Prolog

7.3K 333 40
                                    

Seorang anak perempuan cantik yang berusia 6 tahun tengah memeluk boneka kelinci di tangan kanannya, dia berjalan menghampiri ibunya yang sedang sibuk menata makanan di atas meja dengan senyuman yang tidak lepas dari wajah cantiknya. Seolah hari itu adalah hari paling membahagiakan untuknya.

"Mama."

Wanita yang dipanggil dengan sebutan mama oleh putri kecilnya itu menoleh dengan senyuman merekahnya, "Loh, anak mama kok udah bangun?"

"Happy enivelseli, Mama." ucap anak perempuan itu yang belum bisa menyebut huruf R dengan benar.

Wanita yang bernama Nindya Ayu Agatha itu kemudian membawa putri kecilnya ke dalam pelukannya. Nindya memeluk putri kecilnya sangat erat seolah melalui pelukannya dia mengatakan akan memberikan seluruh cinta dan kasih sayangnya hanya untuk putri kecilnya. Nindya sangat bersyukur memiliki putri yang cantik, pintar, dan menggemaskan itu. Putrinya adalah sumber kebahagiaannya.

"Makasih, sayang." Nindya mencium kedua pipi gendut putrinya.

Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahannya yang ke-8 dengan suaminya. Selama 8 tahun ini hidupnya sangat bahagia, memiliki cinta dari seorang suami dan putri yang luar biasa membuat dirinya tidak menginginkan apapun lagi untuk hidup di dunia. Cukup bersama mereka, untuk selamanya.

"Wah, ada apa ini?" ucap seorang pria yang baru saja datang dengan membawa handbouquet bunga mawar merah kesukaan Nindya. Dia masih terlihat tampan di usianya yang tidak lagi muda. Dia adalah Henry Agatha.

"Papaaa!!" anak perempuan itu berlari ke arah Henry.

"Bunganya cantik banget, Pa." lanjutnya dengan mata menatap takjub ke arah handbouquet bunga mawar merah di tangan Henry.

"Iyaa, cantik seperti kamu sama mama."

Nindya menatap keduanya dengan senyuman yang semakin mengembang. Putrinya tidak henti memberikan pertanyaan lalu Henry akan menjawabnya dengan sabar. Dia menanyakan apa saja tentang bunga mawar merah itu, mulai dari kenapa ada duri di tangkainya, kenapa warnanya merah, kenapa bunga itu wangi sekali, sampai kepada pertanyaan kapan dirinya diberi bunga seperti itu oleh seorang laki-laki. Nindya hanya tertawa mendengar pertanyaan terakhir yang dilontarkan oleh putri kecilnya yang baru berusia 6 tahun itu. Rasanya selalu mendamaikan mendengar interaksi antara ayah dan anak.

Nindya jadi tidak sabar untuk melihat proses putri kecilnya bermetamorfosa menjadi dewasa. Akan seperti apa kehidupan putri kecilnya, sosok laki-laki seperti apa yang kelak akan mencintai putrinya yang manja dan kadang keras kepala ini dengan setulus hatinya.

"Happy anniversary, sayang."

Henry berdiri di hadapan Nindya dengan senyumannya sembari memberikan handbouquet bunga mawar merah yang dari tadi menjadi topik pembicaraan putri kecilnya.

"Thank you." Nindya merasakan pipinya bersemu merah, meskipun sudah 8 tahun bersama tetapi tetap saja dia selalu malu jika mendapati suaminya melakukan sesuatu yang menurut orang lain sederhana tapi baginya itu sangat romantis.

"Kita akan terus merayakan hal seperti ini untuk banyak tahun di depan sana. Memberikan banyak cinta untuk keluarga kecil kita. Menemani dan merawat bersama-sama putri kita hingga tumbuh dewasa. Mau kah kamu mewujudkannya bersamaku?"

Nindya hanya bisa terdiam, matanya sudah buram oleh cairan bening yang sebentar lagi mendesak ingin keluar. Nindya menatap pria di hadapannya ini. Pria yang dipilihkan oleh Tuhan untuk menjaganya seumur hidup. Pria yang mengucapkan janji suci untuk selalu bersamanya hingga akhir hidupnya. Sungguh, dia sangat mencintainya.

"Iyaa, aku mau."

Bersamaan dengan itu setetes air mata jatuh membasahi pipinya. Bukti dari perasaan terdalamnya. Air mata kebahagiaan yang ingin selalu dirasakannya hingga akhir napasnya.

"Aku mau makan kuenya."

Celotehan putri kecilnya menyadarkan kembali kedua pasangan yang sedang berbahagia itu. Dia sudah duduk di atas kursi makan dengan wajah cemberutnya karena terlalu lama menunggu, padahal dia sudah sangat ingin memakan kue tart yang ada di hadapannya ini.

"Ayo potong kuenya, Ma. Aku mau ambil buah cherry yang ini boleh, Mama?" ucap putrinya yang menggemaskan sambil menunjuk buah cherry yang ada di atas kue tart nya.

"Boleh, sayang. Semuanya untuk Queen, putri gendut mama yang menggemaskan."

"Queen mau suapin mama sama papa."

Nindya dan Henry pun menghampiri Queen, sekarang posisi Queen berada di tengah mereka. Nindya segera memotong kuenya menjadi potongan kecil agar memudahkan Queen untuk memakannya. Queen memberikan suapan pertama untuk Nindya lalu diikuti suapan kedua untuk Henry. Lalu Queen menyisihkan 1 suapan lagi, Nindya dan Henry pun mengerutkan dahi kebingungan. Untuk siapa lagi suapan ketiga itu.

"Buat Mbok Sumi."

Nindya dan Henry pun tertawa mendengar ucapan putrinya bahwa suapan ketiganya ternyata untuk Mbok Sumi. Mbok Sumi adalah wanita paruh baya yang sudah membantu Nindya dalam merawat Queen dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya. Bagi Nindya, Mbok Sumi sudah seperti ibunya sendiri.  Nindya segera memanggil Mbok Sumi dan tidak lama setelah itu Mbok Sumi datang.

"Kenapa Mbok Sumi dipanggil, Non?"

"Mbok Sumi makan kue ini." Queen mengarahkan suapan kuenya yang langsung dilahap oleh Mbok Sumi. Queen tersenyum dan bertepuk tangan dengan cerianya. Melihat Queen yang tertawa, semua pun ikut tertawa.

"Saatnya sesi foto." ucap Mbok Sumi dengan kamera yang entah sejak kapan sudah berada di tangannya.

Mereka pun berfoto ria mengabadikan momen kebersamaan itu. Momen yang diharapkan akan terjadi berulang-ulang dan selamanya, tetapi takdir ternyata tidak sebaik itu. Sosok Henry dan Nindya satu tahun kemudian tidak lagi sama seperti sosok mereka di hari ini. Ternyata, Tuhan dengan begitu mudahnya memutarbalikkan keadaan. Tidak ada lagi hari perayaan ulang tahun pernikahan di tahun selanjutnya. Hari ulang tahun pernikahan mereka yang ke-8 sekaligus menjadi hari ulang tahun pernikahan mereka yang terakhir.

Sosok Queen yang menggemaskan dan ceria itu pun tidak ada lagi. Dia berubah menjadi sosok tertutup yang tidak dikenali. Satu pelajaran hidup yang dia ambil, bahwa cinta yang abadi itu tidak pernah ada. Cinta hanyalah suatu perasaan yang bisa datang dan pergi semaunya. Sifatnya hanya sementara.

♡♡♡♡♡♡

HALOOO QUEEN COME BACK!! Setelah lama menghilang dari dunia orange ini aku memutuskan untuk kembali dan melanjutkan cerita Queen yang belum terselesaikan. Ya walaupun udah ada yang bosen nunggu dan akhirnya menghilang, gapapa karena itu pure kesalahan aku. Tapi aku berharap masih ada dari kalian yang setia dengan cerita ini:)

Cerita ini adalah karya pertamaku di wattpad. Menulis sebuah cerita dengan imajinasi dan ide-ide yang beraneka ragam bukanlah sesuatu yang mudah. So, aku yakin kalian sangat paham untuk tidak menyalin cerita ini.

Terima kasih untuk kalian yang masih setia menanyakan dan menunggu. Vote dan comments dari kalian menjadi motivasi besar aku untuk menyelesaikan cerita ini hingga akhir.

Yuk, kita ikuti lagi kisah perjalanan hidup seorang Queenera Gloxinia Agatha. Hope you enjoy it!

QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang