Di sinilah aku sekarang,di depan gerbang sangat besar menurutku.
Kenapa aku bisa berada di tempat ini,karna papa sudah menceritakan semuanya secara detail.
Papa mempunyai utang kepada rentenir sebanyak 1,5 M.Awalnya aku tidak percaya karna selama ini aku pikir keuangan papa baik-baik saja.Papa yang selalu pergi kerja seperti biasa dan tidak lupa untuk memberi uang jajan setiap hari juga.
Tapi ternyata semua itu hanyalah bohong,uang yang selama 3 bulan terakhir ini papa berikan adalah uang hasil pinjaman papa kepada rentenir.Dan lebih membiatku kaget lagi adalah utang papa yang sebanyak 1,5 M itu di pinjam untuk membayar gaji para karyawan,karna tanpa aku tau sedikitpun ternyata perusahaan papapun sudah bangkrut.
Rasanya aku tidak ingin lagi berada di dunia ini.Aku ingin pergi jauh dan tidak akan pernah kembli lagi.Tapi aku sadar bahwa aku tidak boleh menyerah,sudah cukup aku di tinggalkan mama,dan sekarang aku tidak mau kalau papa juga meninggalkanku karna aku yang mulai putus asa dan tidak membantu menyemangati papa.
Setelah aku tau semuanya,aku bertekad bahwa aku harus selesaikan masalah utang ini tanpa sepengatahuan papa,agar aku bisa pergi jauh bersama papa.
Makanya sekarang aku berada di tempat ini,karna aku ingin bertemu dengan tuan rentenir itu.
Sekarang aku sudah berhadapan dengan dua orang satpam yang sangat menakutkan.Bukan hanya wajahnya yang sangar tapi badannya juga sangat besar.
Tapi aku cepat-cepat membuang rasa takutku agar mereka tidak mudah untuk menggertakku.
"Cari siapa"?.Aku kaget mendegar suara besar dari salah satu satpam itu.
"Aku ingin bertemu dengan tuan kalian".Ucapku ragu.
"Memangnya kamu siapa mau bertemu dengan tuan saya?".Tanya salah satu satpam lagi kepadaku.
"Aku anak Wijaya yang sekarang sedang berutang pada tuan kalian".Ucapku mantap agar mereka percaya.Awalnya mereka bingung dan hanya saling menatap.Tapi setelah itu mereka membolehkanku masuk dan salah satunya menyuruhku untuk ikut bersamanya.
Sekarang kami telah sampai di dalam rumah yang sangat megah.Di sini semuanya serba putih,dari perabotnya hingga hiasan-hiasan yng ada.
"Kamu tunggu di sini".Ucap satpam itu kepadaku.Setelahnya dia masuk ke dalam swbuh ruangan.
Sambil menunggu aku melihat-liat seisi rumah ini,begitu indah dan cantik.Tapi aku heran tidak ada satupun foto yng tertempel di rumah ini.
Aku mendengar suara pintu terbuka dan keluarlah seorang pria paru baya yang menurutku dia masih berumur sekitar 50an tahun.
Dia mendekati dan menatapku dengan wajah heran.Wajar sih dia heran karna kami belum pernah bertemu sekalipun.
"Kamu siapa?".Tanyanya dengan datar.
Sebelum menjawab aku mengatur napas agar tidak terlihat gugup."Aku anak Wijaya".Ucapku mantap
Seketika dia kaget tapi itu tidak berlangaung lama karna dia menormalkan kembali raut wajahnya menjadi lebih ramah mungkin.
"Iyaa saya tau.Tapi apakah kau tau saya siapa nak?".Tanyanya dengan senyuman yang sangat tulus menurutku.Aku menggeleng tanda aku tidak tau.
"Baiklah,akan saya perkenalkan dulu siapa saya.Saya adalah Difta Bramata".Aku hanya menatap tangannya yang ternyata sudah terulur kedepanku.
"Aku Arum Natasya Wijaya".Aku mengulurkan tanganku untuk membalas jabatannya.
Tuan Difta manggut-manggut dan mempersilakanku duduk.Sebaik inikah seorang tuan rentenir?.Pikirku
Sebelum aku bicara,tuan Difta sudah mengetahui maksud kedatanganku."Saya tau kamu kesini untuk menolong ayahmukan?".
"Iya tuan".
"Baiklah langsung saja,saya minta maaf karna tidak bisa membantumu untuk memberi waktu yang lebih panjang lagi,karna waktu ayahmu sudah begitu banyak saya berikan".Ternyata harapanku sudah sirna bahwa tuan Difta akan mempertimbangkannya.
"Aku mohon tuan,rumahku adalah harta satu-satunya yngkami punya saat ini.Kami sudah tidak memiliki apa-apalagi".Jelasku memohon kepada tuan Difta.
"Maaf saya tidak bisa.Jika kamu mau saya akan memberikan kamu dua pilihan".Aku menatapnya takut.
Pilihan apakah itu ya Allah.Pikirku
"Pertama,ayahmu tidak perlu membayar utangnya dan terbebas dari penyitaan rumah dan utang asalkan kamu tinggal bersamaku dan menjadi anakku
Dan kedua kamu bisa menolaknya tapi ayahmu harus membayarnya kurang lebih dari tiga hari,jika tidak membayarnya terpaksa saya akan mengusirnya dari rumah itu dan kamu akan tetap tinggal di sini dan menjadi anakku".Mendengar ucapan tuan Difta aku sangat terkejut,aku tidak bisa menggerakkan semua badanku termasuk membalas ucapannya yang sama sekali bukan pilihanku.
Bagaimana ini,apa yang harus aku lakukan sekarang,aku tidak mau tinggal bersama seseorang yang mengambil rumahku,tapi aku juga tidak bisa membiarkan papa keluar dari rumah itu.
Begitu banyak kenangan yang telah kami jalani bersama mama.Perusahaan yang di bangun papa dari nol telah bangkrut dan sekarang rumah yang begitu banyak kenangan mama bersama papa.Aku tidak bisa,aku benar-benar tidak bisa.
Yaa Allah berikanlah petunjukmu agar hamba bisa menyelamatkan rumah papa bersama mama.
"Bagaimana?".Tuan Difta mengagetkanku dari lamunanku.
"Akan aku pikirkan.Maaf aku harus pulang".Aku segera berdiri dan berlari cepat-cepat pulang untuk meminta pendapat papa.
Tapi tidak,papa tidak tau kalau aku sudah menemui tuan Difta,jadi aku tidakbolehmemberitau papa tentang ini.
Ya Allah sekarang pikiranku sangat buntu.Apa yang akan aku lakukan.
***
"Assalamualaikum".Ucapku lesuh.Aku memasuki rumah dan mencari papa,siapa tau papa sudah bangun.Karna pagi-pagi sekali aku sudah pergi untuk menemui tuan Difta.
Aku mengetok pintu kamar papa tapi tidak sahutan.Daripada menunggu lama,aku buka saja pintunya.
Aku melihat ke arah kasur tapi papa tidak ada.Kemana papa.
"Paa"Panggilku tapi tidak ada sahutan juga.Aku melihat ke arah kamar mandi.
Mungkin papa lagi mandi.Pikirku
"paa".Aku mengetok pintu dan terus mengetokku tapi sama sekali tidak di jawab.Aku merapatkan telingaku ke pintu,dan aku mendemgar suara air mengalir.
Perasaanku jadi tidak enak,dan aku membuka pintu dan ternyata pintunya tidak terkunci.
"Pa-".Ucapanku terpotong karna aku kaget melihat papa yang sudah terbaring dwngan berlumuran darah di tangannya.
"Papaaaa,papa kenapa pa".Aku berteriak dan meminta tolong.Aky terus menggoyany-goyangkan papa agar dia sadar tapi tidak ada reapon apapun.
Aku segera berlari keluar untuk meminta bantuan kepada siapapun.Tapi tidak ada siapapun.Aku semakin panik dan kembali untuk melihat papa.
Aku mencari denyut nadi papa,agar aku tau bahwa papa masih sadar dan bernapas.
Saking paniknya,aku tidak bisa menemukannya.Ya allah bantu hamba.Aku terus mengucapkannya sampai di sati titik di mana semua harapanku telah hilang.Papa sama sekali tidak bernapas lagi,denyut nadi papa juga sudah tidak ada lagi.
Apakah sekarang aku harus di tinggalkan lagi?tidak tidak
"Tidaak,papaaaaaaaaaaaaa".
***
To be continue
Semoga kalian suka ya dengan cerita saya.Mohon dukungannya.:)