Awal mula kenyataan pahit.
Payung tidak akan pernah bisa menghentikan hujan, namun setidaknya dengan sebuah payung kita bisa menembus hujan untuk mencapai tujuan.
Kalimat itu yang selalu menjadi mantra di kepala Fatah. Dia ibaratkan dirinya sebuah payung yang terlihat tak berharga, tapi dengan payung sedikit demi sedikit dia bisa mencapai tempat tujuan yang dia inginkan.
Sedangkan hujan disini adalah istrinya, Sabrina. 2 tahun menikahi perempuan muda itu bukan berarti ia bisa 100 persen membuat sang istri sempurna. Namun setidaknya sifat tak sempurna yang dimiliki perempuan itu sedikit terhalau akibat payung yang bisa melindungi orang disekitarnya.
Jelas sekali Fatah tahu, orang pintar sekalipun bisa gagal, orang hebat bisa terjatuh, namun orang yang percaya dengan Allah akan diberikan kemudahan dalam segala hal yang akan dilaluinya. Tak terkecuali hal untuk menuntun sang istri menjadi jauh lebih baik.
Nasihat yang baik dari orang-orang sekitar mengenai biduk rumah tangganya memang tidak pernah datang terlambat dan Fatah selalu mensyukiri akan hal itu. Dia dan Sabrin masih sama-sama belajar mengenal satu sama lain. Menikah dengan dasar tak saling kenal sangat rentan akan godaan hal-hal yang dapat menghancurkan.
Apalagi masa lalu keduanya terbilang cukup rumit bila harus disangkutkan dengan kehidupannya sekarang ini. Namun bukan berarti kehidupan rumah tangga tidak baik-baik saja. Semua terlihat normal dan berjalan sesuai dengan keinginan.
Tapi apakah ada yang bisa menerka isi hati pasangan bila mana keinginan tak pernah diutarakan namun lebih memilih dipendam hingga menciptakan sebuah bom waktu. Bom yang bisa meledak kapan saja dan menghancurkan siapa saja.
Fatah selalu meyakini sang istri bila hidup didunia hanya sekali, tetapi jika hidup dijalankan dengan baik bagi Fatah sekali saja cukup mewakili semuanya.
Hidup dengan istri sholeha dan putra yang bisa membawa mereka kesurga dengan amal ibadahnya rasanya yang lain tidaklah penting baginya.
Namun ternyata Fatah salah akan semua pemikirannya selama ini.
Kediaman dan kepatuhan tidak berarti selalu sepemikiran. Itulah yang dapat ia simpulkan atas kediaman dan kepatuhan istrinya selama ini. Nyatanya, Sabrina belum percaya padanya selama ini.
Mungkin hal tersulit bukanlah mencintai mu, tetapi membuat mu percaya. Percaya bahwa aku akan tetap mencintai mu walau apapun yang terjadi diantara kita nanti -Fatah Al Kahfi-
************
Acieee.. aku bawa mas fatah balik buat kalian. Niat hati mau buat generasi kedua gak sanggup akikah ←_←→_→ apalagi ngebayangin mas imam jadi tua.. ehakakak..
Mungkin ini kisah singkat, jadi nikmati saja.
Cerita ini tentang kehidupan rumah tangga. Jadi bagi yang gak suka, tinggalkan lapak ini.
Tapi bagi yang suka, yuk kita ambil apa saja pelajaran yang bisa diambil dari kisah singkat ini.
Mungkin hanya 10-15 part. Buat para penggemar mas Fatah Al Kahfi.
Inget yee.. Al Kahfi disini nama orang bukan nama surat. Nanti saja di judge lagi.
Dan saya rasa banyak kok nama orang yang diambil dari nama surat, Yusuf, Yunus, Maryam, dan Al Kahfi. Jadi stop judge ini itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complete Me
SpiritualKau pikir selama ini kita selalu sepemikirian, tapi nyatanya kau salah besar. Aku mengikuti mu tanpa kau ingin tahu apa keinginan ku. ~Sabrina Sakhi Hamid~ Mungkin memang semua sifat mu selalu membuat ku lelah. Namun aku tidak akan rela melepaskan k...