im not the one who has a good story that will make you cry hahaha. just enjoy this story :)
"jaerin-ah, kau menonton exo showtime kemarin?"
"Bunuh aku jika aku tidak menonton. Ya ya ya kau tau sehun oppa benar – benar tampan."
Wlooo, aku berpura – pura muntah mendengar obrolan teman – temanku tepat dihadapan mejaku, Ya tuhan apa dia bilang. Sehun? Oppa? Daebbak.
"Ya ya ya choi yoora apa yang kau lakukan?"
"Ya choi yoora tak tahukah kau bahwa sehun oppa itu tampan? Tak pernahkah kau melihatnya. Ya tuhan choi yoora kau tak punya televise dirumah?"
Televisi? Tak perlu, bahkan aku melihatnya berkeliaran disekitarku dengan sesuka hatinya yang bodoh itu.
"Kemarin malam episode Christmas kan?" ige mwoya? Mengapa hyemi sama seperti mereka ya tuhan.
"Ahh sehun oppa kai oppa jinja, neomu joha." Wleeeee, yedereul-ah, don't you know that oh sehun is a fooler
Beginilah, iya begini, aku hanya mampu menyahut dalam hatiku, entah apa yang terjadi padaku, segala hal mengenai diriku, aku selalu mengatakannya pada hyemi, tapi satu hal ini lah yang hingga kini aku tutupi darinya. Entah, aku merasa jarak antara aku dan dia –sehun- terlalu jauh, perbedaan yang membuatku menutup mulutku, menutupi segala tentangnya dari hyemi yang telah menjadi sahabatku dari kecil, terkadang aku merasa bersalah, ani, tidak terkadang, selalu. Suatu saat aku tahu hyemi akan mengetahuinya, tapi tidak sekarang.
Entah alasan apa yang ada dikepala bodohnya itu hingga dia memilihku, memintaku berada disisinya, memintaku menjaga hatinya, memintaku menyerahkan hatiku padanya. Kupikir dulu bahwa itu mustahil, namun aku sendiri lah, bersama dengan mulut dan otak yang bodoh ini menyetujuinya.
Lelah? Jika aku egois aku akan mengatakan iya, bahkan sangat. Aku dan dia berada di bawah langit yang sama, di kota yang sama, tapi hanya benda berbentuk persegi panjang tipislah yang menjadi saksi bisu bagaimana aku kan dia berkomunikasi. Sejak april lalu hingga sekarang akhir taunpun aku hanya bertemu ah mola aku bahkan tidak mengingatnya. Mencoba menutup mata dan menulikan telingaku akan skandal yang menimpanya, membentengi hatiku dengan kepecayaanku padanya, menjadikan kata manisnya sebagai tiang agar aku tetap mampu berdiri disampinya, meskipun bagai hantu dimana hanya dialah yang bisa melihatku. Bahkan tak jarang aku tersakiti hanya karena ucapan mulutnya, hanya satu kata, tapi aku tetap merasa sakit. Seperti semalam. Kekanakan? Katakanlah aku begitu, tapi aku bahakan sama ekali tak perduli.
"Choi yoora."
"Ya Ya Choi Yoora."
" YA CHOI YOORA YA."
Neomu kapcagi
"Heiyy choi songsengnim sebentar lagi masuk bodoh, kau benar benar harus mengurangi hobi melamunmu itu yul, aku takut kau gila nan---"
"YAAAAAAAAAAA."
Tett tettt