2. Kebersamaan Yang Tak Terduga

12.4K 760 57
                                    

Aku bekerja sebagai pelayan di kafetaria di sekitar rumahku. Gajinya cukup baik untuk kebutuhan dan tabunganku, karena Bu Rosa --- atasanku juga seorang wanita yang baik. Aku senang memiliki atasan seperti beliau,

"Ting!" tanda hidangan telah selesai. Aku mengambil piring ke meja 40, seperti yang sudah tertulis di sana,

"Permisi," kataku sambil meletakkan piring di meja mereka,

"Apakah itu Sandra?" sapa seseorang yang aku kenal suaranya,

Ketika saya menoleh, ternyata ada,

"Tante Fredela?"

"Aku sangat terkejut. Apakah kamu bekerja di sini? "dia bertanya padaku dengan ramah,

"Y-ya tante,"

"Sayang, kamu kenal gadis ini?" tanya seorang lelaki, dan kurasa itu suaminya.

Tunggu, suaminya? Berarti pria ini adalah ayah Peter?

"Ya Alex, ini Sandra. Gadis yang pernah ku ceritakan, dia ini teman Peter,"

"Peter punya teman perempuan?? Sungguh ajaib," kata Pier, yang membuatku menyadari keberadaannya di sini. Jantungku berdetak sangat kencang ketika aku melihat senyumnya untukku. Aku mengangguk dengan senyuman ramahku padanya.

"Lama tidak bertemu ..." sapanya kepadaku. Tante Fredela da nom Alex terlihat kaget. Pier adalah teman sekelasku ketika kami masih SMP. Dia benar-benar banyak membantuku terutama ketika ujian akan segera dimulai. Sejujurnya, aku baru tahu bahwa Peter dan Pier adalah saudara kembar ketika Pier menjemput Peter di rumahku beberapa hari yang lalu. Mereka sepertinya tidak pernah satu sekolah karena Pier juga kali ini tidak satu sekolah dengan Peter. Mereka bukanlah kembar identik, namun meskipun begitu, ada beberapa bagian dari mereka yang mirip.

Oke, jika kita melihat kepada Pier dan Peter, selain memiliki wajah yang berbeda, kepribadian mereka juga berbeda. Pier juga memiliki wajah yang tampan, hanya saja kesan yang mereka tinggalkan kepada orang-orang juga berbeda. Lebih tepatnya, mereka berdua bersaudara yang memiliki pesona berbeda. Aku lebih suka Pier daripada Peter karena Pier bersikap begitu hangat kepada orang-orang, dan juga dia sangat baik. Berbeda dengan Peter yang tampak pendiam dan pasif terhadap orang sekitarnya.

Meskipun begitu, tetap saja banyak yang menggilai Peter di sekolah ku.

****

Aku tidak begitu suka olahraga, karena aku benar-benar payah. Bukan hanya aku, Bianca juga merasakan hal yang sama. Tetapi bagian terbaik dari pelajaran olahraga adalah semua siswa seangkatan dari kelas yang berbeda bergabung bersama.

"Baiklah, mari kita pergi ke lapangan," ujar Bianca kepadaku, dan aku menjawabnya dengan anggukan. Ketika kami ingin keluar, sekelompok gadis yang berisikan sekitar 3 orang melewatiku dengan sinis. Aku mengabaikannya seolah-olah mereka itu tidak pernah ada.

Aku terlalu malas untuk berurusan dengan orang-orang itu. Mengabaikan keberadaan mereka akan menjadi pilihan terbaik jika kau tidak ingin terlibat dengan mereka.

Dan inilah kami yang sedang berada di lapangan. Aku melihat sekelilingku, dan aku melihat Peter yang sedang duduk di sudut lapangan olahraga sana. Dia sangat tampan jika dilihat dari samping. Sekali lagi, aku tidak bisa menyangkal ketampanannya, tetapi aku tidak benar-benar mengaguminya sebagai tipe idamanku. Karena pria yang saya sukai adalah...

"Berhenti mengabaikan aku!!" pekik Bianca dengan kesal. Aku terlalu fokus kepada Peter hingga aku tidak mendengar curhatan Bianca.

Ketika pak Rio --- guru olahraga kami memasuki lapangan, kami segera berhamburan membentuk beberapa barisan. Kami merentangkan tangan dan melakukan stretching. Saya tetap fokus pada instruksi Pak Rio, sampai saya menyadari bahwa Peter ternyata sebaris dengan saya!

Aku menghela nafas frustrasi, seperti yang pernah kukatakan, aku tidak pernah bermaksud untuk melakukan ini! Ini hanya kebersamaan yang tidak disengaja!! Aku berpikir, apakah dia akan berpikir bahwa akulah yang mencoba menguntitnya?

Argh! Aku benar-benar ingin menghentikan semuanya, termasuk terlibat dengan Peter. Aku benar-benar ingin hidup dengan damai! Terlibat dengannya adalah yang terburuk, karena aku tahu dia punya begitu banyak penggemar di sini, dan aku tidak ingin mendapat masalah dengan gadis-gadis lainnya.

Aku pernah mendengar desas-desus mengenai seorang gadis yang menyukai Peter. Dia sengaja meminta Peter untuk membantunya dalam pelajarannya agar dia bisa dekat dengan Peter. Aku tidak mengetahuinya dengan jelas tetapi yang ku tahu, akhirnya gadis itu pindah sekolah karena dia tidak tahan ditindas oleh penggemar Peter.

Dan tidak terasa, sudah waktunya untuk berlari lapangan. Aku berusaha untuk tidak melirik Peter, meskipun aku tahu bahwa beberapa gadis terlihat tidak senang padaku karena aku berada di sampingnya. Aku mencoba untuk melihat ke depan dengan serius, mengabaikan perasaan tidak nyaman di dalam diriku. Pada hitungan ketiga kami berlari, dengan sekuat tenaga aku berlari secepat mungkin. Saya tidak mungkin menunjukkan kelemahan saya di depan Peter.

Brugh!

Sial! Aku terjatuh dan semua teman sekelasku menertawakanku. Ini sangat memalukan! Aku mencoba untuk berdiri, tetapi ketika aku hampir berdiri, aku terjatuh kembali. Pergelangan kakiku sangat sakit dan lutut saya juga berdarah.

"Aw..."

Sakit sekali!

"Apakah kamu baik-baik saja?" Pak Rio bertanya kepada saya.

"Aku baik-baik saja, Pak- AW!"

Rasanya seperti pergelangan kakiku ditekan oleh seseorang dan itu adalah Peter!

"Sepertinya dia terkilir, Pak," ujar Peter dengan santai.

"Sepertinya begitu. Bisakah kamu berjalan? "

"Aku ragu, Pak. Lihatlah, tadi dia tidak bisa bangkit berdiri,"jawab Bianca kepada pak Rio.

Hah? Sejak kapan Bianca ada disini?

"Peter, kamu bawa dia ke UKS,"

Mendengar perintah pak Rio, aku berkedip berulang kali padanya. Peter hanya mengernyit padaku seolah ingin mengatakan, 'ada apa'. Aku menggigit bibirku, sebagai bentuk amarahku ketika aku melihat Bianca mengedipkan matanya padaku,

"Saya pikir ini bukan masalah besar, pak. Saya tidak harus pergi ke UKS,"

"Kamu harus dibawa ke UKS. Lututmu harus segera dirawat. Apa kamu ingin luka kamu semakin parah?" ujarnya yang terkesan menakutkan bagiku.

Aku merasa diriku melayang, aku bertanya-tanya mengapa aku bisa merasakannya?

Dan oke, aku pikir aku tahu mengapa aku bisa merasa seperti itu. Itu semua karena tiba-tiba Peter menggendongku. Itu mengejutkanku dan seluruh siswa di sini. Sementara, dia sendiri, terlihat sangat acuh tak acuh, mengabaikan orang-orang yang terus melirik kami. Aku menutupi wajahku karena aku tidak tahan dengan rasa malu ini.

Dia tidak bergumam apa-apa, sampai kami berada di UKS. Dia memintaku untuk tetap diam, sementara dia sendiri mengambil peralatan P3K. Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya. Aku memperhatikan wajahnya yang tampan dengan hati-hati saat dia merawat lukaku dengan hati-hati juga. Dia terlihat sangat tampan dengan wajah serius itu.

Ketika hampir selesai, Peter berdiri dan membereskan peralatan yang ia gunakan untuk merawat lukaku. Mataku terus mengikuti dia, bahkan ketika dia meletakkan kotak P3K kembali ke dalam lemari, mataku tidak terlepas darinya.

"Terima kasih," kataku, membuatnya melirikku sebentar. Dia hanya mengangguk dan akhirnya meninggalkanku sendiri. Aku melihat lagi lukaku yang sudah dirawat oleh Peter. Aku bisa mengatakan bahwa dia adalah seorang yang baik dibalik sikapnya yang dingin. Aku rasa itu adalah sisi yang tidak semua orang bisa melihatnya.

Atau mungkin dia hanya ingin membalasku karena sudah merawatnya sebelumnya?

My SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang