SHOES ⭕ 5 (Remake)

58 10 2
                                    

*TYPO BERTEBARAN*

Gue berjalan menuju belakang sekolah, yang katanya tempat nongkrong anak kelas 12. Aslinya, gue takut juga kalau misalkan apa yang di bilang Leia itu benar. Apalagi menurut cerita di kalangan anak-anak yang beredar, ketua anak kelas 12 itu anggota geng balap motor. Dan, pastinya mereka tajir-tajir. Ya, lu taulah uang punya kehendak besar di dunia ini. Tapi, gue gak mau di bilang pengecut sama mereka kalau gue nggak nyamperin mereka.

Gue sudah sampai di belakang sekolah, yang ini isinya bunga-bunga melati, mawar, anggrek dkk. Jadi, ini tempat kumpul anak basis di sekolah ini? Kok kemayu?

"Lu yang namanya Yodim, kan?" Tanya seseorang dari belakang gue.

Gue menolehkan kepala gue ke belakang. "Iya, kak. Ada apa?" Gue mencoba ramah dan sopan kepada kaka kelas gue yang mukanya lebam sana-sini.

"Lo! Beliin kita betadine di warung deket kantin. Terus, lu harus balik lagi kesini." Kata kaka kelas yang paling belakang.

"Yang banyak!" Yang lain menimpal.

Gue mengadahkan uang ke mereka.

"Apaan nih?"

"Minta uang." Jawab gue dengan muka polos.

"Heh! Lu! Matre parah ya lu. Ama kaka kelas aja matre banget. Minta-minta duit." Kata berandal yang berada di depanku.

"Dah! Sana sesuai yang kita bilang tadi, yang banyak!" Perintah kaka kelas yang daritadi duduk sambil memegang dada-nya. Mau sekarat kali?

Gue bergegas menjauh dari mereka. Gue berjalan ke warung yang dekat dengan kantin. Yang menjual aneka softex, rokok, betadine, yakult, dkk.

"Mba. Beli betadine-nya satu ya. Satu Berapa?" Tanya gue kepada mba-mba gendut bermuka garang ini.

"Satu, tiga ribu." Jawab mba ini dengan garang. Dih, merinding gue dapet hawa gak enak di sini.

"Ya udah deh, beli tiga aja." Gue menyerahkan uang 10.000.

"Nih, sama kembaliannya." Mba-mba itu memberi betadine yang di beri kantong sama kembalian 1000 di dalamnya.

Gue segera berjalan meninggalkan warung itu, dan kembali ke taman belakang sekolah.

Mereka masih duduk-duduk di lantai dan meringis kesakitan. Gue yang mendengarnya merasa ngilu. Gue menaruh plastik berwarna hitam itu di lantai dekat kaka kelas yang kaya orang mabuk itu. Lalu, gue segera berlari menuju kelas.

♡♡♡

"Jadi, anak-anak. Pada pelajaran kali ini, Bapak menugaskan kalian untuk mengartikan nama kalian." Kata Pak Dzaka, guru Bahasa Indonesia kelas gue.

"Yah, Pak. Itu mah kerjaan anak kelas 2 SMP kali ah. Di kata kita kelas 2 SMP, kita mah 2 SMA, pak!" Kata Danu anak yang terkenal suka marah-marah.

"Ya bagus dong. Awet muda, ya kan?" Pak Dzaka tersenyum. Memamerkan kumisnya yang mirip dengan kumis-nya Sunan Kalijaga.

Banyak anak-anak yang menghembuskan nafas dengan kasar. Malah ada yang jatuhnya kaya orang lagi buang ingus tapi gak ada ingus-nya. Jadi kaya banteng ngamuk gitu.

"Jadi, kalian harus mencari asal-usul nama kalian. Tanyakan kepada orang tua kalian. Atau tanyakan pada siapapun yang sekiranya tau tentang nama kalian."

"Baik, sepertinya kalian meyukai tugas ini." Pak Dzaka masih tersenyum seperti berkata 'Hahahaha, rasakan itu kalian murid-murid!'.

"Dasar Pak Dzaka, gak peka banget sih. Udah di kodein juga." Gerutu Leia sambil memonyongkan bibir-nya.

"Namanya juga cowok." Jawab gue cuek.

Leia menolehkan kepalanya. "Oh iya ya, cowok-kan gak peka. Udah di kode masih aja gak peka, apalagi gak di kode?"

Gue terkekeh dan kembali melihat Pak Dzaka yang sedang memberi kejelasan lebih detail.

"Baik, saya rasa sudah jelas mengenai pekerjaan rumah kalian. Besok sudah harus di kumpul, karena ini pekerjaan mudah. Baik. Silahkan bereskan meja dan baca doa lalu pulang." Pak Dzaka memasukkan laptopnya ke tas.

Gue dan murid-murid lain segera membereskan peralatan-peralatan sekolah yang berada di meja. Setelah selesai, kita membaca doa di dalam hati. Lalu baru boleh pulang.

♡♡♡

656 Words.

Part ini gw remake karena gue baru sadar kalau ternyata part ini belum kelar.

Keep in touch ya gaes! Jangan lupa vomments! Saran dan kritiknya di tunggu. ♡

Rara, 20 Maret 2016.

ShoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang