O n e

63 8 0
                                    

Calya memandang sendu kearah sepasang cowok dan cewek yang berjalan menuju ke parkiran bersama. Azka dan Elvina. Azka dan Elvina berjalan menuju parkiran bersama karena hampir setiap hari Azka dan Elvina selalu pulang sekolah bersama, kecuali berangkat sekolah.

Sementara Calya yang bersembunyi dibalik sebuah dinding sekolahnya, hanya memegang dadanya yang terasa nyeri. Calya mengerti dengan nyeri sejenis ini. Bahkan setelah Azka dan Elvina sudah menghilang dari pandangan Calya, dada Calya masih saja tetap sakit.

Calya berjengkit kaget saat bahunya ditepuk, dan mengelus dadanya saat tahu kalau orang yang menepuk bahunya adalah Alyssa, sahabatnya, yang memandangnya dengan heran.

"Lo ngapain sembunyi di dekat gudang ini? Jangan bilang lo lupa kalau ni gudang angker banget," ujar Alyssa dengan muka herannya.

"Gue nggak lupa, tau. Gue Cuma sembunyi supaya bisa ngeliat kak Az-" Calya langsung membekap mulutnya sendiri karena dia kelepasan bicara, membuat Alyssa langsung tahu apa yang Calya lakukan di dekat gudang angker itu.

Alyssa memutar bola matanya, bosan. "Lo tuh ya, mau sampai kapan nunggu kak Azka? Sampai dia inget semuanya? Itu butuh waktu yang lama banget, Cal. Dan satu lagi, untuk apa sih lo bilang ke semua orang -kecuali Elvina dan Azka- supaya mereka tutup mulut tentang hubungan lo dengan Azka dan keadaan Azka yang sedang amnesia? Lo tuh Cuma nyakitin diri lo sendiri, Cal."

Calya tersenyum pedih setelah mendengar hal itu, membuat Alyssa sedikit merasa bersalah. Alyssa benar. Azka, tetangganya sekaligus kakak kelasnya itu, hanya akan memandangnya sebelah mata saja, yaitu tetangganya juga anak dari teman baik Mamanya. Sementara Elvina, yang juga kakak kelasnya dan sahabat Azka, selalu diberi berhatian lebih oleh Azka. Azka sedang amnesia, jadi Calya maklum saja dengan Azka.

"Tapi, selama janur kuning belum melengkung, gue masih punya kesempatan kan? Terkadang, takdir Tuhan itu mengejutkan dan gue percaya akan hal itu. Kalau kak Azka bukan jodoh gue, berarti ada cowok yang lebih baik daripada kak Azka," ucap Calya dengan senyum manisnya, membuat Alyssa juga ikutan tersenyum.

"Udah ah, pulang yuk. Ngeri lama-lama disini," ucap Alyssa dan langsung menarik tangan Calya agar pergi dari daerah gudang angker itu.

•••

Calya saat itu sedang sibuk bermain The Sims Free Play di Tablet-nya saat Mamanya memanggilnya dari bawah, di dapur. Calya mengunci Tablet-nya dan bergegas turun lewat tangga, lalu menghampiri Mamanya.

"Ada apa, Ma?" tanya Calya setelah sampai di dapur.

Sang Mama lalu mengambil kantong kresek putih transparan yang berisi kotak berukuran sedang. Calya tahu apa isinya. Kue buatan Mamanya. Mamanya itu hobi sekali memasak, dan hasilnya kadang dibagikan kepada para tetangga. Tapi, yang sering dikasih itu adalah tetangga sebelah kiri rumahnya. Rumah Azka. Biar tahu, Tante Zahra -Mama Azka- dan Mamanya dulunya adalah teman baik sejak mereka SMA dan hubungan itu tetap baik hingga sekarang.

Kantong kresek putih itu diberikan kepada Calya. "Tolong kasih ini ke Mamanya Azka, ya."

"Lho, kenapa nggak Mama aja? Biasanya juga Mama kesana sekalian mau ngerumpi," balas Calya, tapi tetap menerima kantong kresek putih itu.

Mamanya melirik kearah kompor gas, yang diatasnya sudah adalah wajan berisi semur ayam, makanan kesukaan Calya. Oke, demi semur ayam dan menjaga hati Mamanya, Calya mau-mau saja.

Calya menghela nafasnya dan tersenyum kearah Mamanya. "Yaudah, Calya anterin dulu, ya."

Calya lalu melangkah keluar rumah menuju rumah Azka, meninggalkan Mamanya yang tersenyum sumringah disana.

Pintu rumah Azka terbuka lebar. Calya melepas sandalnya di teras rumah, dan mendapat flatshoes warna putih juga disana. Calya sudah hafal flatshoes itu. Di rumah Azka, juga ada Elvina.

Calya menghela nafasnya. Kapan sih, kak Elvina absen ke rumah kak Azka?

Calya berdiri di depan pintu rumah, dan mengetuk pintu sekaligus mengucapkan salam. Setidaknya, Calya masih punya sopan santun walaupun dirinya sudah sangat biasa masuk ke dalam rumah Azka. Dan juga Tante Zahra sudah bilang kepada Calya kalau Calya boleh kapan saja datang ke rumah itu.

Beberapa detik kemudian, seseorang muncul dari arah dalam rumah dan berjalan menghampiri Calya, membuat jantung Calya berdegup dengan kencang. Siapa orang yang bisa membuat jantung Calya berdegup kencang, selain Azka? Tidak ada.

"Oh, Calya yang dateng. Ada apa?" tanya Azka, ramah.

Calya sedikit tersenyum kearah Azka. "Mama kak Azka ada, nggak? Aku pingin cari dia."

Azka manggut-manggut mengerti, kemudian mempersilakan Calya masuk ke dalam rumah, "Ada kok, masuk aja. Mama lagi di taman belakang. Biasa, baca majalah."

Calya tersenyum singkat kearah Azka dan berjalan masuk ke dalam rumah Azka. Sementara Azka, cowok itu masih bergeming di tempat. Lalu Azka meraba dadanya. Entah ada apa, jantung Azka tiba-tiba saja berdetak dengan kencang, membuat Azka khawatir dengan keadaan jantungnya.

Tapi Azka tidak punya riwayat masalah jantung. Jadi, apa yang terjadi dengan jantungnya yang berdetak dengan sangat cepat.

"Ada apa dengan gue?" lirih Azka sambil berusaha menormalkan kembali detak jantungnya.

•••

Azka turun dari tangga dan berjalan menuju dapur, dan melihat sang Mama sedang memindahkan secetak kue dari kotak dan menaruhnya di piring.

Elvina sudah pulang 30 menit yang lalu, dan Calya sudah pulang 10 menit yang lalu karena sempat diajak Mamanya untuk mengobrol sebentar.

"Kue dari mana, Ma?" tanya Azka menuangkan air minum ke gelas sambil melirik kegiatan Mamanya yang kini sedang memotong kue. Kue Blackforest, kesukaan Azka.

"Dari Mamanya Calya, makanya tadi Calya datang ke sini supaya mau nganterin ini."

Azka meneguk air minumnya sampai tandas dan meletakkannya di meja makan. "Kok Tante Lufita -Mama Calya- rajin banget ngasih kita makanan? Emang Tante Lufita nggak bangkrut?"

"Mamanya Calya kan, emang dari dulu hobi banget masak. Malah, dulu katanya dia mau jadi chef gitu, kayak Chef Farah Quinn, tapi nggak kesampaian karena dia nikah sama Papanya Calya yang jadi CEO. Kalau Mamanya Calya sibuk dengan pekerjaannya, nanti yang ngurusin Calya siapa? Nggak mungkin Mama yang ngurusin Calya. Mama ngurusin kamu aja udah capek, apalagi ngurusin Calya yang masih polos-polos itu. Ntar dia ketularan kamu."

"Ih, Mama mah gitu banget sama anaknya sendiri. Ntar Azka bilang ke Papa, lho."

Sang Mama melirik Azka sedikit. "Aduin aja ke Papa. Paling nanti uang jajan kamu dipotong 15%."

Azka menghela nafasnya dan mengambil sepotong kue itu dan memakannya. Enak seperti biasa, gue suka banget ama ni kue, gumam Azka dalam hatinya.

"Oh iya, gimana kepala kamu? Sering pusing lagi nggak? Kalau masih, kita periksa lagi ke Dokter," ujar Mama Azka.

"Enggak sering lagi kok. Nanti Azka minum obatnya, kok," jawab Azka dengan mudahnya, lalu mengambil lagi sepotong kue dan memakannya lagi. "Oh iya, Ma, foto yang di atas nakas kamar Azka itu, siapa sih di foto itu? Foto close up, tapi membelakangi kamera."

Itu foto Calya, Azka. Kamu yang fotoin dia.

"Mana Mama tau. Kan yang fotoin itu kamu," jawab Mama Azka dengan santai, tapi dalam hatinya dia gelisah.

Azka manggut-manggut saja, lalu mengambil sepotong kue untuk kesekian kalinya, dan berjalan menuju kamarnya melalui tangga. Meninggalkan Mamanya yang memandang Azka dengan nanar.

March 18th, 2016
11.38 AM

SabtuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang