Quatre

30 4 0
                                    

"Hirra, wah tante bingung udah dua tahun ngga ketemu kamu. Sekarang kamu tambah cantik gini."

Hirra tersenyum lalu menyalami Tante Dira, istri dari teman kerja papa nya. "Tante juga makin cantik. Tante kemana aja emang? Aku waktu itu mau main kerumah tante malah tante ngga ada."

"Tante ke australi, sayang. Nemenin Vino disana, tadinya tante mau tinggal lebih lama disana, gara-gara Om ada proyek di Indonesia, kami jadi balik kesini dan Vino jadi ngambil kuliah disini."

Hirra mengangguk-angguk mendengar penjelasan Tante Dira. Mengingat nama Vino, sahabat kecilnya, dirinya langsung teringat ketika menginjak kelas 4 sekolah dasar itulah terakhir ia melihat Vino. Bayangan muka Vino tidak pernah lagi muncul dihadapannya, Hirra jadi penasaran Vino sekarang seperti apa"Vino kemana tante?"

Tante Dira tersenyum lalu menyenggol Indri, "Anakmu ngga sabar ya Ndri, mau liat calon tunangannya?" bisik tante Dira kepada Indri yang jelas-jelas masih terdengar oleh Hirra.

Kedua ibu-ibu itu terkikik membuat Hirra bingung. "Calon tunangan?" tanya Hirra.

Indri menoleh kearah anaknya lalu tersenyum, "Iya, Vino itu calon tu---"

"Maaa, handphone ku tadi di atas laci sekarang dimana?"

Suara teriakan laki-laki membuat Hirra dan pengunjung yang sudah datang di rumah Tante Dira menengok ke sumber suara.

Tante Dirra melambai menyuruh anak laki-lakinya mendekati dirinya, "Vino, sini."

Seolah tersihir seperti patung Hirra terdiam ketika laki-laki berpakaian tuxedo hitam itu berjalan ke arahnya. Dia tidak percaya akan hal ini.

Indri tersenyum ramah kepada Vino, Vino membalas senyum itu lalu melihat Hirra yang hanya terdiam melihatnya.

"Nah, ini anak tante, Hirra. Alvino Hilmi Arangga," ucap Tante Dirra lalu menyuruh Vino menyapa Hirra.

"Hai, Hirra." Sapa Hilmi tersenyum tulus kearah Hirra.

Sekarang Hirra sadar bahwa pribahasa 'Bagai Punggul Merindukan Bulan' sudah tidak berlaku untuk dirinya.


HirraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang