Orange Kiss - Part 2

139 7 1
                                    

"Berikan padaku!" Mira menarik gelas yang sudah hampir diminum Lyla. Dia merasa kesal melihat sabahatnya yang tak pernah meninggalkan kebiasaannya menenggak orange juice.  Mira pun dengan terpaksa meminum habis orange juice yang berhasil dia ambil dari tangan Lyla. 

Apa enaknya menenggak minum asam yang bisa membuat lambung menjadi perih? bukankah masih banyak pilihan minuman lain yang bisa Lyla pesan di Monthblanc. Tapi kenapa pilihan Lyla selalu jatuh pada si orange sialan itu. Batin Mira. 

Mira bergidik merasakan minuman masam itu melewati tenggorokannya.

"Bukankah kamu lebih suka frappuccino. Kenapa malah mengambil minumanku?" desis Lyla. Matanya melotot tak terima dengan kelakukan Mira yang seenaknya. Bukankah tidak ada yang salah dengan minuman ini? seharusnya Mira marah kalau aku menyesap wine.  Lyla masih menatap gelas kosong yang berada di tangan Mira.

"Kau sudah terlalu banyak minum orange juice sialan itu. Aku pikir lambungmu pasti merasa kesal. Karena yang kau minum hanya cairan kuning itu saja. Kau harus mencoba minuman lain yang jauh lebih enak." Mira tersenyum melihat Lyla yang hanya bisa diam melihat tingkah jahilnya.

Sialan!

"Baiklah. Sudah cukup kau menceramahiku. Kau terlihat lebih tua dengan nasihat bijakmu." goda Lyla.

"Hahahaha..." Mira terkekeh, diikuti dengan gelak tawa Lyla. 

Sungguh sore yang indah. 

Dari kejauhan Noah memperhatikan kedua gadis yang sedang berbincang mesra. Melihat keceriaan Lyla yang biasanya hanya termenung sendiri sambil menikmati orange juice. Sore ini dia melihat gadis itu tertawa sampai mulutnya terbuka lebar. Sambil sesekali memperhatikan keadaan sekitar yang ramai. Lyla terlihat begitu cerah dengan setelan berwarna biru muda. Rambut ekor kuda dengan sedikit rambut yang terurai di kedua telinganya di sana.  Menambah kesan manis even it looks like mess. 

Noah tak bisa membohongi dirinya bahwa dia mulai tertarik terhadap gadis itu. Sejak pertama dia melihatnya di cafe ini. Menikmati orange juice yang entah sejak kapan dia mulai menyukai minuman asam itu. Mata Noah tak bisa berkedip melihat Lyla. Matanya seakan terperangkap pada pesona gadis yang selalu terlihat misterius. Seakan selalu terlihat murung. Tetapi memiliki keceriaan yang merekah saat bercerita dengan siapapun yang ditemuinya. Matanya selalu berbinar saat dia mulai menceritakan hal yang dia sukai.

Noah berjalan mendekati mereka. Membawakan dua menu waffle yang menggoda dengan taburan raspberry dan ice cream vanilla. Rasa gurih dan manis langsung tergambar dari hidangan manis itu. Perpaduan waffle yang renyah dan lembut dengan ice cream vanilla yang manis dan raspberry yang masam. 

"Hai. Mau mencicipi menu baru?" Noah menyodorkan dua piring waffle. Menghentikan tawa kedua gadis di depannya. Noah sendiri hanya tersenyum simpul dan bergantian menatap Mira dan Lyla.

"Menu baru? come on guys. Kau tahu? kami berdua pengunjung tetap Monthblanc. Kami tahu benar menu apa saja yang tertulis di buku menu." Mira terkekeh geli melihat tingkah Noah. Noah sedikit kikuk mendengar penjelasan Mira. Mira selalu seperti biasanya ceplas-ceplos mengatakan apapun yang dia pikirkan. "Kau memang anak baru yang tak tahu apa-apa sepertinya."

"Really? " Noah menundukkan badannya dan menempatkan tangan kanannya menyilang di dada. Menandakan permintaan maaf.

"Kau tidak usah mendengarkan Mira. Dia memang selalu bersikap semaunya. Ok, Noah thank you for this sweet waffle. But, I think we don't order this menu. " Lyla tersenyum sambil menyendok ice cream vanilla yang mulai meleleh di atas waffle yang panas. "Duduklah. Kau sedang tidak sibukkan?" Lyla menarik satu bangku tepat di sampinya. Mempersilahkan Noah untuk bergabung.

"You're so damn hot man." Mira menopangkan dagu. Menatap lekat pria di depannya. Mira terlihat berusaha menggoda Noah dan tentu saja Lyla mengetahui gelagat sahabatnya itu.

"Hentikan, Mira. Kau membuat pria ini terlihat semakin gugup." dengus Lyla. Dia kembali menyendok ice cream-nya, memotong waffle dan memasukkannya ke dalam mulutnya yang mungil.

"Aku rasa Mira memang terlihat sangat mempesona. Apalagi dengan rambut blonde-nya yang terurai." Noah mengerlingkan mata. Menatap Lyla lalu kembali menatap Mira. "Kau terlihat berbeda dengan kemarin saat aku bertemu denganmu. Hari ini kau terlihat lebih hidup. Maksudku kau sangat ceria." 

"Hei, kurasa kau memberikan pujian kepada kami. Mana yang kau pilih aku atau Lyla?" Mira menyadari bahwa tatapan Noah tak terlepas dari Lyla. "Apa aku harus menyewakan kamar untuk kalian?" Mira kembali tertawa. Lyla terlihat malu. Pipinya memerah ketika tiba-tiba sahabatnya menggodanya. 

Kau memang sialan Mira.

Lyla menendang kaki Mira. Membuat sahabatnya mengaduh kesakitan. Tentu saja Mira hanya berpuara-pura kesakitan karena tendangan Lyla tak begitu keras. Mira melanjutkan menyendok setengah waffle-nya. Memakannya dengan gigitan yang sedikit erotis. 

"Kau sangat menjijikan, Mira. Ku kira kau sepertinya sudah sangat merindukan sentuhan pria." Lyla kembali mendengus. Menggigit bibir bawahnya. Dia merasa sahabatnya sedang menggoda Noah. Menundukkan hati sang pria manis dengan rahang kuat yang menggoda.

"Baiklah. Aku sepertinya sudah mendapatkan priaku. Dan aku tidak akan melewatkan malam ini tanpa bersenang-senang." Mira melihat layar handphone - membalas pesan yang masuk.

"Pergilah. Jangan pulang terlalu malam." Lyla mencium pipi Mira.

"Kurasa malam ini aku tidak akan pulang. Kau mengerti bukan maksudku?" Mira pun pergi sambil membisikan sesuatu pada Noah yang mengantarnya hingga pintu keluar. Noah hanya tersenyum mendengar apa yang dibisikkan oleh gadis itu. Noah kembali ke meja tempat dimana Lyla duduk. Memposisikan dirinya di hadapan Lyla. Menatap Gadis itu lebih lekat. Lebih dalam.

Tiba-tiba saja pikirannya melayang. Membayangkan dirinya menghabiskan malam bersama Lyla. Mendekap tubuh itu dengan hangat. Menciumi setiap inci tubuh mulusnya dan merasakan erangan Lyla yang liar. Tunggu, maksudnya Lyla? Ah, sepertinya Noah sudah sangat tertarik pada Lyla sampai membayangkan menghabiskan malam bersama.

"Apa yang Mira bisikkan padamu?" 

"Bukan hal penting. Dia hanya menyuruhku mengantarkanmu pulang. Itu saja. Kau ingin ku antar pulang sekarang?" tangan Noah menangkup pipi kiri Lyla. Menelusuri hingga tengkuknya. Lyla hanya memiringkan kepala merasakan sentuhan Noah.

"Dengan senang hati." Lyla tersenyum.

Lyla berjalan beriringan keluar dari Monthblanc cafe. Menyusuri jalan sambil sesekali saling menceritakan pengalaman satu sama lain. Lyla tak hentinya tertawa mendengar setiap kata yang diucapkan Noah. Ini benar-benar malam yang indah. Bisa kembali tertawa lepas tanpa beban. Meskipun dia tahu ada sebagian hatinya yang hilang.

Bale.

Untuk alasan itulah Lyla berusaha sekuat tenaga bertahan. Memulai kembali jalan cerita hidupnya yang baru. Menata setiap kenangan yang hilang. Menyatukan puzzle hidupnya yang sudah terurai berantakan. Mengubah kenangan pahit yang tak tahu akhirnya akan seperti apa.

Di tengah jalan Noah menarik jemari Lyla. Menggenggamnya dan memasukan pada saku mantel tebalnya di sana. Lyla hanya terperangah diikuti senyuman. Pria itu tahu sejak tadi Lyla kedinginan karena selalu menggosokkan kedua telapak tangannya. 

"Apa rumahmu masih jauh?" 

"Di ujung jalan itu." Lyla menunjuk sebuah rumah kecil dengan aksen minimalis nan modern. Yah, rumah dengan cat putih dan pagar putih. Memang tidak terlalu besar sih. Tapi rumah itu cukup untuk menampungnya berdua dengan Mira. Rumah itu mereka beli bersama dari uang tabungan selama bekerja di Abhart. 

"Baiklah."

-----------------------------------------------------------

Akhirnya bisa lanjut cerita Lyla-Noah

Hope you like it reader.

Sincerely,

Ciara

07 March 2016





Orange KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang