2.

24 0 0
                                    

"Orang itu! Capek begini terus!" tak ada satu pun yang berani menyela Nagi, salah satu pekerja dengan darah campuran Jepang-Indonesia ini. Mungkin karena terlalu takjub dan sedikit heran melihat perubahan drastis yang terjadi pada Nagi. Yang lain juga terlalu lelah untuk menenangkannya. Biarlah dia luapkan emosi sesaat.

Baru saja Frank melakukan sidak semena-menanya. Tak satu pun pekerja yang luput dari amarah. Berbagai alasan, besar maupun sepele, jadi bahan empuk untuk membuat kami ciut. Aku juga tak paham betul kenapa orang bernama Frank itu selalu bersikap seperti kerasukan hantu. Semua isi kebun binatang jadi kata-kata lazim untuk ia lontarkan pada kami. Tak ada satupun dari kami yang bersuara atau memberi pembelaan. Bagai sudah dijahit, mulut kami tertutup rapat. Tapi sekarang, ketika Frank telah hengkang, Nagi mulai banyak bicara.

Awalnya aku tak mengira, seorang Nagi bisa merah padam mukanya karena panas kepala. Lebih sering kulihat ia menundukkan kepala ketika Frank tak segan memberinya cemoohan. Kurasa inilah batas kesabaran Nagi, tak ada lagi yang bisa menahannya. Peralatan dapur jadi imbas kemarahan. Dia marah, tapi terlalu lelah untuk mengeluarkan semua pahit di hatinya.

"Aku punya rencana" keheningan yang sempat bertahan, pecah karena suara bass di sudut ruangan. Itu Baron, koki khusus masakan Perancis di resto ini. Semua orang diam ingin mendengar kelanjutan pembicaraan Baron. Dia memang terkenal paling berani disini. Hanya dia satu-satunya yang tidak takut menyahut ketika omelan Frank beraksi. Itu sebabnya, Frank tak mau dekat-dekat dengan Baron, apalagi beradu argumen. Karena seorang Baron tak akan puas jika belum dapat gelar pemenang saat adu mulut dimulai.

Ia melangkah mendekati Nagi yang menatapnya tajam tanpa ekspresi. Tepukan pelan menyambar bahu pria berkulit pucat dengan tubuh kecil itu. Satu senyuman jahil terpampang jelas di wajah Baron. Dia pasti sudah punya rencana ini sejak lama.

"Kita lakukan pemberontakan!" ujar Baron dengan semangat '45. Tak ada yang bereaksi karena kami belum mengerti, atau beranggapan ini hanya lelucon kecil yang dibuat Baron untuk meluruhkan ketegangan di ruangan ini.

"Kita buktikan betapa bodohnya kita seperti apa yang dia katakan. Buat usahanya jatuh rata dengan tanah!" masih dengan semangatnya, Baron layaknya orator di jaman penjajahan.

"Kau serius?" celetuk seseorang yang tak sempat kulihat wajahnya. Pertanyaan ini jadi perwakilan isi kepalaku. Tidak, semuanya pasti bertanya hal serupa.

"Tentu! Apa kalian tidak lelah diperlakukan tidak manusiawi begini? Apa salah kita? Apa masakan yang kita sajikan bisa membunuh pelanggan? Paling-paling hanya kurang garam. Tapi Frank jadikan itu masalah besar sampai gaji pun bisa dikurangi olehnya"

Benar, semua ucapan Baron tak dilebih-lebihkan. Apa yang telah dilakukan Frank memang telah menyiksa, terutama batin kami. Bekerja dibawah tekanan batin sungguh sulit. Tapi... Apa bisa rencana ini dilakukan?

"Bagaimana caranya?" suara parau Nagi terdengar tegas. Sorot matanya menampakkan keseriusan. Oh, pemberontakan ini akan benar-benar terjadi? Tak dapat dipercaya..

"Hahaha begini caranya"
.
.
.

Cermin di depanku memantulkan bayangan buruk rupa yang makin buruk karena kurang tidur semalam. Malah aku sama sekali tidak bisa memejamkan mata. Entah karena terlalu takjub membayangkan rencana Baron kemarin malam, ataukah aku yang begitu takut untuk menjalaninya nanti? Dilema.

Hari ini rencana Baron akan dilangsungkan. Memberi Franj pelajaran atas apa yang telah ia perbuat pada pekerjanya. Ini memang kedengaran menarik. Kapan lagi aku memiliki kesempatan membuat bangkrut bos sendiri. Mungkin hanya bisa terjadi kali ini. Tapi setelahnya, bagaimana dengan nasibku? Mau dikata apa aku nanti jika paman dan bibi tahu aku melakukan hal bodoh begini, sekalipun niatnya untuk membela harga diri. Bagi mereka orang cacat sepertiku tak ada harganya lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang