Jam tangan berwarna putih melingkar manis menunjukan pukul lima sore. Suasana sekeliling kampus sudah lenggang, mengingat bahwa esok hari test dimulai, dua jam yang lalu semua mahasiswa sudah meninggalkan kampus ini, terkecuali Hirra.
Dirinya saat ini duduk dengan gelisah di halte depan kampusnya, mengecek handphonenya dan sesekali ia menengok ke arah kanan dan kiri.
"Hirra."
Merasa dirinya dipanggil, Hirra menoleh ke sumber suara yang ternyata ada seorang laki-laki yang duduk di sebelahnya berjarak seratus sentimeter darinya.
"Eh, hai," Balas Hirra dengan kikuk.
"Nunggu bus?"
Hirra menggeleng, "Nunggu dijemput."
Laki-laki itu mengangguk menoleh kedepan lalu tersenyum tipis.
Hirra melirik orang itu yang ia kenal sejak dirinya menginjak masa putih abu-abu nya, yang pernah satu kelas dengannya, yang pernah satu bangku denganya, dan juga yang pernah Hirra suka dengannya.
Suara mesin bus menyadarkan Hirra dari lamunan lalu menoleh kesamping. Laki-laki itu tersenyum dan beranjak berdiri, "gue duluan ya."
Hirra terdiam sebentar lalu mengangguk mengiyakan.
Baru dua langkah laki-laki itu berjalan lalu menoleh ke arah Hirra lagi. "oh ya, gue baru tahu kalau dulu kita pernah bertemu."
Hirra mengerutkan kening, bingung. Laki-laki itu hanya tersenyum lalu melangkah lagi masuk ke dalam bus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hirra
Short StoryKetika 'Bagai Pungguk Merindukan Bulan' bukan lagi pribahasa untuk dirinya. A/N: . . Dedicated to @dinasyahira . . . Cerita ini Pengganti cerita 'Hi' yang belum selesai tapi akan dihapus. . . . Selamat membaca ^^ . . . Jangan lupa tinggalkan 'jejak'...