"Sorry sorry telat... biasa macet" Nathea duduk di hadapan Xander sambil tersenyum. Xander terseyum hangat ke arah Nathea. "Nat, ada yg mau aku omongin ke kamu."
"Well, apa yg mau kamu omongin ke aku."
"Aku akan melanjutkan studiku ke Amerika dan aku juga akan tunangan sama Iren. Kamu tau iren kan? Teman kuliah kita."
"What?" Nathea bergumam pelan atas apa yang baru saja ia dengar. Dadanya sesak, matanya berkaca kaca mendengar semua ini. Ia berusaha untuk mengendalikan emosinya agar tangisnya tidak pecah di depan Xander. Jadi... Xander...
"I'm... I'm happy for you Xander... semoga pertunangannya berjalan dengan lancar ya..." Nathea berusaha menahan tangisnya agar tidak pecah. Ia menatap Xander yang begitu berbinar, ekpresinya menunjukkan bahwa ia sedang senang sekarang. Ini kedua kalinya Nathe melihat Xander sebahagia ini pertama saat kelulusan dan ini yang kedua kalinya.
"Aku sudah 6 tahun long distance sama Iren. Aku pikir ini waktu yang tepat untuk melamarnya."
"6 tahun?" Nathea bergumam pelan dan Xander mengangguk excited. Dirinya baru dekat dengan Xander 4 tahun yang lalu. Berarti selama 4 tahun ini ia menjadi selingkuhan Xander? Apa itu benar? Pasalnya kedekatan mereka selama 4 tahun ini belum dapat membuktikan status mereka itu apa. Teman? Mereka lebih dari itu. Sahabat? Tidak ada sahabat laki laki memeluk sahabatnya setiap kali mengantarnya pulang. Pacar? Mereka belum pernah membicarakan itu. Hingga Nathea membuka pembicaraan.
"I have to go Xander. Aku harus jemput mama. And thanks for everything, aku kira hubungan kita selama 4 tahun ini istimewa. Ternyata aku salah mengartikannya."
"Maksudnya apa nat?"
"Kamu ga akan pernah mengerti maksud aku. Well sekali lagi selamat."
"Makasih nat." Xander memperhatikan punggung Nathea yang semakin lama semakin menghilang.
You really hurt me. I love you so much but you hurt me a lot. Are you happy now? Bisik Nathea dalam hati.
Jika ada yg typo mohon maaf authornya abal abal. Jangan lupa kasih comment buat masukan author. Makasih^^
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Back
RomancePertahananku yang aku buat seperti baja sudah runtuh. Luka itu kembali menganga lebar, dan mulai menggerogoti hati dan pikiranku lagi. Sakit Seperti jarum yang menancap di seluruh bagian tubuhku, aku hanya diam dan tak berkutik. Aku hanya mengikuti...
