Pada hari Sabtu pagi, Luhan mengenakan sweatshirt merahnya di atas celana pendek dan kemeja, menumpuk karung kosong didalam mobilnya, lalu mengendarainya ke sisi lain lembah yang menghadap punggung bukit. Badai dan air pasang telah meninggalkan timbunan rumput laut di garis ombak yang paling tinggi.
Di pantai ia mengisi karung dengan rumput laut cokelat yang mudah kering, mengikat ujung karung dengan tali, lalu menyeretnya di pasir, mengabaikan serpih pasir yang menyengat kakinya yang telanjang.
Di tanjakan, karungnya tersangkut potongan kayu yang setengah terbenam dalam pasir, dan ia berputar untuk menariknya. Tapi kakinya tersangkut rerumputan pingao, sehingga ia jatuh terduduk.
"Ah siall." Kesal Luhan. Kemudian mengeluarkan sumpah serapahnya.
"Apa yamg kau lakukan?"
Suara Sehun terdengar di belakang, lalu tiba-tiba ia sudah ada di samping Luhan, menatapnya.
Luhan mengangkat wajah dan mengernyit menahan serangan angin yang menerpa rambutnya. Sehun mengenakan kostum larinya.
"Mencari pupuk." Luhan menarik karungnya.
"Berikan padaku." Tangan langsing berotot itu mengambil ujung karung dari tangan Luhan, lalu Sehun membungkuk dan menyandang karung itu di bahunya.
Luhan berujar.
"Aku bisa. . .""Tentu." Bantah Sehun, lalu menaiki tanjakan.
Tidak ada pilihan lain, Luhan mengikutinya. Sehun meletakan karung itu di dalam mobil dan melihat tumpukan karung kosong.
"Kau berencana mengisi semua karung ini?"
"Tidak sulit. Cuman makan waktu."
"Baik." Sehun mengambil tumpukan karung. "Ayo."
Luhan ternganga sejenak, lalu mengikuti sehun.
"Kau tak perlu melakukannya."
"Kalau kau benar-benar tak ingin dibantu, bilang saja."
Luhan menggeleng. Sebenarnya ia merasa gembira. Bukan hanya karena menghemat waktu kerjanya, namun juga karea ia suka melihat angin yang meniup rambut di kening Sehun kebelakang, membuat lelaki itu tampak sexy.
"Kau baik sekali."
"Bisa sekalian olahraga." Kata Sehun waktu mereka sampai di pantai lagi. "Lagi pula, aku berutang padamu."
"Berutang?"
"Untuk makan siang yang menyenangkan, dan biskuitnya."
"Kau tidak berutang apa-apa." Luhan memprotes. Sehun cuma datang untuk menyenangkan dirinya ---dan kedua hyungnya.
Mereka tidak banyak mengobrol. Sehun hanya mengisi karung, bekerja beberapa meter dari Luhan, lalu membawa dua karung ke mobil, sementara Luhan mulai mengisi karung berikutnya.
"Terima kasih." Kata Luhan, menutup pintu mobil setelah memasukkan karung terakhir.
"Aku ikut, untuk menolongmu menurunkannya."
Luhan tidak membatah, mengizinkan Sehun naik ke kursi penumpang selagi ia menghidupkan mesin.
👐👐👐🌻
Sehun membantu Luhan menyusun karung-karung yang penuh itu dekat tangki kompos, dan melihat mesin dengan bahan bakar bensin di dekatnya.
"Apa itu?"
"Mesin pembuat pupuk. Aku mengisinya dengan rumput laut, lalu mencampurkannya dengan kompos."
Sehun mempelajari mesin itu. Ia juga melihat tangki di landasan yang tinggi antara kebun dan pondok.
![](https://img.wattpad.com/cover/65433650-288-k722242.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun Flower [EXO Fanfiction HunHan]
FanfictionLuhan dia itu ramah, mudah bergaul dan memiliki senyum seperti bunga matahari. Dia memiliki tetangga baru yang menyewa rumah tuan Kim, tetangganya itu bukan tipe orang yang ramah, ia suka menyendiri di rumahnya dan tertutup. Karena ketulusan Luhan i...