Hi, Alien!

289 15 5
                                    

Alana menaiki tangga dengan terburu-buru. Ia harus mengangkat sedikit rok abu-abu nya agar tidak jatuh karena terserimpat. Tangga itu cukup panjang dan berbelok, sehingga membuat Alana sedikit terengah-engah. Sesampai nya di anak tangga paling atas, Alana langsung berlari ke pintu kamar yang tepat berada di seberang tangga.

"Abang Azeeel!!"

Alana mengetuk pintu kamar dengan tidak sabar.

"Masuk." Terdengar jawaban santai dari dalam sana.

Mendengar jawaban itu, Alana langsung masuk ke dalam kamar Abang nya yang lumayan luas.  Terdapat beberapa poster The Beatles tertempel di dinding. Tidak seperti kamar anak laki-laki lainnya, kamar itu rapi dan bersih. Hanya ada kaset playstation yang berserakan di lantai.

"Bang, abang inget cowo yang sering Alana cerita-in kan?" tanya Alana sembari duduk di kasur, di samping kakak nya yang sedang tengkurap sambil asyik bermain PS.

"Yang suka ngikutin kamu itu?" jawab Azel, Kakak satu-satu nya Alana.

"Iya bang, abang inget kan bang?" Tanya Alana sekali lagi. Kali ini lebih antusias.

"Iya abang inget. Kenapa? Kamu di apain sama dia? Sini abang lawan." Walaupun tangan nya sedang asyik menekan-nekan tombol di game stick, Azel tetap terdengar khawatir pada adik satu-satu nya itu.

Alana menggeleng pelan.

"Alana gak diapa-apain bang. Tapi, tadi Alana ngeberaniin buat nanya apa maksud dia ngikutin Alana. Dan abang mau tau ga apa sebabnya?"

"Apa? Dia mau nagih utang?" tanya Azel tanpa memalingkan wajah nya dari layar game. Tim football nya sedang mengejar-ngejar bola di kaki lawan.

"Ish bukan bang." Alana sedikit cemberut dengan pertanyaan abangnya.

Kemudian ia menceritakan dengan detail kejadian tadi. Mulai dari ia turun busway, memberanikan diri untuk menegur duluan, sampai alasan laki-laki itu yang ternyata memang sengaja menunggu Alana karena belum hafal jalan pulang.

Azel mendengarkan cerita Alana dengan baik-baik. Ia hanya mengangguk-angguk tanpa berkomentar apapun. Masih sibuk dengan tim football nya yang kini sedang menguasai bola.

"Tapi dia aneh,bang.." ucap Alana di akhir cerita nya.

"Aneh kaya apa? Alien?" Azel menanggapi dengan santai.

Alien?
Deg. Jantung Alana seakan berhenti sejenak mendengar kata itu. Pikirannya memaksa Alana untuk mengingat sesuatu. Tapi tak bisa.

Alana tak mau ambil pusing, ia menghiraukan semua perasaan nya itu.

"Bukan bang. Kata abang kan alien itu kurus dan jelek. Tapi dia gak kurus, dia juga ganteng. Cuma aneh aja." Ucap Alana enteng.

"Ganteng? Kamu masih kecil, ntar mama marah." jawab Azel sambil terus mengoper-oper bola.

"Ish apaan sih bang. Nyebelin ah!" Alana melempar bantal kecil yang dari tadi ia peluk ke kepala abang nya itu.
Azel hanya meng-aduh pelan tanpa menghilangkan konsentrasi nya bermain game.

"Udah ah, Alana mau mandi. Cape ngomong sama abang." ucap Alana sambil bangun dari tempat tidur, ia berjalan pelan menuju pintu kamar.

"Tutup pintu nya lagi,jelek!" suruh Azel pada Alana.

Alana menutup pintu kamar abang nya.

"Yeess gol!!!"

**

Ruangan itu sangat sunyi, hanya terdengar suara samar mesin ac dan dentingan jarum jam yang tertempel di dinding.
Tidak hanya jam saja, di dinding berwarna pastel itu juga tertempel poster besar penyanyi terkenal, Ed sheeran. Sticker bergambar daun maple pun dengan cantik melingkari seluruh dinding kamar tepat dibagian tengahnya.

Jam menunjukan pukul 22.30.
Tetapi Alana belum juga tidur, ia masih sibuk dengan laptop nya di meja belajar. Mengerjakan tugas yang harus dikumpulkan esok hari.
Jari-jari nya dengan lihai menari di atas keyboard, mata nya dengan jeli menatap layar laptop yang menyilaukan itu.

"Selesai! Hoam akhirnyaaa" ia meregangkan tubuh nya.

Alana mematikan laptopnya, memasukan nya kembali ke dalam tas.

"Ngantuk, aku mau tidur." Alana bangun dari kursi belajar nya. Ia berbalik, ingin segera merebahkan tubuh nya dikasur yang kini terlihat sangat menggoda.

Namun saat ia akan melangkah, ia terhenti. Ia melihat ke arah jendela kamarnya. Alana mengingat sesuatu.

Dengan wajah yang terlihat sangat mengantuk, Alana berjalan menuju jendela kamarnya. Gorden biru muda bermotif bunga itu ia sibak sedikit.
Alana melihat ke seberang rumahnya. Tepat nya, ia melihat ke rumah laki-laki yang bicara dengannya sore tadi.

Udah pindah seminggu, tapi kok aku ga sadar sama sekali ya. Mama juga ga bilang kalo kita punya tetangga baru.

Alana lalu menutup gorden itu kembali. Ia bergegas berjalan ke kasur empuknya. Rasa kantuk Alana sudah tak bisa ia tahan lagi.

Ia melemparkan tubuh nya ke kasur. Menarik bedcover hingga sebahu.
Namun mata nya belum juga terpejam.

"Kalo di pikir-pikir, emang sih dia aneh kaya alien. Tapi dia itu alien yang versi lumayan ganteng. Kira-kira besok dia ngikutin aku lagi gak ya.."

***

"Maa, Alana berangkaat" pamit Alana setengah berteriak sambil berjalan cepat menuju pintu rumah.

"Kamu gak sarapan dulu,sayang?" Sahut mama Alana dari dalam dapur.

"Gak sempet ma, udah telat."

"Yasudah hati-hati ya cantik."

Alana berlari kecil menuju pagar rumah nya yang cukup tinggi. Walaupun rumah nya berada di kompleks elit yang dijaga 24 jam oleh satpam, keluarga Alana tetap mementingkan keamanan.

Ia menggeser kunci pagar dengan terburu-buru. Terdengar bunyi besi yang saling menggesek, lumayan membuat  ngilu saat mendengarnya.
Setelah berhasil membuka kunci, Alana langsung mendorong pagar nya keluar.

"Pagi! Mau berangkat sekolah bareng?"

"Kyaaaa!" Alana sedikit meloncat kebelakang. Ia terkejut. Lebih tepatnya sangat terkejut.

Laki-laki yang kemarin sore mengikutinya kini sedang berdiri tepat di depan Alana. Senyum lebar khas miliknya terpampang apik di wajah manis itu.

"Kenapa sih kamu harus muncul tiba-tiba?!" sungut Alana kesal.

"Ya memang nya kenapa?" jawab laki-laki itu santai sambil menaikan sebelah alis nya.

"Ish pake nanya. Ya aku kaget lah. Dasar aneh. Alien." Alana memalingkan wajah nya.

Laki-laki itu tersenyum tipis saat Alana mengucap kata 'Alien'.

"Rey." Ucap laki-laki itu sambil mengulurkan telapak tangannya.

Alana melirik sekilas. Ia menghela nafas pelan.

"Alana." Ucap Alana pada akhirnya. Ia menjabat tangan laki-laki yang bernama Rey itu.
Kedua nya saling tersenyum satu sama lain.

"Jadi, mau ga berangkat sekolah bareng? Walaupun ga satu sekolah, tapi arah kita sama." ucap Rey seakan bisa membaca pikiran Alana.

"Tapi.." Alana terlihat ragu.

"Ayo Alana, bukan nya kamu udah telat?" Tanya Rey mengingatkan Alana.

"Ya ampun, aku lupa. Ayo, kita harus cepat."

***

Tbc~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang