Part 5

50 6 0
                                    

Sudah lebih dari sebulan aku selalu bersama Nalan, aku merasakan perasaan yang belum pernah kudapatkan sebelumnya. Senang, bahagia, selalu tertawa jika sedang bersama Nalan, apa ini yang namanya jatuh cinta? Apa Nalan adalah cinta pertamaku? Apa mungkin nalan mempunyai perasaan yang sama denganku? Semoga saja.

-Nalan's POV-

Ternyata rencanaku berhasil, dengan mudahnya aku medapatkan hati si gadis poni itu. Namun mengapa jika bersamanya aku merasa bahagia? aku merasa tak ada beban apa pun dihidupku. Apa yang sebenarnya aku rasakan? Mungkinkah aku jatuh cinta padanya?

Tidak. Aku tak mungkin mempunyai perasaan pada wanita yang membuat kakak seperti sekarang. Ya kakak perempuanku, dia bernama Delweis. Sejak saat ditinggalkan oleh kekasihnya setengah tahun yang lalu dia mengalami depresi berat, Delweis sangat mencintai Ray tetapi saat itu Ray bertemu dengan seorang gadis yang dengan mudahnya merebut hati Ray, membuatnya harus meninggalkan Delweis.

Wanita itu Naren, saat itu Naren sudah mengetahui jika Ray memiliki kekasih namun dia tetap memberikan perhatiannya pada Ray tetapi disaat Ray menyatakan perasaannya, Naren menghindar dan berlari meninggalkan Ray, saat ia berlari Naren tak mengetahui jika dibelakang ada mobil yang berkecepatan tinggi mengarah padanya.

Melihat hal itu Ray langsung mendorong Naren dan akhirnya Ray lah yang tertabrak, Ray tewas ditempat. Itulah informasi yang kudapatkan dari Delweis sebelum ia mengalami depresi, semua itu yang membuatnya seperti sekarang. Aku tak tega melihat Delweis seperti ini, aku juga tidak rela semua ini terjadi pada kakak perempuanku satu – satunya.

Aku akan membalas semua perbuatan Naren, ia adalah penyebab terjadinya semua ini. Ya, aku tak boleh jatuh cinta pada Naren aku harus ingat pada rencana awalku dan mendapatkan Saina kembali, perasaan ini hanya untuk Saina bukan Naren.

***

-Naren POV-

Selama sebulan ini aku merasa sangat dekat dengan Nalan, berangkat dan pulang sekolah aku selalu bersama Nalan dan saat hari minggu sering sekali Nalan mengajakku jalan berdua meski hanya sekedar nongkrong di Sta*bucks atau mencari buku ke Gram*dia.

Seperti hari ini, Nalan mengajakku jalan – jalan tapi kali ini dia tak memberi tauku kemana kita akan pergi. Yasudahlah mau kemana pun kita, aku tetap senang jika berdua dengan Nalan.

"Kak, ada Nalan tuh didepan tadi dia izin sama mama mau ngajak kamu jalan – jalan" teriak mama dari luar kamar sambil mengetuk pintu.

"Oh iya ma bentar Naren bentar lagi keluar" jawabku.

Setelah aku merasa semua sudah rapi aku langsung mengambil sneakers warna toscaku yang ada dekat pintu kamar dan langsung menghampiri Nalan yang terlihat sedang berbincang – bincang dengan mama di ruang tamu.

"Ngomongin apa sih seru banget kayanya" ucapku sambil duduk disebelah mama.

"Pengen tau aja sih kamu kak"

"Ih mama gitu" jawabku sambil memasang muka cemberut.

"Udah yuk Ren berangkat, udah siang nih" ajak Nalan.

"Oh iya kak, yaudah ma Naren berangkat dulu ya Assalamualaikum"

"Berangkat ya tante, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam hati – hati ya, Lan titip Naren ya"


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 08, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Naren & NalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang