Kenalkan aku Nisa Az-zahra, panggilan ku dirumah adalah Ica heheh imut banget yaa. Aku adalah anak bungsu dari 10 bersaudara waww banyak sekali, maklum keluarga besar. Aku termasuk Tomboy karna sering bermain dengan laki-laki. Hobby ku adalah bermain dan aku sangatlah keras kepala heheh , dan waktu aku SD kelas 6, aku sudah mempunyai mimpi bersekolah di MTs ternama di Jakarta.
Aku pernah bercerita bahwa aku sangat ingin menjadi ustadzah, Religius sekali aku ini . Tapi mimpiku untuk bersekolah di MTs ternama di Jakarta itupun sirna setelah aku mengetahui bahwa aku akan di sekolahkan di Subang.
Entahlah di liburan sehabis UN ini aku terus mengurung diri dikamar, gak sedikit pun niat untuk keluar dari istana kesayanganku ini heheh. Ketika aku sedang melamunkan kemana aku harus menjalankan kehidupan ku selanjutnya. Tiba-tiba ada ketokan pintu, aku pun langsung ngumpet dibalik selimut dan pura-pura tidur. Dan terdengar suara kaki berjalan, akupun semakin menebak-nebak siapa yang datang.
Ternyata yang datang ke kamarku itu adalah Ayah. Laki-laki yang paling aku sayangi :). Ayah pun duduk dipinggir kasurku sembari mengelus rambutku, terdengar seperti suara isakan tangis, tapi aku tetap memejamkan mata, lalu Ayah pun berbicara "Maafkan ayah udah membuat mimpi yang indah Ica pun hancur karna Ayah. Mungkin Ica boleh bilang Ayah jahat atau apalah itu, tapi asal Ica tau Ayah ingin menyekolahkan Ica disana karna Ayah gak mau nanti Ica terlalu mengikuti pergaulan nakal di Jakarta ini" kata Ayahku sembari mengelap airmata yang meluncur begitu saja.
Tak terasa airmata ku pun begitu lancar meluncur dipipi ini. Aku yang sedang pura-pura tidur pun langsung memeluk Ayah ku ini sambil bilang "Ica sayang sama Ayah, tapi kenapa ayah mau menyekolahkan Ica disana? Ica takuuut, takut gak punya teman disana, takut gak mengerti bahasa mereka, pokoknya Ica takut Yahh" jawabku dengan isakan tangis.
Setelah mendengar pernyataan ku itu. Ayah langsung mengusap airmata ku dengan tangannya yang kasar karna kerja keras untuk menghidupi 10 anaknya. Ayah pun menasehatiku "Ica, kalau Ica sayang sama Ayah, Ica harus nurut yah sama Ayah, Ini juga demi kebaikan masa depan Ica kok. Kalo Ica takut yaa itu wajar, tapi kan disana ada kakak kamu Kak Mia yang sekolah disitu juga dan pasti bakal ngejagain kamu sayang" jelas Ayah menasehati ku. Aku pun hanya mengangguk-anggukan kepala saja. Lalu Ayah pun langsung keluar kamar.
Setelah Ayah keluar kamar, aku pun memikirkan apa yang diomongkan Ayah tadi, kadang aku berfikir ada benarnya juga apa yang diomongkan Ayah, aku gak boleh takut, aku harus kuat, aku harus hadapin semua rasa ketakutanku dengan senyuman, mungkin ayah benar, ketakutan adalah hal yang wajar.