part 4

13.7K 841 52
                                    

Kepingan hati


Perempuan yang sempurna untuk seorang laki-laki bukanlah yang bisa mempesonanya dengan tampilan apa yang bisa dilihat oleh kedua mata. Melainkan seorang perempuan yang siap menjadi tempat anak-anaknya mencari surga kelak.

Pagi ini semua terlihat berbeda, karena semua telah berkumpul kembali setelah kemarin ini suami dari adik perempuan Fatah harus meninggalkan rumah ini untuk pekerjaannya.

Fatah yang baru saja turun dari kamarnya, mendatangi meja makan dimana semua keluarganya berkumpul. Ia bisa melihat sang istri tengah memaksa putranya untuk memakan sarapannya.

"Syafiq, makan yang benar baru kita kesekolah." Perintah Sabrin tak terbantahkan.

"Sapik ndak mau makan bu, ndak mau." Rengeknya. "Sapik mau jajan nanti disekolah."

"Sarapan dulu baru nanti jajan." Sabrin menyuapkan Syafiq dengan roti tawar yang sudah dilapisi selai cokelat beserta keju didalamnya.

"Ndak.. ndak.. ndak."

Fatah mengangkat putranya itu untuk duduk dipangkuannya. "Kenapa kamu sayang? Pagi-pagi sudah buat ibu marah."

"Sapik ndak mau makan. Tapi ibu suluh sapik makan telus." Adu nya khas anak kecil.

"Syafiq harus makan sayang, katanya Syafiq ingin cepat besar. Ingin seperti ayah, karena itu ibu minta kamu untuk makan nak." Fatah mengusap rambut putranya itu dengan sayang.

"Kenapa Syafiq halus makan? Emang Tuhan makan juga ya yah?"

Semua yang berkumpul dimeja makan menatap Syafiq dengan sebuah pertanyaan aneh yang lolos dari bibir mungilnya. Umi yang duduk dihadapan Fatah, terlihat menutup mulutnya karena tak tahan ingin menertawakan pertanyaan bodoh keponakannya.

"Kenapa kamu tanya begitu nak?"

"Abis ibu suluh Syafiq makan telus. Kata Ayah yang disuruh ibu belalti disuruh Tuhan juga."

Fatah menutup kedua matanya sejenak. Berbicara salah sedikit dengan anak kecil memang sangat rumit efeknya.

Bila menjelaskan harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan bisa diterima oleh putranya yang terlewat berlebih rasa ingin tahunya.

"Begini nak, Tuhan itu ada tapi tidak bisa terlihat oleh kedua mata kita. Bila Syafiq tanya apa Tuhan makan? Maka ayah jawab tidak. Tuhan itu tidak berbentuk, Tuhan itu tidak makan dan minum, Tuhan tidak berjenis kelamin seperti Syafiq yaitu laki-laki atau seperti ibu yang seorang perempuan. Tapi.." Fatah sengaja menggantung penjelasannya. Ia ingin tahu reaksi dari Syafiq, apa anaknya paham atas penjelasannya atau tidak.

"Tapi kenapa yah?" tubuh Syafiq berputar. Ia berdiri diatas pangkuan Fatah dan merangkul leher Fatah dengan erat. Kedua matanya menatap Fatah dengan keingintahuan yang sangat besar untuk anak seusianya.

"Tapi, walau pun Syafiq tidak melihatNya, Dia akan selalu ada. Dia akan selalu mendengar semua doa Syafiq ketika kamu sholat nak. Dia selalu tahu apa yang Syafiq butuhkan. Dia selalu menyayangi Syafiq seperti ayah dan ibu. Dia selalu ada menemani Syafiq." Jelas Fatah kembali.

"Telus dimana Tuhan yah? Syafiq mau lihat." Rengeknya.

Fatah tersenyum, tangannya terangkat merapihkan rambut Syafiq. "Tuhan ada disini sayang." Jawab Fatah meraih tangan Syafiq lalu menempelkan dihati Syafiq. "Bila kamu mempercayai Tuhan, ia akan selalu disini. Bila kamu mengikuti semua perintah Tuhan, dia akan semakin memenuhi hati mu dengan perasaan sayangnya. Bila kamu berbakti kepada Ayah dan Ibu, maka surgalah jawaban untukmu nak."

Complete MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang