Case 1 : Theorize

15.8K 1.3K 17
                                    

   

Aku menutup kepalaku dengan tudung jaket yang kupakai. Ya...para polisi sudah datang. Meskipun yang datang adalah polisi yang masih hijau, aku tetap tidak boleh lengah. Sejauh apapun aku membenci mereka, menjauhi adalah kewajiban.

"Korban adalah Furimuta Vivy, berumur dua puluh empat tahun, seorang pekerja magang. Jadi, kalian adalah saksinya?" tanya seorang polisi kepada kedua wanita tersebut dan tangan yang sibuk mencatat. Goresan tinta hitam pekatnya memenuhi catatannya dan membuatku menjadi tidak suka. Ingat, ini suatu kesalahan besar jika kalian membiarkanku melihat sebuah halaman yang terlalu penuh karena aku akan bersiap meledakkan rasa perfeksionis ini. Hei! Semua orang akan dibuat pusing ketika membaca catatannya. Baiklah, kembali ke topik karena hal ini sama sekali tidak penting.

"Ya dan kami juga dilarang bergerak selangkahpun oleh kedua anak ini" ujar salah seorang sambil menunjuk kami yang sedang memeriksa TKP ( Tempat Kejadian Perkara ) dengan santainya dan membuat Sara segera menarik kerah belakang jaketku untuk mundur dari titik awal. Gadis di sebelahku ini hanya menyengir, menunjukkan tanda peace dengan membentuk angka dua melalui jemari lentiknya.

Kami pun bergidik karena telah ketahuan oleh para polisi tersebut, sehingga hanya bisa memasang wajah tak berdosa layaknya anak polos yang ketahuan melakukan kesalahan besar. Huft, padahal tinggal sedikit lagi kami bisa memecahkannya. Dasar polisi mengesalkan! Tinggal menunggu kesaksian mereka, maka semua ini akan menjadi jelas--sejelas kerlip bintang di langit malam. Salah satu dari mereka datang dan aku tahu pasti apa yang akan mereka lakukan pada kami.

"Maaf, tapi ini bukan wilayah untuk bermain detektif - detektifan," seru salah seorang petugas sambil menarik baju Sara yang sedang memasang wajah innocent favoritnya, terutama dengan wajah super imutnya itu.

Kebetulan sekali, akhirnya aku berhasil mengidentifikasi potongan tali yang misterius itu. Segera saja, aku mengamatinya lebih dekat.

"Hei! Jangan asal menyentuh..." ucapannya terhenti karena tindakanku yang terlihat aneh.

"Bukankah ini terlalu cepat untuk menyimpulkan sebuah kecelakaan? Lihat potongan tali ini! Terlihat bahwa masih terdapat simpul kecil di tali yang menggantung," tuturku dengan cermat sambil menyerahkan potongan tali dengan sapu tangan kepada polisi.

"Ditambah lagi, seharusnya tidak hanya tali ini yang akan putus, kan? Tanya saja ke pemilik kafe. Kurasa semua lampu di sini berusia sama. Namun, kenapa lampu lainnya masih terlihat kuat-kuat saja?" bantahku kembali sambil menyerahkan potongan tali tersebut.

Alhasil, pemilik kafe pun ditanyai dan hasilnya persis seperti dugaanku. Baiklah, kurasa ini akan ke tahap selanjutnya. Interogasi.

"Baiklah, bawa kedua wanita ini untuk ditanyai!" perintah inspektur mereka, lalu menyerahkan bukti tersebut ke petugas forensik.

Dan tetap saja aku tidak boleh ikut mereka dalam menginterogasi saksi. Ya, setengah terpaksa, akhirnya aku menyadap mereka dengan menempelkan penyadap kecil berbentuk kacing di salah satu kemeja mereka. Kalau itu sih, mudah-mudah saja melakukannya.

"Yosh! Tinggal sedikit lagi" ujarku dengan penuh semangat ketika berhasil menyadap percakapan mereka melewati earphone.

Berbeda denganku yang merasa berdebar - debar-tak-jelas ini, dia tampak terlihat tenang bahkan tak tertarik. Ya, dia, Sara Fresch.

"Mendapat bukti baru?" tanyaku sedikit penasaran ketika melihatnya memegang sesuatu.

"Hanya sebuah potongan kertas dan selotip," balasnya ringan dengan tatapan tidak peduli.

Aku kembali memerhatikan bukti baru tersebut. Ada apa sih, di pikiran para polisi tersebut? Mereka bahkan melewati barang bukti seperti ini. Apa bagi mereka ini tidaklah penting? Sedikit lagi, misteri ini akan terpecahkan. Tinggal mendengarkan kesaksian mereka, maka semua kepingan ini akan menyatu dengan sempurna.

IdentityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang