My Partner

19 1 0
                                    

A/N: Cetak miring berakti berbicara dalam hati/mimpi
______________________________________________________________________________

Tiba-tiba cowok itu tersenyum manis memandang ring itu. Dan yerina mendapatkan dirinya telah hanyut dalam senyuma sosok misterius itu.

Tetapi sayangnya kini senyumannya menghilang. Hanya ada tatapan hampa yang di lukiskan cowok itu. Yerina dapat melihat kesedihan di matanya. Cowok itu berjalan mengambil bola basket itu lalu pergi tanpa mengetahui seseorang memperhatikannya.

***

YERINA'S pov

Keren juga cara dia memainkan basketnya. Apa dia anggota club basket? Tapi aku belum pernah melihatnya saat di club basket. Pikiranku melayang-layang.

"hey! Ngelamun aja. Kenapa lu?" alice yang tiba-tiba muncul, menepuk pundakku. "ngagetin gue aja lu."

"ya abisnya lu bengong gitu. Ada masalahkah?" tanyanya hati-hati. "engga ada kok. Gue lagi mikir aja." alice menatap ku. "oh gitu. Emang sahabat gue yang satu ini mikirin apa sih?"

"Lu tau cowok yang di kelas bahasa inggris?"

"dari sekian banyak cowok di kelas bahasa inggris yang mana?"

"Deoron" jawabku singkat. Alice menaikkan alis kirinya. "emang dia kenapa?"

"menurut lu, dia itu gimana?"

"pendiam dan misterius. Kok lu tiba-tiba nanyain dia?" alice menari bangku di sebelahku dan duduk disitu

"sebenarnya gapapa sih cuman gue penasaran aja sama dia. Masa udah berbulan-bulan kita sekelas sama dia tapi kita engga ngeh sih? Aneh aja menurut gue."

"iya sih. Dia orangnya pendiem Banget plus dingin. Dan yang gue denger-denger sih dia rada engga sopan gitu orangnya." jelasnya.

"oh gitu. Dia anak club basket kan?" tanyaku lagi. "kalau yang itu gue engga tau. Tanya noel aja. Kan dia anak club basket."

"Hai ibu-ibu arisan, masih ngerumpi aja." baru aja di sebut namanya udah nongol orangnya. Panjang umur banget.

"eh pak RT dateng. Kebetulan benget lu dateng. Sini dulu lu." alice meraih tangan noel dan menyeretnya ke meja kami. "itu, si Yerina mau nanya." lanjutnya "nanya apaan?"

"engg.. Lu tau engga yang namanya Deoron? Deoron Harlon."

"oh si Deo, tau gue. Yang pendiem itu kan?" tanya balik

"iya. Dia anak club basket kan?" wajahnya mengerut, mencoba mengingat. "bukan. Gue engga pernah liat dia ada di club. Lu kok tiba-tiba nanya soal dia?"

"gue cuman penasaran aja sama dia. Gue baru nyadar kalau kita sekelas sama dia." jelasku

"oh gue kira kenapa. Tapi kok lu nanya dia anak basket atau bukan?" tanyanya lagi. Baru aja aku mau ngomong tapi aku mengingat sesuatu. 'tatapan sedihnya..'

"ya gue kira dia anak basket. Soalnya dia kan tinggi." jawabku asal.

KRING! KRING! KRING!

Bel berbunyi menandakan waktu istirahat telah selesai. Semua murid serta guru-guru menuju kelasnya masing-masing dan memulai KBM.

***

"jadi sebelum pelajaran dimulai, ibu akan merubah tempat duduk kalian. Seperti yang kalian lihat, di depan sudah ibu gambarkan denah tempat duduk beserta nomornya. Tiap anak akan mengambil kertas yang ada di dalam box ini dan kalian akan duduk sesuai nomor yang kalian ambil. Ada pertanyaan?" jelas wali kelas kami, Ibu Mikha.

Ibu Mikha adalah sahabat mama. Grandma bilang, mereka selalu bersama dari SD. Bu Mikha juga sangat dekat denganku. Bagiku, beliau sudah seperti ibu keduaku. Guru kami yang satu ini enggan di pangill Mrs atau ma'am oleh murid-muridnya. Entah apa alasannya.

Suasana hening. Menandakan seluruh siswa telah memahami penjelasan Bu Mikha. "baiklah, mulai dari absen satu. Aaron Hudson"

Aaron, teman sebelahku, berjalan kedepan dan memasukkan tangannya ke dalam box bewarna pink. "absen ke dua, Anastasya widya." satu persatu murid-murid mulai maju kedepan. Aku tak begitu masalah dengan siapapun yang akan menjadi partner ku selama akhir tahun pelajaran tetapi aku berharap alice yang akan menjadi partnerku.

"Yerina Kaelyn." panggil Ibu Mikha. Aku berjalan dan memasukkan tangan kananku kedalam. Semoga siapapun partnerku, bisa membantuku dalam pelajaran matematika dan kalau bisa rumahnya dekat supaya kalau ada tugas ga harus repot-repot. Kataku dalam hati

Aku mengaduk-aduk pelan sebelum mengambil kertas. Aku mengeluarkan Tanganku dan langsung membuka gulungan kertas kecil itu. Nomor 20.

Aku duduk kembali ke kursiku dan menunggu sampai semua anak maju untuk mengambil nomor. Alice, yang ada di depanku, memutar badannya ke belakang. "lu dapet nomor berapa?" tanyanya

"20. Lu sendiri?"

"nomor 1" jawabnya. Alice membalikan tubuhnya ketika Bu Mikha mulai berbicara. "sekarang kalian berdiri lalu duduk sesuai dengan nomor undian yang kalian pegang."

Murid-murid mulai berdiri lalu menuju tempat duduknya sendiri-sendiri. Begitupun juga dengan diriku. Aku duduk di barisan ke kedua dari kanan, meja nomor tiga. Tempat ini cukup strategis tetapi aku akan rindu dengan tempat duduk lamaku. Alice sudah duduk di pojok depan dengan partnernya, Ben Elkanah.

Hampir semua siswa sudah duduk di tempat baru mereka tetapi partnerku belum juga duduk di sebelahku. Engga mungkin kosong, rin. Pasti semua kebagian. Pikirku. Aku takut engga kebagian partner karena Aku paling engga suka duduk sendiri. Siapa aja deh.. Please.

Tanpa kusadari kursi di sebelahku di tarik. Orang itu menaruh tas ranselnya di atas kursinya lalu duduk. Aku melirik kesebelahku dan aku tidak tahu apakah ini sungguhan. Matanya menatap kosong ke meja seakan dapat menembusnya. Tiada suka cita dalam mata hitamnya. Ekspresinya datar seperti orang merenung. Dia hanya diam dan menatap mejanya. Dia bahkan tak melirikku. Apa dia kecewa dengan ku yang menjadi partnernya?

This is awkward. I think it's time to make a move.

"hai. gue Yerina. Yerina Kaelyn." aku mengulurkan tanganku untuk berjaba tangan dengannya dan tersenyum manis seperti sebagaimana berkenalan dengan teman baru.

Dia memutar kepalanya dan menatapku dengan ekspresi yang sama. "Doeron. Deoron Harlon." jawabnya singkat, padat. He didn't even say 'hi'. Dia kembali menghadap kedepan dan mengacuhkan tanganku. Dengan rasa sangat amat malu, aku menarik kembali tanganku dan berpura-pura membenarkan rambut.

Cowok engga sopan.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Opposites AttractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang