Memilikimu by @andraandita

248 11 1
                                    

Aku berdiri bersandar pada tembok dengan tangan terlipat di dada. Mataku tak lepas memperhatikanmu yang tengah bercengkrama dengan gadis itu. Bersenda gurau dengan mesra, seolah dunia milik kalian berdua.

"Kau cemburu, huh? Kalau cemburu, lakukanlah sesuatu!" Sebuah suara yang berat dan dalam terdengar olehku.

Aku tersentak. Suara dari mana itu? Mengapa dia bisa tahu isi hatiku? Aku celingukan, mencari sumber suara. Tapi tak ada siapapun di sekitarku. Aku mulai merinding. Jangan-jangan ... hiiiiiy!

"Si-siapa kau?" tanyaku, mencoba berani.

"Aku adalah sisi lain dari dirimu."

"Bohong!" desisku, "Kau berbohong, bukan?"

Hening. Tak ada jawaban lagi dari suara itu.

Apa katanya tadi? Sisi lain? Huh! Yang benar saja. Tidak mungkin! Dia pasti berdusta. Pasti ada seseorang yang sengaja mengerjaiku. Ya! Pasti begitu!

Dengan penasaran, aku berjalan menuju semak di depanku. Kusibakkan semak itu, mencari sesuatu yang mencurigakan seperti ... speaker mungkin?

Namun, berulangkali aku mencari, hasilnya nihil. Aku tak dapat menemukan benda yang mencurigakan. Akhirnya aku duduk kelelahan di bangku terdekat.

"HAHAHA!" Suara tawa menggema di telingaku. Membuatku tersentak dan menoleh ke kanan dan kiri mencari sumber suara.

"Dasar bodoh!" Lagi-lagi suara itu terdengar. Membuatku menyadari bahwa inilah suara yang mengaku-aku sisi lain dari diriku.

"Untuk apa kau mencari aku, huh? Bukankah sudah kubilang, aku adalah sisi lain dari dirimu? Aku hidup di dalam kepalamu. Aku adalah sisi gelapmu," lanjutnya.

Aku tak menjawab. Otakku mencerna semua hal membingungkan ini.

"Hentikan! Kau membuatnya takut!" Sebuah suara yang lembut namun tegas membalas suara sang sisi gelap.

"Diamlah kau, Angel!" gerutu suara berat itu.

"Tidak! Aku tak akan membiarkanmu mempengaruhinya, Devil!"

"Aku tidak mempengaruhinya, asal kau tahu saja! Dia sendiri yang membangkitkanku. Sadarlah, aku tak akan selamanya tertidur, Angel!"

"DIAM!" teriakku kepada kedua suara itu, "Kepalaku pusing mendengar kalian berdua!" kataku sambil memijat pelipisku, berusaha mengurangi pening yang kurasakan.

Kedua suara itu terdiam. Untung saja di sekitarku tidak ada orang lain. Kalau ada, pasti aku sudah dicap orang gila. Aku mengedarkan pandangan. Dia dan gadis sialannya itu sudah tidak kelihatan. Sepertinya sudah pergi. Entah kemana.

Aku menghembuskan nafas lega. Sepertinya kedua suara dalam kepalaku ini sudah menyerah untuk mempengaruhiku. Baguslah kalau begitu. Aku bisa tenang sekarang.

"Pikiran bodoh darimana itu?"

Aku terlonjak. Ini suara Devil!

"Kau tak akan bisa kabur dariku. Sekeras apapun Angel berusaha menyelamatkanmu, semua itu percuma. Pada akhirnya kau akan jatuh dalam nafsu dendammu. Itu semua sudah digariskan sebagai jalan takdirmu."

"Uhuk... berhentilah Devil. Uhuk uhuk.... Dia masih bisa disembuhkan...." Sebuah suara menyela dengan terbatuk-batuk. Tampaknya ia sangat kesakitan.

"Diam kau, Angel! Apa aku harus membunuhmu agar kau diam?!" seru Devil.

Bunuh? Apa-apaan ini?

"Kau mau membunuhku? Uhuk... Bunuh! Tapi jangan pernah kau sentuh dia dengan tangan kotormu! Uhuk... Uhuk...," balas Angel.

"Baiklah. Kau yang minta."

Dan kemudian hening. Tak ada suara dari mereka berdua. Namun sedetik kemudian, ada suara jeritan yang melengking tinggi di kepalaku. Membuatku harus menutup telingaku rapat-rapat dengan kedua tangan.

Kemudian hening lagi.

"Baiklah. Semua sudah selesai," ujar Devil. "Kau milikku."

Aku seolah terhipnotis mendengar suaranya. Semua rasa dendam di dada keluar. Menguasai hati dan pikiran, serta menggelapkan akal sehatku.

Dengan mata nyalang, aku berjalan pergi. Menuju satu tempat dengan pasti. Tanpa keraguan di hati.

* * *

"Hai, bagaimana kabarmu hari ini, sayang?" Aku membelai pipimu.

Kau diam tak menjawab.

"Aku merindukanmu setiap hari, kau tahu?" kataku lagi.

Lagi-lagi kau hanya diam dan menatapku dengan pandangan kosong.

"Ah, kau belum mandi 'kan? Ayo kita mandi!" ajakku.

Kupapah dirimu menuju kamar mandi. Dengan perlahan, aku membuka seluruh pakaianmu dan membantumu berendam dalam bathup yang sudah kusiapkan. Sementara kau hanya diam.

"Lihat, kalau begini kan lebih baik," ujarku sambil menggosok punggungmu perlahan.

Dengan telaten, aku membersihkan sekujur tubuhmu. Dari ujung kepala, hingga ujung kaki. Setelah memastikan dirimu bersih, aku bangkit dan mengambil handuk besar milikmu.

Kulilitkan handuk itu di tubuhmu dan

memapahmu menuju kamar tidur kita. Kubaringkan dirimu di ranjang dan kukeringkan tubuhmu perlahan dengan handuk.

Setelah tubuhmu kering, aku duduk di ranjang dan memakaikan bajumu kembali. Kutatap dirimu yang kini memandang hampa ke langit-langit kamar.

"Sudah lebih tampan sekarang," ujarku sambil membelai wajahmu.

Sementara kau tetap diam. Tak merespon ucapanku. Yah, itu semua karena kau sudah tidak bisa lagi merespon ucapanku. Kau sudah damai sekarang, sejak kedua tangaku mencekikmu. Kini, aku hanya berteman dengan ragamu yang masih utuh.

Aku bangkit dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi. Kupungut botol bertuliskan 'FORMALIN' yang sudah kosong itu, dan kubuang ke tempat sampah. Aku menoleh ke atas ranjang. Menoleh kepadamu. Dan aku tersenyum.

"Kau milikku."

Challenge Horror StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang