Bab 7 - Gosip (2)

5.6K 447 6
                                    

__Tujuh__

Arkan melirik jam tangannya dan sudah menunjukkan pukul 08:34. Ia segera memarkirkan mobilnya di warung yang berada di belakang sekolah dan berniat untuk memanjat dinding pembatas sekolah.

Kito yang sedang melaksanakan tugas berkeliling sekolah untuk sekedar mengecek apakah ada siswa yang memanjat dinding pembatas sekolah untuk bolos ataupun siswa yang terlambat, kini melihat Arkan tengah memanjat dinding pembatas. Kito hanya berkacak pinggang sambil geleng-geleng kepala melihat kelakuan Arkan. Bisa dikatakan kalau hampir setiap hari, Arkan merupakan santapan pagi bagi Kito.

Ketika Arkan sudah melompat, ia pun berbalik badan dan bersiap untuk lari sebelum ketahuan. Tapi ternyata Kito telah berada di hadapannya dengan wajah datar.

"Ehh.. ada pak Kito. Lagi ngapain disini pak?" ujar Arkan cengengesan.

"Kamu memang tidak jerah-jerah ya, Arkan. Kapan sih kamu itu tidak buat masalah? Saya itu sudah capek tau narik-narik kamu ke ruang BP." keluh Kito pada Arkan.

Arkan terkekeh pelan, bersiap untuk lari. Tapi, Kito segera menarik kerah baju Arkan dari belakang.

"Ehh.. mau kemana kamu?" tanya Kito.

"Ya.. mau ke ruang BP lah, pak. Katanya capek narik-narik saya mulu. Yaudah, biar saya langsung aja ke ruang BP'nya sendiri." ujar Arkan.

"Gak perlu, kamu langsung masuk ke kelas aja! Hari ini guru ada rapat besar, jadi kalian tidak belajar. Kerjakan tugas yang sudah disiapkan oleh guru yang mengajar di kelasmu!" jelas Kito.

"Seriusan nih, pak?" ucap Arkan semangat. "Oke deh, Arkan masuk dulu ya pak Kito.." ujar Arkan cengengesan seraya berlari menjauh dari Kito.

"Dasar anak zaman sekarang!!" gumam Kito seraya melihat kepergian Arkan.

Arkan berjalan melewati kelas Mark dan Raka. Mark dan Raka yang melihat Arkan lewat dengan tas yang masih dipunggungnya, langsung menghampiri Arkan.

"Woy, Ar. Gila lo ya, baru dateng aja!" ucap Mark seraya geleng-geleng kepala.

"Selo aja ah, lagian gak belajar kan?" balas Arkan cuek.

"Iya sih." gumam Mark seraya menggaruk tengkuknya.

"Kantin yok!" ajak Arkan dan langsung dibalas anggukan cepat oleh Mark dan Raka. "Kalo udah kantin aja, langsung cepat." ledek Arkan. Mark dan Raka hanya terkekeh pelan.

Mereka pun berjalan menuju ke kantin. Semua orang tampak berbisik-bisik melihat kehadiran Arkan. Arkan tidak mempedulikan hal itu, ia langsung menjelajahi matanya mencari kursi yang masih kosong. Sebenarnya tidak perlu mencari, Arkan tinggal duduk di tempat yang dia suka dan orang yang duduk disitu akan langsung pergi.

Ketika Arkan baru saja ingin melangkah ke kursi yang berada ditengah-tengah kantin, Arkan mendengar orang bertabrakan dan menjatuhkan piring kaca. Mata Arkan tertuju pada Aika dan Devan dengan ekspresi sama-sama terkejut.

"So--sorry.." ucap Aika gugup.

"Enggak, gue yang salah kok. Sorry." balas Devan dengan senyuman hangat.

Seketika pipi Aika merasakan panas, pipinya merona merah dan Devan terkekeh pelan melihat wajah Aika yang terlihat sangat malu saat ini. Saat ini mereka jadi pusat perhatian orang-orang yang berada di kantin, tapi Aika tidak peduli sama sekali. Ia sangat gugup sekarang.

"Lo gak pa-pa kan?" Devan kembali bertanya.

"Iya, gue gak pa-pa kok."

"Ck, lebay banget sih.." decak Arkan saat mendekati Aika dan Devan.

MapsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang