6

337 202 151
                                    

Viola POV

"Si anak rese itu kemana sih? lama banget!" Ucapku kesal sambil memanyunkan bibirku.

Sudah satu jam aku menunggunya di balkon. Dan sampai sekarang dia belum muncul juga.

"Elah ijak rese lama banget sih lo... gue udah nungguin lo lama banget, lo makan apa sih lama banget perasaan makan bakso gak nyampe satu jam dan balkon gak jauh dari kantin," Ucapku terus saja mengomel sendiri.

Aku benar-benar mengutuk sohib rese ku itu karena menunggu dia aku jadi melewatkan jam makan ku dan alhasil kini perutku tengah konser dengan riangnya.

Kalian pasti bertanya kenapa aku tidak ikut saja kekantin bersama anak rese itu.

Jawabannya Yap! Aku memang sengaja tidak ikut dengannya,rencananya aku ingin membicarakan suatu hal penting padanya dan ini membutuhkan waktu untuk mempersiapkan sebelum aku mengatakan hal penting ini.

Ketika Reza masih di kantin, aku tengah mempersiapkan kata kata untuk nya dan maka dari itulah aku tidak ikut ke kantin dan setelah aku sudah mengatakan ini pada dia, aku akan langsung ke kantin dan makan dengan tenang. Entahlah setelah mengatakannya apa aku bisa tenang atau tidak tapi itulah rencanaku dan si anak rese itu sudah menghancurkannya.

Hingga bell sudah berbunyi tanda masuk kelas.

Dengan perasaan kesal dan kecewa aku meninggalkan balkon lalu menuju ke kelas.

Di tengah perjalanan, aku melewati taman dan melihat Tiwi bersama anak rese itu.

"Oohh jadi ni anak rese ada di taman berduaan sama Tiwi? Oh okey gue mulai dilupain. Fix Za!" Ucapku pelan lalu meninggalkan taman.

Perasaanku benar benar hancur sekarang.

Rasanya nyesek banget ngeliat sahabat lebih mentingin sama orang lain daripada sama sahabatnya sendiri.

Author's POV

Reza masuk ke kelas dan langsung menghampiri Viola dengan wajah sumringahnya.

Viola seolah-olah tidak menyadari kehadiran Reza,padahal lelaki itu sudah duduk disebelah Viola sambil tersenyum.

"Vi? Aelah gue udah kasih kode nih lo kok malah sibuk sendiri gitu?" Ucap Reza sambil memegang kedua pundak Viola dan menggeser arah duduk Viola.

Kini mereka sudah berhadapan.Namun Viola memasang tampang datar.

"Vi? Lo mesti tau, gue... Gue lagi seneng banget Vi... ya ampun gue bahagia banget." ucap Reza semangat.

Viola hanya melihat dengan ekspresi bertanya.

"Vi? ternyata si pengirim surat itu... itu feeling lo bener. Waaa.. itu emang Tiwi. Dia yang ngirim surat itu ke gue Vi," ucap Reza sangat antusias.

Viola kaget namun Ia langsung merubah ekspresi wajahnya dengan ekspresi datar.

Melihat respon Viola yang hanya terdiam membuat Reza semakin bersemangat untuk menceritakan kejadian di taman tadi.

"Lo pasti mau tau gimana kejadiannya kan?" Tanya Reza

Viola hanya terdiam.

"Jadi gini ceritanya..." ucap Reza sambil melihat ke langit langit kelas Ia sedang mengingat-ingat kejadian tadi.

Flashback

"Hah?? Jadi.. lo yang ngirim surat itu Wi?? Surat cinta itu?" Ucap Reza kaget.

Tiwi mengangguk ragu

"I--iya itu gue Za. Maaf gue nggak berani bilang langsung ke elo. Gue... Gue gugup kalau dekat sama lo, jadi gue cuma bisa nulis surat itu buat lo." ucap Tiwi dan ia menundukan wajahnya.

"Wi.. makasih lo udah mau berusaha buat gue.. gue seneng banget itu elo.. lo.. mau.. gak ja..jadi pacar gue?" Ucap Reza mantap.

"Hah?lo ngomong apa tadi?" Tanya Tiwi

Ia sebenarnya mendengar namun hanya ingin memastikan saja.

"Gue bilang.. lo mau gak jadi pacar gue?" Ucap Reza lagi dengan wajah seriusnya.

Dan kali ini jantung Reza kembali berdetak cepat.

Suatu hal yang ditunggu-tunggunya sejak lama.

"Iya, Za. Gue mau jadi pacar lo," balas Tiwi malu.

"Seriusan Wi? Jadi..kita udah..jadian dong?"

Tiwi mengangguk dan tersenyum.

Reza langsung memegang kedua tangan Tiwi dan tersenyum.

"Makasih sayang" ucap Reza.

Setelah pengakuan dari Tiwi dan penembakan dari Reza bell langsung berbunyi dan keduanya menatap satu sama lain lalu setelah itu mereka pergi menuju kelas dan harus berpisah karena beda ruang kelas.

Flashback end

"Nah, jadi gitu ceritanya Vi." ucap Reza yang sudah bercerita panjang x lebar(?) Namun lagi-lagi ekspresi Viola hanya datar dan Ia tidak mengatakan sepatah katapun.

"Woy Vi! Lo lagi ngelamun? Dari tadi gue ajak ngomong lo cuma diem aja. Lo napa sih?" Ucap Reza yang kesal.

Viola menatap Reza dengan tatapan kesal.

Seharusnya gue yang kesal sama lo. Batin Viola.

"Oy Biola Rusak!!" Ucap Reza sambil menjitak Viola.

"Ish! Apaan sih!!" Ucap Viola judes

"Pake nanya lagi, gue ngomong dari tadi macem kereta api lo malah cuma natap gue tanpa reaksi, lo dengerin gue nggak sih hah?" ucap Reza yang semakin kesal.

"Ya tapi gak usah pake ngejitak gue segala!" ucap Viola masih dengan nada judesnya.

"Lo kenapa sih Vi? Sensi banget.. lo lagi dateng tamu bulanan?" Tanya Reza.

"Sok tau lo!" Balas Viola dan merubah posisi duduknya menyamping pada Reza.

"Bukannya gue sok tau, kan gue nanya tadi lo kenapa sih Vi?" tanya Reza lagi.

"Gue gakpapa dan gak usah ngurusin gue!" Sahut Viola dan mengambil buku didalam tasnya.

"Ta..." belum sempat Reza mengatakn Ibu Rani -Guru Sejarah- sudah masuk ke kelas.

Reza menghembuskan napas kasar dan memperbaiki posisi duduknya.

Lo kenapa sih Vi? -Reza

Nggak usah tanyain apa-apa lagi tentang gue, Za. -Viola

Seolah-olah kata hati mereka saling bersahutan satu sama lain.


TBC

Hey haii udah nyampe part 6^^ gimana nih? makin absurd yaa? Lebih baik tinggalkan jejak deh biar aku bisa tau kesalahannya dimana. Kritik saran yang mengarah ke positif aku terima kok. Tetap ikuti kelanjutannya yaap^^

Love LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang