ME&U

2.9K 139 15
                                    

"Hansol~" suara gadis di depannya ini sudah membuatnya terganggu sejak tadi. Bagaimana tidak? Ini perpustakaan tempat di mana suara sekecil 5dB pun akan sangat sensitif bagi pembaca yang sedang berada di ruangan ini. Termasuk lelaki itu sendiri.

"Hansol. Tolong bantu aku ya?" sekali lagi gadis itu berbicara dengan keras membuat Hansol yang sedang serius membaca novel Harry Potter seri 6 tersebut melepas kacamata bulat nan tebal yang bertengger di hidungnya.

Ia menatap langsung ke mata gadis itu dengan tatapan mengintimidasi.

Sadar ada sesuatu yang salah, gadis di depannya yang bernama Dahyun itu langsung menutup mulutnya rapat-rapat.

"Apa maumu sih?" pria dengan manik gelap tersebut mulai mengeluarkan suara yang sudah ia tahan dengan susah payah agar tidak berteriak di tempat kesukaannya ini.

"Tolong nilai comic dance ku untuk tugas seni minggu depan, ya?" manik mata gadis ini berbinar menatapnya. Entah kenapa setiap melihat manik bulatnya yang selalu berbinar di mata sang lelaki, semua kekesalannya dapat lenyap begitu saja.

Terdengar napas berat.
"Sejak tadi kau menggangguku hanya untuk meminta itu?" masih berpura-pura, Hansol mencoba terlihat masih kesal.

"Maaf. Kau marah?" garis lengkung ke atas di wajah Dahyun berganti menghadap ke bawah. Kedua tangan yang ia tempatkan di atas meja kini melemah dan pindah ke atas pahanya.

Hansol tak nyaman tak melihat senyum -yang ia akui memang ia sukai- di wajah gadis dengan rambut berwarna merah muda di ujungnya itu.

Sang pria menutup buku tebalnya lalu berdiri dari kursi yang sudah bersamanya selama 1 jam terakhir itu dan menyangkutkan tas hitam miliknya di pundak. Lalu beranjak dari tempat itu.

"Apa yang kau lakukan di sana? Cepatlah. Sebelum aku berubah pikiran" lelaki dengan kaos putih polos ditemani mantel biru navy bercampur abu tersebut menoleh pada gadis dengan wajah bingung yang masih terduduk di bangkunya.

Manik sang gadis kembali membulat      -masih berbinar-

"Ba.. baiklah" senyum khasnya kembali mekar. Membuat Hansol tanpa sadar mengangkat ujung bibirnya. Membentuk lengkung bulan sabit tipis di bibir serta di matanya.

Gadis itu beranjak dari kursi dan terbirit ke arah Hansol dengan senyuman menghiasi wajahnya. Hampir saja memeluk Hansol jika saja gadis itu tak sadar akan perbuatannya.

Kemudian kedua insan itu meninggalkan ruangan klasik berbau kayu dengan rak-rak tinggi berisi buku-buku yang menjadi 'makanan ringan' pria keturunan Amerika tersebut.

***

Alunan musik khas animasi itu menemani Dahyun menari dengan comic dance-nya.

Gerakan berlebihan ala anime yang lucu nan unik, membuatnya mengalun dalam melodi. Sebuah kipas sudah setia di tangan kanan mengikuti tubuh sang pemiliki bergerak.

Gadis itu merasa rok hitam di atas lutut dan kemeja kotak-kotak berwarna merah hitam yang tanpa rencana ia pakai, sangat cocok dengan tema tariannya.

Hansol memperhatikannya dalam diam. Dinding ruangan yang dilapisi kaca dapat membuatnya melihat sang gadis dari berbagai sisi.

Hansol berusaha menahan senyumannya dan tawanya agar tak pecah saat melihat gerakan serta ekspresi gadis aneh -nan menarik- ini yang sedang menari di hadapannya yang menurutnya sangat lucu.

"Bagaimana?" gadis bersurai hitam dengan corek merah muda itu berkata sembari bernapas dengan terengah-engah.

"Tidak buruk" suara monoton Hansol terdengar ke telinga sang gadis yang sudah berusaha keras menampilkan yang terbaik. Membuatnya tak puas akan jawaban tersebut.

Hansol menyerahkan sebotol air mineral pada gadis yang kini berjalan ke arahnya.

Dahyun dengan -sangat- senang hati menerimanya. Walaupun harus ia sembunyikan di balik wajah lelah yang tak mengurangi kecantikkannya itu.

Ia kemudian duduk di sebelah Hansol yang sedang berdiri dan bersandar di kaca masih menyilangkan tangannya dan membuka botol minum tersebut untuk sekedar meneguknya dan membiarkan dahaganya menghilang.

"Coba nilai dalam skala 1-10" gadis bergolongan O tersebut mencoba mencari jawaban yang membuatnya puas.

"Ada berbagai aspek jika boleh ku nilai. Tarianmu, aku beri 9 dari 10" Hansol mengakui kemampuan menarinya yang sudah menjadi hobi si gadis.

"8/10 untuk ekspresimu karena sepertinya terlalu berlebihan."  tapi tetap sangat lucu.

"Namanya juga comic dance" sang gadis menggerutu. Hansol tak bisa menahan senyumnya saat melihat sang gadis menatap ke arahnya dengan tatapan sedikit kesal yang membuat terlihat semakin lucu. Menurutnya.

"Terserahlah.. aku hanya menilai. Kan kau yang menyuruhku untuk menilai" Hansol masih betah dengan posisinya.

"Baiklah. Aku menyerah jika sudah berargumen denganmu. Tuan Choi" gadis itu kemudian berdiri dan menghadap Hansol.

"dan rambutmu, rambutmu terlalu esentrik dengan corek pink itu. Mungkin lebih bagus kalau menambah kacamata hitam dan headband coklat berbentuk pita sebagai hiasan" Hansol kembali berbicara. Memindai dan meneliti style Dahyun dari ujung kepala ke ujung kaki.

"Tapi kau suka kan?" bohong memang kalau ia bilang tak menyukainya. Demi apapun ia ingin mencubit pipi sang gadis sekarang karena gemas akan tingkahnya. Namun seperti biasa, gengsi mengalahkannya.

"Tuhkan, kau malah diam saja. Jadi bagaimana nilai keseluruhannya?" setelah hening yang panjang Dahyun kembali membuka percakapan. Ingin rasanya ia memberikan nilai sempurna.

"Sudah kubilang, tidak buruk" Hansol menegaskan kembali.

Gadis di hadapannya terlihat frustasi mendengarnya. Ia mem-pout-kan bibirnya tanda tak puas.

Hansol mengulurkan tangan kanannya untuk meraih kepala sang gadis lalu membelai rambut -esentrik- gadis itu.

Manik sang gadis kembali membulat akibat tingkahnya. Salah satu pesona sang gadis yang paling ia sukai. Yang tanpa lelah ia bilang bahwa ia sangat menyukai manik matanya yang benderang -walau dalam hati-

"Kerja bagus. Kim Dahyun" suara berat nan husky milik Hansol berhasil membuat si gadis gugup sekaligus bingung.

Tak biasanya Choi Hansol seperti ini. Memang benar, Hansol adalah orang yang dingin, namun tersimpan kehangatan di dalamnya. Yang membuat -hati- gadis itu kepanasan setiap Hansol menunjukkan bagian hangat dari dirinya.

"A.. apa?" sang gadis masih tak percaya apa yang didengarnya.

Hansol menurunkan tangannya kembali ke saku jeans-nya.

"Kubilang, kerja bagus. Sangat bagus. Kim Dahyun" terlihat jelas kehangatan di manik milik sang pria.

"Tapi tadi kau bilang..." gadis di hadapannya masih kebingungan.

"Tidak buruk, melainkan bagus. Sangat bagus. Puas?" sisi monoton Hansol kembali. Namun, Dahyun masih sangat senang mendengarnya. Senyuman sang gadis melebar hingga menunjukkan gigi kelincinya.

Kali ini, Hansol membalas senyuman sang gadis. Dengan senyum terhangat yang bahkan bisa mengalahkan hangatnya mentari. Terlebih, kehangatan senyum itu berhasil menjalar ke seluruh tubuh terutama hati Dahyun, sang gadis, yang merupakan alasan utama sang pria tersenyum.

FIN

Kalau suka ditunggu vommentnya ^^
Vommentmu semangatku/? ^_^

Bonus xD

Bonus xD

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ME&U Series [Vernon × Dahyun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang