Dua

222 23 0
                                    

Sehun mengerutkan kening, dan setitik rona muncul di wajahnya.

"Kau tinggal sendirian saja disana?" Ia menoleh ke arah pondok di belakang mereka.

"Sejak hyungku menikah, mungkin satu setengah tahun yang lalu."

"Kenapa kau tidak mengikuti hyungmu?"

"Menjadi beban untuknya?"

"Wajar saja, kau kan adiknya."

"Ya, memang. Tapi aku tidak suka membebani orang. Terlebih aku disini mengambil kelas tentang hortikultura -ilmu perkebunan-. Dari pada ikut dengan mereka, aku harus mengambil kedokteran."

Sehun hanya menganggukkan kepalanya, tanpa memberikan ekspresi lainya. Luhan menyingkirkan rambut yang menghalangi matanya.

"Semua orang bilang aku gila karena mencoba bercocok tanam disini."

"Memang." Sehun menatap tanah yang tidak rata, kedua tangannya dibenamkan ke dalam kantong jaketnya.

"Menyebalkan." Cibir Luhan hampir tidak terdengar.

Bibir Sehun tertarik sedikit.

"Ohya, aku belum mengucapkan terima kasih dengan semestinya untuk biskuit itu." Kata sehun.

"Ya. Aku harap kau menyukainya."

"Enak sekali."

"Mm.."

"Ada apa?"

"Hyungku akan datang untuk makan siang beberapa hari lagi." Luhan berkata dengan impulsif. "Kau.. bisa datang. . . kalau mau."

Seperti dugaannya, Sehun menggeleng.

"Terima kasih, aku tidak ingin mengganggu acaramu dengan hyungmu. . ."

Luhan tidak mampu menahan seringainya.

"Sebenarnya kaulah alasan hyungku memutuskan untuk datang.."

"Aku?"

"Aku menceritakan tentang dirimu yang pindah ke rumah ini dan. . . kau tahu, tempat ini cukup terisolasi. Hyungku khawatir."

"Bisa mengerti." Luhan menghetikan langkahnya, kemudian menatap Sehun.

"Kalau itu memberatkanmu, tidak perlu." Luhan melanjutkan jalannya, Sehun mengikutinya dari belakang.

"Tapi dia ingin melihat tetangga barumu?"

"Tidak apa-apa." Kata Luhan. "Aku akan bilang kau terlalu sibuk untuk makan siang, dan kalau hyungku mengusulkan kunjungam perkenalan, aku akan menggusah mereka."

Sehun tampak berpikir.

"Kalau hyungmu cemas tentang keselamatan adiknya  sebaiknya aku menemui mereka. Untuk meredakan kekhawatiran mereka. Aku akan datang."

Luhan tersenyum menang, ia sudah bercerita tanpa diminta tentang sejarah kehidupannya, walau hanya sedikit. Dan komentar Sehun itu mungkin merupakan sikap sarkastik halus, atau ia sekedar berusaha tidak terlihat bosan.

"Well.." Kata Luhan, menghentikan langkahnya lagi. "Mm.. Sampai jumpa lagi."

"Ya." Kata Sehun. Mereka memisahkan diri mereka ke arah yagg berbeda setelah sampai di tanah berpasir.

👐👐👐🌻

"Aku sudah mengundang tetangga baru itu." Luhan memberi tahu kedua hyungnya ketika mereka tiba. "Dia akan datang."

"Oh baguslah." Ucap Suho, berjalan menuju meja makan. Membuka tas berwarna toska dengan corak bunga, mengeluarkan daging asap, pai telur, roti segar, muffin keju, dan kue coklat.

Sun Flower [EXO Fanfiction HunHan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang