambil meminum secangkir teh ataupun kopi sambil bersantai menikmati sore di depan rumah mereka masing-masing.
Entahlah! Mungkin mereka sedang sibuk.

Ketika aku sudah sampai di halaman depan rumah, aku langsung jongkok bermain pasir. Aku menggambar, menulis dan membentuk pasir di halaman depan. Aku bermain dengan pasir, aku membuat garis - garis abstrak, menggambar muka, menulis nama, atau membuat rumah - rumahan kecil dengan pasir dan batu. Aku sangat menikmati sore ini.

'Jledarrrr..

'Syuusss...

Tiba-tiba petir menyambar dan angin berhembus kencang.

'Tarrr..'

Syuuuusss..

'Whuuushh

Krieettt..

Srekkk..

Sreekkk..

'Ssyuuuuuss'

Angin berhembus kencang membuat pohon pohon berdecit dan meliuk-liuk.
Kurasa hujan akan turun saat ini. Hmm... Seharusnya aku masuk ke dalam rumah, berlindung disana dan tidak bermain di luar seperti sekarang ini. Tapi aku suka hujan. Aku suka berdiri di bawah hujan. Aku suka berdiri di bawah hujan sambil mendongak keatas dan menutup mata lalu menghirup aromanya kuat-kuat. Menghirup aroma hujan. Aroma petrichor. Merasakan dan menikmatinya hingga hati dan fikiranku kembali damai, kembali normal. Karena itu, aku tak masuk rumah dan tetap berada di luar. Lagipula ayah dan ibu tidak memanggilku dan menyuruhku untuk berteduh. Padahal biasanya mereka selalu memarahiku kalau bermain atau keluar saat hujan turun.
Tapi sekarang tidak. Aneh memang. Tapi aku mengambil kesempatan itu untuk tetap disini sedikit lebih lama.

Hening.
Angin tak lagi berhembus kencang. Semua kembali menjadi semula. Tapi, udara semakin terasa dingin menyengat kulit. Mungkin hujan sebentar lagi akan turun.

Tap..

Tapp..

Tap...

Terdengar langkah kaki seseorang. Aku menengadahkan kepalaku untuk melihat orang itu.

Whuushh..

Hanya angin yang berhembus menerpaku. Tak ku dapat i apapun. Tak ada seorang pun. Tak ada siapapun. Aku jadi sedikit takut. Tapi tak ku hiraukan semua itu. Dan aku melanjutkan bermain pasir.

Tap.. Tap.. Tap..

Suara langkah kaki itu lagi..
Aku menengadah lagi. Dan lagi, tak ada siapapun. Aku baru tersadar, hari ini tidaklah sedikit aneh, melainkan memang aneh dan menyeramkan. Burung yang terbang, lalat, kupu-kupu, lebah, bahkan semut pun tak tampak sore ini.

Aku menundukkan kepalaku, bertingkah seperti tak terjadi apapun. Aku sedikit bimbang, antara aku mau masuk ke dalam rumah atau tetap bermain. Aku ingin masuk kedalam rumah karena aku takut. Tapi aku masih ingin tetap bermain di luar dan menunggu hujan.

Dan akhirnya aku memutuskan untuk tetap di luar, bermain pasir dan batu.

Tap.. Tap.. Tap..

Srakkk..
Terdengar langkah itu semakin mendekat dengan cepat karena aku mendengar suaranya menginjak deaunan di tanah.

Kali ini aku mengacuhkan suara itu. Aku tak memperdulikan suara itu.

Tapi, suara itu semakin mendekat.

Srakk.. Srakk..

Srakk.. Srakk

Srakk.. Srakk.. Srakk..

'Set'
Aku tersentak. Ada sepasang kaki  kecil di depanku. Aku menebak, mungkin dia seumuran denganku.

"Kak, mau bermain bersamaku?" tanyanya dengan suara lirih dan serak.
Mendengar pertanyaannya, aku langsung mendongak mengarahkan wajahku ke arahnya.

"Akh!" aku tercekat. Tubuhku limbung ke belakang. Aku melihat wajahnya. Sangat menyeramkan. Rambutnya terurai panjang. Wajahnya pucat, matanya membelalak seakan bola mata hitamnya akan keluar, ada lingkaran hitam di sekitar matanya dan dia menyunggingkan seringai yang sangat menakutkan untukku.

Aku takut, sangat. Aku berteriak sekencang-kencangnya dan berlari meninggalkan anak itu kearah rumah ku. Aku membuka pintu dan masuk kedalam rumah. Aku mencari keberadaan ayah dan ibuku. Aku berteriak memanggil nama mereka. Aku sangat takut. Air mata sudah jatuh membasahi pipiku. Tubuhku bergetar. Keringat dingin mengalir deras di tubuhku. Tak henti-hentinya aku memanggil ayah dan ibuku. Tapi mereka tak ada, di ruang tamu, ruang keluarga, dan dapur.

Aku semakin panik dan ketakutan. Lalu aku berlari ke ruang perpustakaan sekaligus ruang kerja milik ayah. Aku langsung memburu pintu dan masuk kedalamnya.
Beruntung, mereka ada disana. Mereka terkejut karena kedatanganku yang tiba-tiba masuk kesana dengan membanting pintu. Tanpa basa basi aku langsung berlari menghambur ke pelukan ibu dan menangis sejadi-jadinya.

Mereka terlihat bingung denganku, tapi aku tak menghiraukannya dan menangis sesenggukan di pelukan ibu, ibu semakin mendekapku erat memberiku ketenangan. Aku masih takut dengan kejadian barusan. Bahkan, bayangannya masih ada difikiranku. Anak itu sangat menakutkan. Aku tak mau bertemu dan melihatnya lagi.

"Hiks... Hiks... Hiks... "

Melihat ku yang masih menangis dipelukan ibu. Ayah mendekat mengambil alih tubuhku, lalu menggendongku ke pelukannya. Aku pun melingkarkan kedua tanganku ke leher ayah. Aku memeluk ayah sekuat-kuatnya dan dia juga membalas memelukku.
Nafasku masih tak beraturan, sehingga membuat ayah mengelus rambut dan punggungku menenangkanku.

"Sshh... Sshh... Ada apa sayang? Tenanglah... Ada ayah disini... Sshh... Kamu aman sama ayah... Tenang sayang... Sshh..."

Nafasku sudah sedikit normal dan aku sudah bisa mengontrol diriku. Tapi, aku masih menangis dipelukan ayah dan juga ibu yang juga masih membelai rambutku.

*Flashback off

••••••
Hai..
Maaf ya lama update. Maaf juga kalau ceritanya nggak ngerasa banget feel nya di kalian.

But, aku mau bilang lagi, makasihh banget buat kalian yang mau ngerelain waktu kalian buat baca cerita ku.

Aku seneng banget..
Thank you guys

Happy reading..

15 Mei 2016

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm (not) InsaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang