**
Justin Bieber's Point of View.
Hari ini benar-benar buruk, pertama aku ditemukan pingsan di makam Bea, kedua saat aku mencoba untuk mencari pengalih perhatian di Studio Dance ada seorang gadis idiot yang mengangguku dan sekarang kakiku pincang. Oh benar-benar sempurna, bahkan untuk menaiki tangga menunju kamarku saja rasanya nyaris tak mampu.
Dan sekarang disinilah aku, tempat ternyaman yang selalu berhasil membuatku melupakan masalah untuk sejenak. Tentu saja, aku sekarang berada di kamarku. Ruang pribadiku. Kurebahkan tubuhku keatas ranjang berukuran King milikku, berusaha merelaxkan otot-ototku dan mungkin bisa segera tidur.
Saat aku memejamkan kedua kelopak mataku, tiba-tiba bayangan Bea kembali hadir menghampiriku. Dia tersenyum begitu lembut padaku, astaga aku sangat merindukan senyuman itu. Apakah kau bahagia disana Bee? Aku begitu merindukanmu.
"Justin." Itu suara Miley. Baru saja aku ingin tidur bersama bayangan Bea tapi si blonde yang notabene kakakku itu harus mengangguku.
"Masuk saja, Miles." Sautku lesu.
Dengan susah payah aku menyandarkan tubuhku pada kepala kasur, dan saat itu juga Miley berjalan kearahku. Dia tersenyum manis padaku, tapi aku tahu dibalik senyum itu tersimpan luka yang mendalam. Bahkan aku bisa melihat kantung mata di wajahnya, sorot matanya juga mulai meredup. Miley benar-benar sama sepertiku. Kacau karena kematian Bea. Adik kesayangan kami.
"Kau baik-baik saja?" Tanyanya begitu duduk disampingku.
"Seharusnya aku yang bertanya padamu Miles, kau terlihat begitu buruk. Jangan khawatirkan keadaanku, aku tak ingin melihatmu sakit karena memikirkanku Miles. Iam fine, trust me." Jawabku sembari meraih kedua tangan Miley yang sekarang terlihat begitu kurus.
Miley meremas tanganku, dia menangis untuk yang kesekian kalinya. Tapi setiap dia menangis Miley selalu mempertahankan senyumannya. Walaupun aku tahu jika itu senyum getir.
"Aku senang mendengarmu mengkhawatirkan keadaanku, kupikir kau sudah berubah." Jawabnya kemudian.
Hatiku mencelos hebat saat Miley berkata seperti itu, "Aku tidak berubah. Jangan berfikir seperti itu Miles, memang benar aku sangat depresi dan kacau tapi aku tidak akan pernah merubah sikapku padamu. Kau kakakku dan aku akan selalu menyayangimu Miles. Kau jelas tahu itu."
Miley memelukku erat, dia menumpahkan semua air matanya di pundakku. Rasanya begitu menyakitkan, bahkan aku nyaris tidak bisa menahan sakit ini. Tapi Miley bisa melakukannya, dia selalu tersenyum seolah menyembunyikan jika dia merasakan sakit yang teramat.
Kuusap lembut punggung Miley dengan sayang, hanya berusaha memberikan kenyamanan padanya. "Jangan berfikir seperti itu lagi, aku tidak suka Miles." Bisikku lembut di puncak kepalanya.
Miley mengangguk kecil dan selanjutnya dia melepaskan pelukannya padaku. "Bea menitipkan sesuatu padamu." Sedikit terkejut mendengar ucapan Miley, tapi aku berusaha tenang.
Miley merogoh sesuatu dari saku celananya, dia mengeluarkan sebuah kertas dan langsung memberikannya padaku. "Sebelum hari itu, Bea sempat menitipkan ini padaku. Dia ingin kau membacanya saat ulang tahunmu yang ke dua puluh dua tahun, tapi berhubung saat itu keadaan sedang rumit jadi aku baru memberikannya saat kau sudah tenang."
Aku mengambil kertas itu dan langsung membukanya. Ternyata ini sebuah lagu, Bea menciptakan lagu untukku. Tidak ada judulnya tapi liriknya begitu menyentuh. Oh tunggu dulu, ada note dibaliknya.
Happy Birthday my lovely brother!
Aku sudah mendoakan yang terbaik untukmu semalam pada Tuhan, tapi aku tidak akan mengatakan padamu. Ah ya, ini lagu ciptaanku untukmu. Kuharap kau menyukainya, aku ingin sekali mendengar kau menyanyikan lagu ini dihadapanku. Just this, iloveya brothaa xoxo.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Light Tears.
Storie d'amoreJustin Bieber, dia mengalami kehancuran setelah mendapati adik kesayangannya meninggal di tangan ayahnya sendiri. Dia berubah kejam, dingin, dam tidak memiliki perasaan setelah kejadian itu. Bagaimana kelanjutan perjalanan hidup Justin ? Sementara J...