"Tidak ada manusia yang sempurna. Berapa banyak pun kelebihan yang dimiliki seseorang, pasti selalu ada satu celah dimana letak kekurangan itu berada."
Pagi ini, seorang gadis sedang berdiri di depan cerminnya. Merapikan pakaian seragamnya yang sudah terlihat rapi.
Queenera Gloxinia Agatha.
Dia terdiam sejenak, matanya menatap lurus kepada bayangan dirinya yang ada di cermin. Dia memiliki postur tubuh ideal yang diinginkan semua perempuan. Tingginya yang semampai, kulitnya yang putih bersih, hidung mancungnya, rambutnya yang sebatas punggung itu sedikit agak bergelombang, dan iris matanya yang berwarna cokelat muda.
Semuanya terlihat sangat sempurna. Sehingga tidak heran, mengapa banyak orang yang jatuh dalam pesonanya. Namun sayang, kepribadiannya tidak secantik penampilan luarnya. Gadis itu terkenal sangat dingin dan ketus. Dia juga tidak pandai mengekspresikan perasaannya. Tidak ada yang berani mendekatinya apalagi mencari masalah dengannya, terlebih karena dia adalah Ketua Osis di Regis High School.
"Non, sarapannya udah siap." Terdengar suara Mbok Sumi diiringi suara ketukan pintu kamar Queen dari luar.
Queen segera mengambil tasnya yang berada di atas tempat tidur miliknya, lalu keluar menghampiri Mbok Sumi yang sudah menunggunya.
****
Queen berjalan dengan langkah pasti di koridor yang sudah ramai dengan murid-murid RHS. Ini adalah hari pertama di semester yang baru setelah sebelumnya libur cukup panjang. Saat ini, Queen sudah berada di semester lima. Itu berarti, hanya satu tahun lagi waktu yang dimilikinya di jenjang Sekolah Menengah Atas berakhir.
Queen berjalan tanpa memedulikan tatapan murid-murid RHS yang menatapnya dengan berbagai macam jenis. Adapun bisikan yang terdengar entah itu baik ataupun buruk terhadap dirinya dan juga gombalan cowok mata keranjang yang sudah terkenal di sekolah ini. Namun, tetap saja Queen tidak peduli. Queen sudah menganggapnya itu hal yang biasa. Jangankan meladeninya, menengok saja Queen tidak ingin.
"Queen!" seru seseorang.
Queen melihat Adhwa di antara kumpulan murid-murid RHS yang sedang berdesakan untuk melihat di kelas mana nama mereka tercantum.
"Kita sekelas lagi." ucap Adhwa setelah berhasil keluar dari kerumunan sambil menunjukkan deretan giginya.
Queen tidak menanggapi, baginya sekelas dengan Adhwa bukan lagi menjadi hal yang baru mengingat dirinya dengan Adhwa yang selalu sekelas sejak mereka duduk di bangku SMP. Entah takdir macam apa itu.
Adhwa adalah sahabatnya. Hanya Adhwa yang mengenal Queen dengan baik di antara banyak manusia yang mengelilinginya. Adhwa selalu ada ketika Queen membutuhkannya. Begitu pun sebaliknya. Walaupun keduanya memiliki sifat yang berbanding terbalik. Queen dengan sifat keras kepala dan tertutupnya, sedangkan Adhwa dengan sifat ceria dan terbukanya. Queen yang feminin, sedangkan Adhwa yang tomboy.
Ternyata perbedaan itu menjadikan perpaduan yang sempurna dalam persahabatan mereka.
"Yuk ke kelas." ajak Adhwa yang dibalas dengan anggukan oleh Queen. "Kita di kelas XII science-1." ucapnya lagi.
Mereka pun segera menuju lantai empat dimana letak kelas tersebut berada.
****
Bel istirahat berbunyi menandakan berakhirnya pelajaran Fisika yang sangat melelahkan otak. Pak Arnold, Guru Fisika yang selama tiga jam tadi menjelaskan materi mengenai gejala gelombang yang sangat memusingkan dan menghabiskan tenaga dalam artian otak itu membuat mereka lapar.
"Baru hari pertama, tapi udah disuguhin materi kaya gini." keluh Adhwa sambil meletakkan kepalanya di atas meja. Kepalanya panas seperti air yang baru saja mendidih. Dia membutuhkan sesuatu yang dapat mendinginkan otaknya kembali.
"Kantin?" Adhwa yang mendengar itu langsung mengangkat kepalanya dan melihat Queen sedang merapikan buku-bukunya di atas meja.
"Yuk, makan apa ya gue hari ini?" Adhwa menopang kepalanya dengan siku yang ditempelkannya di atas meja tampak memikirkan menu makan siang apa yang akan dipilihnya.
"Yaudah, yuk."
Kantin siang ini sangat ramai. Di antara semua tempat di sekolah, kantin adalah yang paling diminati menjadi tempat tujuan bagi murid-murid.
"Eh, ada si ketos."
Baru saja Queen dan Adhwa melangkahkan kaki memasuki pintu kaca di kantinnya, suara seseorang menginterupsinya. Membuat langkah keduanya terhenti. Tanpa melihatnya saja Queen sudah tahu siapa orang itu.
Clarissa Wijaya.
Clarissa yang sudah lama menjadi musuh Queen. Bagi Queen, satu teman yang bisa mengerti dirinya sudah cukup. Setidaknya itu lebih baik daripada memiliki banyak teman, tetapi semuanya palsu.
Queen berbalik sehingga sekarang tubuhnya menghadap Clarissa dan dayang-dayangnya. Kalau kalian pikir mereka adalah teman-temannya, kalian salah. Mereka hanyalah orang yang dianggap Clarissa bisa dimanfaatkannya. Sehingga tidak heran jika Clarissa tidak pernah tahu apa arti memiliki sahabat. What a pity!
Queen menatap Clarissa dalam diam dengan wajah datarnya. Clarissa adalah orang yang paling tidak menyukai Queen. Entah apa alasannya, lagipula Queen juga tidak memedulikannya. Masih banyak hal penting lain yang membutuhkan perhatiannya dibanding berurusan dengan Clarissa. Dia selalu saja mencari masalah dan seolah hidupnya tidak akan tenang jika tidak mengganggu Queen sekali saja.
Queen menghela napas pelan, lalu pergi untuk mencari meja yang cocok. Hanya akan membuang waktu berharganya kalau Queen meladeni Clarissa, dan dia sudah sangat bosan untuk itu.
"Yaelah baru masuk ketemunya lo lagi. Males banget gue." gumam Adhwa sembari berjalan menuju antrian kedai bakso. Akhirnya dia menjatuhkan pilihan menu makan siangnya hari ini adalah bakso Mang Black. Begitu murid-murid RHS memanggilnya, dikarenakan warna kulit Mang Black yang sedikit gelap.
Clarissa menatap tajam punggung Queen yang sudah menjauh, Gue muak banget sama sikap lo, Queen. batin Clarissa.
Sementara Queen sudah memilih meja di dekat dinding kaca. Meja ini adalah meja kesukaannya. Sembari menikmati makanannya, dia bisa melihat taman sekolahnya yang asri.
Sambil menunggu Adhwa, Queen memasang earphone di kedua telinganya. Lagu dari John Legend 'All of Me' diputarnya. Queen menyapu pandangannya ke penjuru kantin. Antrian panjang terlihat di depan masing-masing kedai. Sesekali terdapat beberapa murid yang menerobos antrian membuat suasana kantin tampak ricuh. Di sisi lain, terdapat murid yang sedang menikmati semangkuk bakso dengan wajah memerah karena tujuh sendok sambal yang dituangkannya ke dalam mangkuk. Pandangannya kemudian jatuh kepada tiga orang cowok yang baru saja memasuki kantin. Terlihat langkahnya terhenti di depan Clarissa, dan juga sikap Clarissa yang berubah seperti sedang mencari perhatian.
Queen yang melihat itu hanya mendengus di tempatnya, menyaksikan apa yang akan dilakukan Clarissa selanjutnya. Terlihat salah satu dari ketiga cowok itu tidak menanggapi dan terus melanjutkan langkahnya sampai berhenti di depan salah satu kedai.
Queen mengerutkan dahi, sepertinya wajahnya sangat asing untuk Queen. Apa dia murid baru? batin Queen bertanya.
♡♡♡♡♡♡
Don't forget to votes and comments! Karena vote dan comment dari kalian sangat berarti buat aku. Oiyaa, add juga cerita ini ke library kalian ya agar kalian dapet notifikasi kalo ada update terbaru dari setiap chapter cerita ini. Happy reading!^^
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN
Ficção AdolescenteMungkin seseorang memiliki kenangan masa lalu yang indah dan ada saatnya dia ingin kembali ke masa itu. Tetapi, tidak dengan Queen. Meskipun semua orang bersikeras dengan argumen seperti itu, Queen akan menjadi satu-satunya orang yang menganggap dir...