Code

1K 96 19
                                    


"Satu ice cafe latte." Dahyun memberikan beberapa helai uang dan menuju meja di dekat jendela lalu duduk di sana. Gadis itu terlihat lesu dan hanya menunggu pesanannya dengan menopang dagu tak bersemangat.

"Hey! Kim Dahyun. Mengapa kau melamun seperti itu?" Salah satu temannya -Yein- yang bekerja paruh waktu di coffee shop ini mengantarkan ice caffee latte nya. Ia sering ke tempat jika ingin bertemu Yein.

"Sepertinya aku di php-in." Dahyun mempoutkan bibirnya dan memasang ekspresi menangis.

"Wah, siapa yang berani seperti itu pada sahabatku?" Yein terlihat jengkel ada siapapun yang berbuat itu pada Dahyun.

"Hansol." Dahyun menyenderkan kepalanya di meja.

"Memangnya kenapa dengan Hansol?"

"Malam itu, dia bilang 'bagaimana kalau kita merasakan kencan sungguhan' tapi, sampai sekarang pun ia tak pernah mengajakku jalan." jelas Dahyun. Ia menyeruput ice cafe latte itu. Dahyun merasa tak bersemangat. Padahal ini hari minggu, hari kesukaannya.

"Hey! Itusih salahmu sendiri. Siapa suruh kau langsung kabur ke dalam rumahmu dan meninggalkannya sendirian di luar? Ia pasti mengira kau menolaknya." Yein berseru.

"Itukan karena aku sangat malu." Dahyun mengingat lagi kejadian 2 minggu yang lalu itu. Pipinya merona karena membayangkanya.

"Terus aku harus bagaimana?" Dahyun kembali terlihat murung.

Sebelum Yein sempat menjawab, handphone Dahyun berdering. Gadis yang kini memiliki rambut hitam bercorek blonde itu merogoh sakunya untuk mengambil handphonenya.

Manik gadis itu membesar seiring ia melihat nama yang terpampang di layar teleponnya. Hansol.

Ia mengisyaratkan lewat mata pada Yein dan sahabatnya itupun menyuruhnya untuk mengangkat telepon itu.

'Kim Dahyun. Kau di mana?'
'Aku? Coffee shop tempat Yein bekerja. Memangnya kenapa?'
'Kemarin kau bilang akan ke toko buku untuk membeli buku referensi, kan? Kita pergi bersama.'
'Bal.. baiklah.'
'Aku akan ke sana.'

Dahyun menyimpan kembali handphonenya. Suara Hansol berhasil membuat moodnya sedikit membaik. Walau yang membuat ia galau adalah sang pemilik suara itu sendiri.

"Dahyun-ah. Kau harus memberinya kode agar Hansol peka terhadapmu." Yein menceletuk.

"Ko.. de?"

"Ya. Kode." Yein membisikkan sesuatu di telinga kiri Dahyun.
.
.

Suara bel di pintu coffee shop itu terdengar, Dahyun melihat Hansol yang tengah masuk. Ia lihat, Hansol sepertinya sedang menjelajahi ruangan dengan matanya untuk menemukan di mana ia berada. Ia dan Hansol melakukan kontak mata, lalu lelaki itu berjalan ke arahnya.

.
.

Hansol segera bergegas ketika melihat Dahyun yang berada di meja dekat jendela.

"Kau sudah datang rupanya." Dahyun membetulkan jaket jeans nya ketika Hansol datang dan duduk di hadapannya.

Hansol memperhatikan sesuatu yang membuatnya gusar. Bibir atas Dahyun dipenuhi cream dari minumannya.

"Ya! Bibirmu..."

"Ke.. kenapa dengan bibirku?" Dahyun pura-pura tak tahu dan berkata dengan polos.

"Dipenuhi cream." Hansol berkata dengan tak acuh. Kedua tangannya memasuki coat hitamnya.

"Kau.. tak mau membantuku membersihkannya?" Dahyun memasang ekspresi kesal dan sedih. Apa (lagi) yang gadis ini pikirkan, Hansol tak habis pikir.

"Aku harus melakukan apa? Mau kuambilkan tisu?" Hansol menatap gadis di hadapannya dengan tatapan heran.

Dahyun mengambil sendiri tisu yang ada di meja dan membersihkan sendiri cream yang ada di bibirnya. Ia menampakkan wajah kesal.

"Kau tak pernah menonton drama, ya? Dasar cowok tak peka!" Dahyun berdiri dan bergegas keluar meninggalkan Hansol yang membisu. Hansol tak merasa melakukan kesalahan apapun terhadap gadis dengan pemikiran aneh itu.

Hansol berdiri dan memanggil-manggil Dahyun yang tak menoleh sama sekali. Kemudian, ia teringat salah satu adegan terkenal dari sebuah drama populer. Lelaki itu terkekeh memikirkan maksud dari gadis itu.

Hansol berjalan mengikuti Dahyun yang terlihat masih menggerutu kecil. Ia berjalan sambil memasukkan lengannya ke saku coatnya. Dalam diam ia mengikuti gadis dengan pakaian serba jeans-nya itu.

Kedua insan itu berjalan di samping bunga-bunga bermekaran yang indah dengan corak merah muda. Dengan Dahyun yang masih tak mengetahui bahwa Hansol mengikutinya.

Dahyun terdengar menggumamkan sesuatu yang tak dapat Hansol dengar. Ia terkekeh akan tingkah gadis itu yang bisa sangat aneh --sekaligus lucu.

Hari sudah senja ketika Dahyun sampai di depan rumahnya. Ia masih belum menyadari bahwa dirinya diikuti. Sebelum kakinya melangkah masuk, ia mendengar seseorang berdehem. Gadis yang kini berambut hitam dengan corek oranye itu menoleh dan mendapati Hansol yang tengah menatapnya. Matanya terlihat lembut.

"Ha.. Hansol.."

"Ba.. bagaimana.. bisa.." Dahyun berbicara terpotong-potong karena gugup. Ia menyadari bahwa hal yang ia lakukan tadi sangat kekanakan makanya ia merasa malu sekaligus gugup. Mengapa ia mau melakukan apa yang dikatakan Yein?

"Ah.. soal yang tadi. Maaf. Aku tak seharusnya begitu. Tak usah dipikirkan." Dahyun kembali bicara dengan malu-malu. Hansol hanya menatap dengan tatapan yang gadis itu tak ketahui apa maksudnya.

Hansol maju beberapa langkah dan merengkuh tubuh gadis itu. Dengan senyuman merengah di wajahnya.

Sang gadis hanya terkejut dan tak tahu harus berbuat apa. Ia hampir melayang dibuatnya.

Hansol melepaskan pelukannya dan menatap tepat ke dalam manik hitam milik gadis itu. Yang berbinar membalasnya.

"Okay. Maaf kalau aku telat peka. But, better late than never, right? Akan kujemput jam 7 besok malam. Sampai jumpa."

FIN

*A/n maafkan ff ini yang makin lama makin gaje wkwk :v

ME&U Series [Vernon × Dahyun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang