Calya hanya tersenyum tipis saat mendengar seruan semangat dari Alyssa untuk pacarnya, Rian, yang saat itu sedang memainkan bola basket. Yap, hari ini tim basket perwakilan sekolah bertanding melawan sekolah lain untuk merebut piala bergilir Piala OSIS tingkat SMA.
Bahkan Azka juga masuk dalam anggota basket itu.
Sebenarnya, Alyssa bisa saja turun ke tepian lapangan, karena cewek itu cukup berperan penting dalam mengisi semangat Rian. Tapi Alyssa ingin menemani Calya di tribun, yang ingin sekali menyaksikan Azka yang memainkan bola basket itu.
Dulu, Calya selalu berada di tepi lapangan sambil memegang handuk kecil dan sebotol air mineral. Tapi, posisinya sekarang digantikan oleh Elvina, sahabat Azka. Tapi Calya memaklumi kakak kelasnya itu karena Elvina adalah murid baru sejak bulan lalu. Bertepatan dengan hari kecelakaan Azka. Dan Elvina belum mengetahui itu semua, karena Elvina bertemu dengan Azka ketika Azka amnesia.
Bunyi peluit dari wasit berhasil membuyarkan lamunan Calya. Tanda bahwa pertandingan jeda diisi dengan sesi istirahat 15 menit, kemudian nanti berlanjut lagi.
"Lo nggak mau turun kebawah, Al?" tanya Calya kepada Alyssa yang masih saja berada di sampingnya.
"Lha, emang buat apa gue kesana?" balas Alyssa bertanya balik.
"Lo kan pacarnya Rian, seenggaknya lo bantu dia dengan ngasih handuk sama air minum."
"Lo juga nggak ke bawah," sahut Alyssa begitu santai.
Calya melirik kearah tepi lapangan, dan melihat Elvina yang menyodorkan handuk kecil dan sebotol air mineral kepada Azka, dan Azka menerima semua itu. Membuat hati Calya ngilu untuk sekian kalinya.
"Seharusnya lo yang disana, Cal. Bukan Kak Elvina," gumam Alyssa. "Cal, kita keluar yuk, gue mau beli permen kapas diluar," ajak Alyssa dan langsung menggaet lengan Calya untuk keluar dari gedung olahraga itu.
Sementara Azka, yang matanya tak sengaja melihat Calya yang di tarik oleh Alyssa, hanya mengerutkan keningnya.
"Calya juga nonton ya?" tanya Azka kepada Elvina.
"Hah? Masa'? Nggak tau juga, sih. Tapi kata anak-anak sih, Calya emang rajin banget kalau sekolah kita ada tanding basket," jawab Elvina tanpa curiga.
"Bukannya Calya nggak suka basket, ya?" lirih Azka. Seingatnya, Calya dari kecil sangat tidak suka dengan basket. Bahkan ketika Azka sedang bermain basket dihalaman rumahnya, Calya hanya memandangnya dengan tampang cemberut, karena Azka Cuma ingin bermain basket.
Lalu, tiba-tiba, kepala Azka langsung pusing dan hampir saja Azka runtuh dari berdirinya, kalau tidak di bantu oleh Elvina.
"Azka, lo nggak papa?" tanya Elvina cemas.
"Lho, kamu kan nggak suka basket. Nontonnya aja nggak suka, apalagi ngeliat aku main basket."
"Demi kak Azka, aku mau kok nontonin kak Azka main basket. Kan kak Azka main basketnya keren banget!"
"Hahaha, kamu bisa aja. Yaudah, aku main dulu ya."
"Iya. Semangat, kak!
Azka mengerjapkan matanya setelah ia mendapat sebuah ingatan masa lalu. Tapi dia masih bingung, siapa suara cewek itu?
"Az, lo nggak papa?" tanya Elvina sekali lagi.
Azka mengangguk lemah dan berjalan menuju kursi panjang. Cowok itu mengambil tasnya dan meraih sesuatu di dalamnya. Sebotol kecil obat tablet. Azka membuka botol itu dan mengambil 2 tablet obat dan meminumnya.
Lalu tiba-tiba, detak jantungnya kembali berdegup kencang.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabtu
Short StoryCalya ingin sekali merebut kembali Azka, sang kakak kelas sekaligus tunangannya, dari tangan Elvina. Tapi, kalaupun Calya melakukan itu, semuanya akan sia-sia. Karena Azka lupa semuanya. Tidak semuanya. Azka hanya lupa tentang pertunangannya dengan...