Sandra's POV
"Jadi, gimana?" tanya Bianca, yang sedang menunggu penjelasanku,
"Dia memintaku untuk berkencan dengannya,"
"APA! SERIUS!! " Aku menghela nafas dan menceritakan segalanya kepada Bianca, aku menceritakan kepadanya tidak hanya mengenai percakapanku dengan Peter saja, melainkan juga pendapat dan pikiranku tentang apa yang Peter minta,
Bianca hanya mengangguk sebagai tanggapan, "Kau benar, tetapi terserah kau. Walaupun saat ini kau menyukai saudara kembarnya, tapi kupikir berkencan dengan Peter akan membawa beberapa keuntungan bagimu,"
"Keuntungan?"
"Ya, aku bertaruh Peter tidak akan membiarkanmu diintimidasi oleh siapapun. Setidaknya, dia harus melindungimu, karena kau pacarnya,"
"Tapi, berkencan dengan seseorang yang bukan kita cintai itu agak..."
"Aku tahu, tapi kembali lagi, itu terserah di dirimu,"
"Tapi apakah itu aneh? Kami tidak melakukan percakapan yang berarti sebelumnya. Kami baru saja bertemu dan ya... semuanya terjadi. Semuanya memang terjadi tanpa terduga,"
Betul sekali. Ini sangat tidak masuk akal. Tapi, wajahnya yang sedih itu, apakah itu nyata?
Tapi kenapa?!
****
Aku sibuk mencari beberapa novel untuk kubaca. Saat ini adalah waktu istirahat, dan sungguh menyenangkan menghabiskan waktu di perpustakaan. Dan juga, hari ini tidak ada Bianca. Aku sangat kesepian selama 2 hari terakhir ini, kuharap Bianca dapat pulih sesegera mungkin!
Aku terus mencari dan akhirnya mataku tertuju ke sebuah novel yang agak menarik untuk dibaca. Aku mengambilnya dan mencari tempat untuk saya duduk. Mataku bertemu dengan beberapa gadis yang menatapku dengan sinis.
Dan akhirnya aku memilih untuk duduk di sudut, yang merupakan tempat yang benar-benar jauh dari gadis-gadis itu. Aku tidak menyesal mengambil novel ini, karena aku sangat suka novel romantis-fantasi dan kebetulan prolog nya sangat menarik!
"P-permisi ...?"
Aku mendongak dan melihat seseorang yang aku kenal sebagai juniorku, yang juga terlihat sangat kutu buku dan mungkin pintar? Dia memegang beberapa buku di tangannya dan wow, itu sangat banyak. Kami tidak pernah melakukan percakapan sebelumnya, tetapi aku bertanya-tanya mengapa dia datang kepadaku?
"Iya?"
"Um ... Bisakah aku duduk di sini?"
Aku mengangguk, "Tentu,"
Dia tampak sangat gugup, aku bisa melihat tangannya gemetar. Saya melirik lencana namanya dan baru tahu bahwa dia bernama Arania. Dia duduk di depanku, aku tahu dia sedang berusaha untuk fokus pada buku-bukunya tetapi entah bagaimana dia tidak bisa. Apakah itu karena aku?
Jika ya, mengapa dia duduk di sini? Terlebih lagi ada begitu banyak tempat kosong yang dia bisa duduki dan mengapa dia harus duduk di sini?
Aku mengabaikannya, dan kembali fokus pada novelku. Tetapi tidak lama setelah itu, dia memanggil namaku, yang membuatku menatapnya,
Tunggu, bagaimana dia tahu namaku? Ah, mungkin karena rumor bodoh itu?
"Bagaimana dengan kakimu?"
Huh... untung dia tidak menanyai mengenai rumor bodoh itu.
"Masih sakit, tapi jauh lebih baik,"
"Senang mendengarnya," katanya dengan beberapa reaksi canggung, seperti menggaruk tengkuknya dan terus mengangguk. Tapi bukan hanya dia, aku juga mengangguk dan kembali membaca novelku,

KAMU SEDANG MEMBACA
My Sugar
De TodoAntara ego dan cinta. Siapakah yang paling dominan? "Mencintaimu adalah hal terberat dan menyakitkan bagiku. Bisakah kau tinggalkan egomu demi diriku?" #2 in Cold #3 in Pain