Kamu yang Ku Tunggu (Part 2)

2.3K 109 14
                                    

Jaye.Wolf: jam 7 malam aku akan datang ke rumahmu, aku akan menculik mu! Kita makan malam bersama.

Tak perlu menunggu lama, Nadine pun segera membalas pesan ku

Nadzlustre: menculik? Berani bayar berapa menculik perempuan cantik? Hah?!

Aku terkekeh geli melihat balasan pesan dari Nadine. Lucu sekali.

Jaye.Wolf: aku akan memberikan semua yang kau inginkan :)

Nadzlustre: baiklah, jam 7 tepat. Nggak boleh telat!

Yaps! Malam ini aku akan memulai permainan ku dengannya. Permainan cinta, dimana aku akan berusaha mendapatkan cintaku. Aku sangat senang dengan permainan ini, apalagi aku bermain dengan sahabatku sendiri. Orang yang ku cintai sejak dulu. Oke Nadine! Selamat bermain denganku :)

Flashback on

Aku melihat Nadine melihat ku dengan tatapan yang sangat sulit untuk diartikan. Aku hanya diam mendapat tatapan seperti itu.

"James" panggilnya.

"Ya?" Dengan penuh keberanian aku menatap matanya. Meskipun sangat sulit rasanya.

"Apa kamu bersungguh-sungguh dengan apa yang kamu ucapkan?"

Apakah sikapku selama ini belum meyakinkannya kalau aku benar-benar mencintainya? Entahlah. Aku mengehela nafas sejenak sebelum aku menjelaskannya. "Dengan segenap kesungguhan ku, aku benar-benar mencintaimu

Mencintaimu dengan mata yang selalu melihat kearah mu, mencintaimu dengan hidung yang selalu mencium wangi aroma tubuhmu, mencintaimu dengan telinga yang selalu mendengar cerita hidupmu, mencintaimu dengan mulut yang selalu berbicara menceritakan semua hal indah bersamamu, mencintaimu dengan tangan yang selalu memberi usapan lembut tanda kasih sayang, mencintaimu dengan kaki yang selalu setia membantumu berjalan dikala lelah, mencintaimu dengan tubuh yang selalu mendekapmu memberi kenyamanan dan mencintaimu dengan hati yang paling dalam" ucapku tulus.

Seketika itu air mata Nadine jatuh lagi dengan derasnya dan secepat kilat aku mengusap air matanya.

"Air matamu terlalu mahal untuk jatuh, jadi jangan menangis"

Nadine menahan kedua tanganku yang sudah berada di pipinya. "Biarkan aku menangis, menangisi kebahagian yang belum pernah kudapat" ucap Nadine dengan terisak.

Mendengar ucapan Nadine aku pun langsung membawanya kedalam dekapan tubuhku. "Aku merasa menjadi perempuan paling beruntung, memiliki mu yang mencintaiku dengan setulus hatimu. Tapi.. " ucap Nadine menggantung.

Tiba-tiba jantungku berdegup sangat kencang. Bukan pertanda jatuh cinta, melainkan ketakutan. Nadine menggantungkan ucapannya yang membuatku sangat takut, takut apabila aku harus menerima kenyataan kalau ia tak mencintaiku. Sangat takut. Aku pun memilih melepaskan dekapannya dan menunduk. Tak berani menatap matanya.

Ya Tuhan! Kuatkan aku jika aku harus menerima kenyataan! Bantulah aku agar aku bisa kuat! Harus kuat! James Reid adalah seorang yang kuat! Bukan seorang yang lemah!

Aku menghela nafasku setelah aku berdoa dalam hati dan menyemangati diriku sendiri.

Kurasakan sebuah tangan milik Nadine memegang dagu ku. Kini kurasakan dagu ku terangkat dan aku sekarang dapat melihat wajahnya. Dengan tatapan yang benar-benar sulit diartikan, tak seperti biasanya Nadine menatapku seperti ini.

"Tapi.. " sepertinya Nadine akan melanjutkan ucapannya yang terpotong. Oh Tuhan! Bantulah aku!

"Aku tidak merasakan seperti apa yang kau rasakan. Maafkan aku" ucapnya lirih namun masih bisa kudengar.

JaDine In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang