SHOES ⭕ 1

210 17 4
                                    

*TYPO BERTEBARAN*

"Jadi, Bapak sudah membuat keputusan bulat-bulat. Lebih bulat dari itu."

"Itu apa Pak?"

Kelasku mendadak heboh dengan ucapan Pak Sanu yang mungkin, terdengar ambigu. Mungkin bagi beberapa anak di kelasku. Bagi aku pribadi sih enggak.

"Ssssttt, kaya itu-" Pak Sanu menggantungkan kalimatnya.

"Ban mobil." Pak Sanu mengatakannya dengan tersenyum aneh?

Penonton kecewa. Gak deng. Anak laki doang. Anak cewek-nya cuma merhatiin sambil sesekali menimpal.

"Sshh, kembali ke topik pembicaraan kita. Jadi, bapak sudah memutuskan secara matang. Kalau, peringkat 25 ke bawah, akan duduk di bangku paling depan." Pak Sanu menatap kami.

"Supaya, mungkin nilai-nya bisa membaik. Setidaknya agak membaik."

"Yah, si Bapak. Kalo yang tinggi di depan kan yang belakang gak keliatan pak."

"Tenang. Kan yang 25 ke bawah gak tinggi-tinggi amat." Jawab Pak Sanu santai.

Bahasa sekarangnya sih Sans. Yang di kelas gue masih di ributkan hak cipta milik siapa kata sans itu.

"Langsung kita pindah ya. Istilah kerennya rolling tempat duduk."

^^^

"Le, apa bet deh Pak Sanu. Nyuruh si Danu duduk depan gue." Gita marah ke gue.

Danu itu anak paling rempong di kelas kita. Dia suka marah, tapi anak-anak yang lain kalau lihat dia marah bukannya takut malah ngeledek. Ya, bayangkan aja dia marah pipi-nya merah, kaya Jacob Sartoritous. Atau, kaya kamu pake blush on tapi ketebelan.

"Ya udah si. Biarin aja." Gue meminum jus jeruk gue yang dingin.

"Ya, tapikan anak kelas pada ngatain, Dagi, Dagi. Sekalian aja daki." Gita mulai meluapkan emosi-nya.

"Ganti aja. Jadi Data. Leh ugha? Ye gak?" Gue menaikkan alis gue sambil mencengir.

"Dih! Elu mah. Orang gue gak suka Danu." Dia ngambek bung.

"Iya sih, gak suka. Tapi kan cara bicara kamu dan sikap kamu ke Danu kaya kamu suka dia tapi gak nyadar." Jelas gue mencoba menyadarkan perasaan anak satu ini.

Gita mendelik. "Serah lu, lah. Katanya mau ada anak baru. Mungkin duduk-nya sama lu?"

"Gak tau gue."

Teng teng teng...

Bel berbunyi. Bertanda waktu istirahat t'lah usai.

Aku dan Gita berjalan menuju kelas yang lumayan jauh dari kantin sekolah.

Sesampai-nya di kelas, aku dan Gita berpisah karena Gita duduk di samping kiri, dan aku samping kanan dekat jendela.

"Hai." Sapa anak baru yang duduk disampingku.

Aku balas tersenyum. "Hai."

"Namanya siapa?" Tanya aku mencoba sokap.

"Yodim Gaksa Gilinsky." Dia menawar jabat tangan.

Aku menjabat tangannya. Wait, kok kaya ada yang aneh ya? Waktu dia bilang nama akhirnya? Tunggu, apa tadi dia bilang? Gilinsky, Gilin-

"Wait, what?! Gilinsky. Jack Gilinsky." Aku heboh. Biasa, efek fangirling.

Dia tertawa. "Mau aja lu gue boongin. Nggga. Boong, Yodim Gaksa Saung. Panggil aja Yodim kalo gak Gaksa. Tapi, jangan panggil gue Saung."

Dia langsung memberi ultimatum. Guepun tertawa.

Aku menganggukkan kepala.

"Baik. Nama lu siapa?" Tanya Yodim. Aku lebih sreg manggil dia Yodim. Gak tau kenapa. Tapi, Gaksa keren juga sih.

"Leia Marinta Handio. Panggil aja Leia."

"Habis ini, pelajaran apa?" Tanya Yodi.

"Agama. Tapi biasa guru-nya ngaret. Suka telat 5 menit." Jelas gue sambil mengeluarkan buku agama dari dalam tas.

^^^

507 Words

Cerita baru. Song for my life lum kelar ini bikin cerita baru wajar yaw. Semalem ide mengalir deras macam air terjun.

Btw, cek juga youtube temen-ku username-nya : Vasbro42 sama Fadlan Movie

Cek ya. Videonya lumayan kok. 😊

3-3-2016, Rara.

ShoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang