A Reason -The End-

6.6K 354 42
                                    


Hidupnya tak lagi sama. Tak ia dapati lagi sosok anggun dengan senyum dingin menyapa paginya. Hatinya terasa kosong setelah kepergian sosok anggun nan baik hati istrinya. Dunianya berputar 180 derajat. Kyuhyun bukanlah sosok yang akan mengurung diri dalam kamar berhari-hari. Memenjerakan diri, tenggelam dalam kepiluan jiwa. Baginya semua itu tidak akan mengubah keadaan. Harinya hanya berisi keresahan dan perasaan bersalah yang mendarah daging.

Usaha tak luput ia lakukan untuk menemukan keberadaan istrinya. Menanyakan Seohyun kepada sang ibu berulang kali. Wanita yang melahirkan dirinya kukuh dengan jawaban yang sama setiap kali dia bertanya. "Tanyakan pada hatimu, nak! Mengapa menanyakan Seohyun kepada eomma? Dia istrimu." Kyuhyun menunduk pilu. Mengusap wajah kebasnya berulang kali. Sebagian dirinya hilang bersama kepergian Seohyun, belahan hati yang telah ia renggut kepercayaan dan cinta murni wanita itu.

Begitu pula dengan Changmin, sahabat karibnya bersikap masa bodoh tentang kepergian Seohyun. Seolah semua baik-baik saja, tiada hal yang terjadi. "Tenangkan dirimu, Kyuhyun-ah!" Pria bersurai coklat gelap duduk di depan Kyuhyun. Mengangsurkan secangkir the hangat beraroma melati kepada Kyuhyun. Pria itu menatap sahabatnya prihatin. Kehilangan senyum dan pandangan jahil pria bermata kelam itu membuatnya seolah berada di belahan dunia lain. Raga itu memang milik Kyuhyun, namun jiwa itu adalah orang lain bagi Changmin.

"Terima kasih Changmin-ah.." Sekeras apapun ia memaksakan tersenyum, senyum itu terasa hambar. Bagai taman tanpa bunga. Kyuhyun menyesap pelan teh hangatnya. Dadanya terasa lega meski hanya secuil.

"Wajahmu akhir-akhir ini membuat mataku sakit, kau tahu itu. Jadi berhenti memasang tampang menyedihkan itu di depanku." Changmin seperti biasa penuh dengan canda. Kepedihan, rasa sesal, bersalah milik Kyuhyun terlihat jelas. Bagai tertempel stempel besar di wajah Kyuhyun, maka orang lain dapat membacanya dengan sangat jelas. Termasuk Changmin.

Senyum hambar lagi-lagi terukir di sudut bibir Kyuhyun. Ia akhirnya beranjak tanpa risaukan kicauan Changmin yang semakin membuatnya pusing. Memutuskan pergi untuk menenangkan diri dari pada hanya diam termenung tak berguna. Tujuannya adalah gereja yang terletak di pinggiran kota. Gereja yang sering ia datangi dalam waktu belakangan ini. Untuk menemukan keberadaan Seohyun bukan hanya tergantung soal usaha, doa yang terpanjat dengan tulus akan mempermudah semuanya. Setidaknya sisi rasional Kyuhyun masih bekerja untuk tidak melampiaskannya dengan menenggelamkan diri bersama minuman keras.

Semburat senja membias di cela ranting dan dedaunan. Menampakkan warna jingga kemerahan yang menakjubkan. Mentari merah perlahan tenggelam dalam peraduannya. Sedang Kyuhyun tengah asyik bercengkrama dengan Tuhannya. Mengadu mengenai banyak hal. Tentang penyesalan, dosa, dan jangan lupakan tentang sosok manis Seohyun. Karena salah satu bagian penting dari kedatangannya ke gereja tersebut adalah Seohyun.

'Aku berharap belum terlambat, semoga Engkau mengijinkan kami tetap dalam satu jalan yang sama.'

A Reason

Semilir angin pantai di tengah udara yang tidak begitu panas berhembus membelai setiap permukaan benda yang dilewati. Menari-nari untuk menarik perhatian makhluk hidup, agar menjadi temannya bermain dengan ombak yang bergulung pelan. Dari arah jam tiga, dua perempuan berlarian menyusuri pantai, sambil menenteng alas kaki di kedua tangan mereka. berlari-dan terus berlari. Seolah ikut bermain bersama angin. Kemudian berhenti, mengatur sirkulasi udara yang mereka hirup. Membiarkan kedua kaki mereka dijilat oleh ombang tenang pantai Jeju. Hingga sedetik kemudian mereka tertawa bersamaan.

Pengunjung pantai pada hari-hari biasa seperti ini tidak cukup banyak. Kebanyakan adalah wisatawan asing yang senang berjemur di bawah terik matahari, dan beberapa penduduk local yang sibuk hilir mudik mengangkut hasil laut untuk dijual di pasar terdekat. Dua perempuan tadi menikmati suasana yang seperti ini dari pada saat hari-hari besar ataupun hari libur. Karena pantai ini akan banjir pengunjung dan mereka tidak bisa menikmati debur ombak dan angin semilir dengan khidmat.

A ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang