Kepingan

62 6 0
                                    

Aku terbangun dari lelapku . Sambil mengumpulkan semua nyawa, aku bergerak menuju dapur kecilku . Oh ya, namaku Maximellia Ivanka Neldella, biasa dipanggil Della atau Mel, yah terserah saja . Asal tidak aneh .

Aku tinggal sendirian, di apartemen yang-kupikir-sempurna untukku . Aku membeli dengan uangku sendiri, ya, aku termasuk perempuan, yang akan membuat kalian berdecak kagum .

Di umur yang tegolong masih muda, aku bisa membeli semua yang aku inginkan .

Tapi hei !

Jangan anggap aku gila kerja atau workaholic, karena aku bukanlah salah satu diantara mereka . Bisa dibilang, aku freelance? Yang bekerja semena-mena . Haha, hebat kan? Aku tahu aku hebat . Tak bermaksud sombong,  percayalah, aku hanya bangga, karena aku bukanlah tipe orang yang suka bekerja, apalagi di kantor .
Terlalu monoton .
Tak suka,
tak bisa kemana-mana, gaji pas-pasan, seperti burung yang berada di sangkar, padahal sang pintu terbuka lebar .

Semua orang punya persepsinya masing-masing bukan?
Maka aku adalah salah satu diantara yang tak menyukai keterikatan . Aku suka mencari inspirasi, kau tahu? Otakku kaya akan ide-ide cemerlang, atau bahkan terkesan bodoh, karena ketidak-mungkinan membuatnya ialah 70% , tak apa, sudah biasa, aku suka belajar, tak pernah bosan untuk belajar, kecuali aku berada pada bangku sekolah itu .

Percayalah tak ada satu-pun yang mencantol di kepalaku .
No more pain!

Aku menghela napas sejenak, berpikir apa yang akan aku lakukan pertama . Setelah beberapa menit berpikir-ya-lebih-tepatnya-melamun, aku memutuskan menyeduh teh dahulu . Aku suka teh, lebih dari kopi . Rasanya lebih tenang .

Aku hendak mengambil kotak teh itu, ketika tak-sengaja, aku melihat kotak kopi . Kopi yang biasa diseduh olehnya . Tertegun sejenak, lalu tanganku meraih kotak itu . Dan pada akhirnya, hatiku menang . Kopi itulah yang kuseduh, bukan teh .

Tubuhku seperti sudah terkendali, 3 sendok kopi, 2 sendok gula, 0 creamer . Membuatku tersenyum simpul . Ya, sebersit kenangan, yang dulu kukubur, kini sudah tahu cara untuk tumbuh .

Aku menatap racikanku sendiri, antara ya atau tidak . Tapi hatiku kembali menang . Setidaknya, ayolah, hatiku bahkan sudah pernah berpindah . Ya, tapi kau tahu?

Each girl, yes-every girl, has that one boy, she never lose feeling for .

Tak percaya? Mungkin belum, mungkin .

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang