10.00 am

874 90 6
                                    

Pukul 10.00

Kring...kring...kring...

Bel istirahat pun berbunyi.

Perutku sangat lapar, tapi aku tidak ingin pergi dari sini. Pergi keluar kelas, sama saja aku menyakiti diriku sendiri. Tetapi, rasa lapar ini tidak bisa aku tahan. Aku butuh makan.

Dengan perasaan bimbang aku berdiri, dan mulai menuju kantin. Aku sudah tau apa yang akan aku dapatkan, tapi perutku sangat sakit.

Aku berjalan. Dan terus berjalan. Berusaha tanpa menghiraukan sekitarku. Kepala ku tetap fokus tertunduk ke bawah.

Lapangan lewat.

Ruang osis lewat.

Aula lewat.

Selangkah lagi aku sampai.

Byur. Dingin terasa di tubuhku. Bajuku sekarang tak lagi berwarna putih. Entah sekarang sudah menjadi warna apa, merah, hijau, cokelat atau warna lain.

Aku pun mendongakan kepalaku kedepan. Di depanku sudah ada 3 perempuan, yang sedang memegang gelas plastik yang sudah kosong. Dan wajah mereka, wajah mereka membuatku muak. Senyuman mengejek tercipta dari bibir mereka.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN? MAU KALIAN APA?" Tanpa aku sadari, aku berteriak meminta jawaban kepada mereka.

"Wow punya nyali juga lo yah berani ngebentak gue" kata salah satu dari mereka.

"Mau kita apa? Lo nanya mau kita apa? Mau kita simple aja sih, LO ENYAH DARI SINI! DASAR CEWEK GAK TAU DIRI" Aku bisa menebak pasti cewek ini, ketua dari mereka.

"Salahku apa ke kalian? Sampai-sampai kalain membenciku" Aku tak sanggup, sangat sudah tak sanggup menahan air mata ini. Tak terasa, air mataku sudah berjatuhan.

"TANYA KE BOKAP LO ITU! SALAHNYA APA." Suara itu, suara teriakan itu bukan berasal dari ketiga cewek di depanku. Tapi dari salah satu murid yang ada di kantin ini. Mataku pun melihat ke sekeliling, mereka semua tengah menatapku. Semuanya. Yah semuanya. Tatapan mereka. Ekspresi mereka.

"Hilangkan aku dari sini sekarang ya tuhan, aku mohon. Aku tidak sanggup lagi." Teriakku di dalam hati.

"Lo pikir dengan lo nangis, kita semua bakal kasian sama lo. Jangan berharap terlalu jauh"

"Berapa orang yang mati karena bokap lo?"

"Sepuluh, dua puluh, seratus, ah mungkin ribuan" ejek salah satu dari mereka semua.

"Dasar anak seorang pembunuh! Pergi sana! Gak butuh orang macam lo ada di dunia ini"

"ENYAH LO"

"DASAR GAK TAU MALU, MASIH AJA BERANI NAMPAKIN DIRI LO DISINI"

"YOU LOOK DISGUSTING!"

"GROSS!"

"EW!"

"NO ONE LOVES YOU!"

"FUCK OFF! END YOUR LIFE, WE DONT NEED YOU"

Aku berlari meninggalkan tempat itu. Berlari. Berlari. Dan terus berlari. Tanpa menoleh kebelakang. Yang aku pikirkan sekarang, pergi dari tempat terkutuk ini. Aku tak sanggup lagi, sungguh aku benar-benar tak sanggup lagi mendengarkan berbagai hinaan yang mereka lontarkan dari bibir busuknya itu.

Please. I need someone. Just one. Yang benar-benar peduli denganku.

What If I Died Tomorrow? [5/5]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang